Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN 2

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

WA ODE ALFIANI
239025495044
BAHASA INGGRIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam terkirim untuk
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebaik -baik teladan umat. Berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga laporan dengan judul Laporan 2 Desain Pembelajaran Inovatif
dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Laporan ini saya susun untuk
memenuhi tugas pada Pendidikan Profesi Guru Jalur Guru Penggerak di Universitas
Negeri Makassar.
Tak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian laporan ini
hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan baik.
Semoga laporan ini bisa memberi manfaat untuk penulis, dan orang lain.

Wakatobi, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
RINGKASAN ..................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan kegiatan ....................................................................................... 2
C. Manfaat Kegiatan ..................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berdiferensiasi ................................................................... 3
B. Pembelajaran Sosial dan Emosional ........................................................ 3
C. Coaching .................................................................................................. 5
D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran...................... 6
E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya .............................. 7
BAB III. PENUTUP
A. Refleksi ..................................................................................................... 8
B. Tindak Lanjut ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10
LAMPIRAN ........................................................................................................ 11

iii
RINGKASAN

Pada awalnya, penulis berpikir bahwa tujuan utama dalam memberikan


pelajaran yakni membuat murid cerdas dan mahir di mata pelajaran yang penulis
ajarkan. Penulis selalu berusaha menyajikan pelajaran dengan baik agar murid dapat
memahami apa yang diberikan. Penulis juga tidak memperhatikan kesiapan diri saat
hendak mengajar. Sehingga kadang disaat menghadapi permasalahan di luar kelas,
penulis membawa serta emosi tersebut kedalam kelas. Tanpa mempertimbangkan
bahwa ternyata emosi yang dihasilkan akan berdampak pada murid. Sehingga
membuat murid kadang bingung sendiri, karena saat ada permasalahan kecil pun
penulis menjadi emosi dan membuat mereka tidak nyaman saat sedang belajar.
Begitu juga dalam hal menjadi pengambil kebijakan, dalam hal ini penulis
masih sangat rawan dalam menentukan yang terbaik dari murid. Maka pada modul-
modul di Pendidikan Guru Penggerak, penulis mendapatkan jawaban dari segala
pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Modul
tersebut yakni Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional,
Coaching, Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran dan
Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya.
Dalam laporan 2 Desain Pembelajaran Inovatif ini, penulis akan memaparkan
tentang modul-modul yang telah disebutkan diatas. Serta kegiatan-kegiatan yang
penulis lakukan pada saat mempelajari modul-modul tersebut. Refleksi dan tindak
lanjut terkait modul pun akan penulis paparkan di bagian terakhir laporan ini.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi semua orang karena
melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu. Di zaman yang serba
canggih dan modern ini, ilmu harus sejalan dengan karakter. Tapi selain itu,
karakter pun sangat diutamakan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Proses
pendidikan di sekolah masih banyak mementingkan aspek kognitif ketimbang
psikomotorik. Maksudnya, guru maupun orang tua lebih melihat sejauh mana
pemahaman konsep pengetahuan anak, dibandingkan sikap/perilaku, dan
karakternya sehari-hari.
Profil Pelajar Pancasila adalah salah satu program dalam Kurikulum
Merdeka Belajar. Profil Pelajar Pancasila merujuk pada pembentukan karakter
pelajar. Guru berperan dalam proses penguatan Profil Pelajar Pancasila. Tidak
hanya peran murid saja, tetapi guru juga berperan terlibat dan berproses bersama
murid. Profil Pelajar Pancasila sangat penting bagi keberlangsungan tumbuh
kembang murid yang dimana harus dibangun karakternya sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Untuk mengembangkan Profil Pelajar Pancasila, Guru Penggerak melalui
Pendidikan Guru Penggerak bisa memberikan pendekatan berupa Pembelajaran
Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional, Coaching, Pengambilan
Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran dan Kepemimpinan dalam
Pengembangan Sumber Daya.
Penulis sebagai mahasiswa lulusan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan
6 Kabupaten Wakatobi menyusun laporan berdasarkan materi yang didapatkan
juga kegiatan yang dilakukan selama mengikuti Pendidikan. Adapun judul
laporannya yakni laporan 2 Desain Pembelajarn Inovatif.

1
B. Tujuan Kegiatan
Program Guru Penggerak diharapkan bisa menjadi agen transformasi
pendidikan untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan. Tujuan Program
Guru Penggerak agar bisa menciptakan guru yang mampu mendorong komunitas
belajar bagi rekan guru di sekolah dan lingkungannya, memacu peningkatan
kepemimpinan siswa di sekolah, menciptakan ruang diskusi positif dan kerjasama
antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, menjadi pemimpin pendidikan yang memacu
kesejahteraan ekosistem pendidikan di sekolah.
Dalam kegiatan yang dilakukan penulis mulai dari memberikan
Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional, Coaching dan
Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran hingga Kepemimpinan
dalam Pengembangan Sumber Daya semata mata untuk membentuk karakter
murid agar menjadi Pelajar Pancasila.

C. Manfaat Kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan Program Guru Penggerak, penulis banyak
mendapatkan manfaat positif. Adapun manfaat yang didapatkan dari kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak dalam hal pembelajaran berdiferensiasi yakni guru
memiliki kompetensi dalam pemimpin pembelajaran yang berorientasi pada
murid, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dijalankan dengan aktif, aman,
nyaman dan menyenangkan, begitu juga dalam pembelajaran sosial emosional,
guru bisa memahami dirinya, murid juga rekan guru sehingga bisa menjadi pribadi
yang bisa menempatkan diri dimanapun guru itu berada.
Manfaat coaching, yakni bisa menjadikan guru sebagai rekan supervisi
yang bisa membuat rekan sesama guru bisa menyelesaikan permasalahan
berdasarkan kemauan dan kemampuan rekan guru tersebut. Dalam pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hingga kepemimpinan dalam
pengembangan sumber daya memberikan manfaat kepada guru agar senantiasa
memanfaatkan sumber daya aset dalam mengambil sebuah kebijakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari
bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita
sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap
anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan
kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak
tersebut merasa selamat dan bahagia. Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah
individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik
pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka
acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar
murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Kita dapat
melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yakni Kesiapan
belajar murid (readiness), Minat murid dan Profil belajar murid.
Kegiatan yang dilakukan penulis terkait materi pembelajaran
berdiferensiasi dimulai dari memahami konsep tentang pembelajaran
berdiferensiasi. Penulis mulai melakukan asesmen diagnostik kepada murid
sebelum memulai materi pembelajaran. Dari asesmen diagnostik itulah, penulis
bisa memperoleh data tentang kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.
Penulis lalu membuat RPP yang mengarah pada pembelajaran berdiferensiasi.
Penulis juga sudah mulai menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada murid,
dan mengenalkannya pada rekan sesama guru.

B. Pembelajaran Sosial dan Emosional


Meningkatnya jumlah kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-
obatan terlarang, pernikahan usia dini dan kehamilan di bawah usia, murid yang
memiliki motivasi belajar rendah hingga putus sekolah, murid dengan gangguan

3
emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia
remaja, menunjukkan masih lemahnya perkembangan sosial dan emosional para
murid kita. Maka, pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan
emosional murid adalah sebuah urgensi dalam proses pendidikan kita.
Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid
untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE),
yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Setelah mempelajari modul ini, ternyata begitu penting pembelajaran
sosial emosional dalam menjalankan tugas sebagai guru. selain kita bisa
mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum bertemu murid, guru juga harus
memberikan pembelajaran yang memperhatikan sosial emosional murid. Jika
guru dan murid memiliki kompetensi sosial emosional yang seimbang, akan
menghasilkan kesejahteraan psikologis pada diri dan akan menghasilkan
lingkungan sekolah yang positif. Selain itu, dengan melakukan pembelajaran
sosial emosional guru bisa menuntun murid sesuai kodratnya sehingga mereka
bisa mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakat sesuai filosofi KHD.
Kegiatan penulis pada saat mempelajari modul ini yakni penulis mulai
merubah kebiasaan pada saat berinteraksi dengan murid maupun rekan sesama
guru. Penulis terlebih dahulu menenangkan diri dan senantiasa meringankan
beban pikiran sebelum berhadapan dengan murid. Penulis juga sudah tidak terlalu
fokus dalam hal kognitif semata, melainkan perkembangan emosional murid yang
menjadi hal yang utama diperhatikan sebelum memulai pelajaran. Sering
mengadakan pembelajaran sambil bermain, memberikan ice breaking,
memberikan metode STOP, dan banyak hal positif lainnya sering penulis lakukan
setelah mempelajari modul ini.

C. Coaching
Program Pendidikan Guru Penggerak diharapkan menghasilkan
supervisor atau kepala sekolah yang memiliki paradigma berpikir dan
keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat.
Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala
kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai

4
manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi
pembelajaran antara guru dan murid.
Selain pada murid, coaching juga bisa membantu rekan sejawat kita untuk
mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, untuk itu kita
perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut
adalah fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan
ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu melihat peluang baru
dan masa depan.
Prinsip coaching ada 3, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan
memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa
saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka
memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi. Selain prinsip, terdapat
pula kompetensi inti dalam coaching yakni kehadiran penuh, mendengarkan aktif,
serta mengajukan pertanyaan berbobot. Sebuah alur percakapan coaching yang
akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi
efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA. Kepanjangan TIRTA adalah Tujuan
umum, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab.
Disaat menjalani pembelajaran di Modul ini kami dituntut untuk menjadi
coach untuk rekan sesama CGP. Pada awalnya penuli merasa bingung dan was-
was, takutnya tidak bisa menjadi coach yang baik untuk rekan sesama CGP.
Ternyata setelah melakukan latihan di Ruang kolaborasi dan melaksanakan
Praktek Coaching penulis pun ternyata dianggap bisa oleh Pak Fasilitator kami.
Penulis merasa senang dan bangga akan hal itu. Hal-hal positif yang penulis
dapatkan dalam modul ini yakni saya menjadi tahu tentang bagaimana menjadi
coach yang baik. Selain itu saya juga menjadi percaya diri karena mendapat
dukungan dari teman-teman dan fasilitator tentang penampilan saat menjadi
coach. Penulis pun melakukan supervisi akademik dengan rekan sesama guru
disekolah.
Pelaksanaan coaching yang saya lakukan sudah menerapkan alur
percakapan TIRTA dengan baik. Saya memberikan rasa nyaman kepada coachee.
Menanyakan tujuan yang ingin dicapai dari percakapan, lalu mengidentifikasi apa
yang menjadi permasalahan coachee dan memberikan pertanyaan-pertanyaan
pemantik untuk menggali informasi lebih dalam lagi. Saya mendengarkan dengan
baik apa yang dibicarakan oleh coachee, dengan memberikan perhatian penuh
disaat coachee berbicara.

5
Saya lalu menanyakan hal ideal yang diharapkan coachee dan menanyakan
solusi dari permasalahannya, setelah coachee menjabarkan rencananya saya pun
menegaskan waktu pelaksanaanya. Sehingga apa yang menjadi solusi dari
permasalahannya segera bisa teratasi.

D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran


Materi yang penulis dapatkan dalam modul ini yakni tentang Dilema Etika
dan Bujukan Moral. Dimana prinsip penyelesaian dilema yakni Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang
bisa dikategorikan seperti Individu lawan kelompok (individual vs community),
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan
(truth vs loyalty) dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long
term).
Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan
yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang
membingungkan, ada 9 langkah yang dapat dilakukan: 1) Mengenali nilai-nilai
yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3)
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) Pengujian benar atau
salah, 5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 6) Melakukan Prinsip
Resolusi, 7) Investigasi Opsi Trilema, 8) Buat Keputusan dan 9) Lihat lagi
Keputusan dan Refleksikan.
Kegiatan penulis pada modul ini yakni menganalisis studi kasus yang ada
pada LMS, apakah studi kasus tersebut termasuk pada dilema etika atau bujukan
moral. Selain itu pada modul ini, penulis mengadakan wawancara kepada kepala
sekolah di tempat penulis mengajar, juga mewawancarai kepala sekolah di
sekolah lain terkait pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Banyak ilmu serta manfaat yang didapatkan penulis dalam modul ini, yang
membuat penulis menjadi lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan.

E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya


Sekolah merupakan sebuah ekosistem, dimana terdapat berbagai macam
unsur-unsur yang saling terkait antara satu sama lain. Interaksi antara unsur
tersebut bisa membuat sekolah menjadi lebih baik kedepannya. Dalam mengelola

6
ekosistem sekolah tentunya diperlukan pemetaan aset yang ada di sekolah untuk
mendukung terselenggaranya program-program pembelajaran yang maksimal.
Pemetaan aset itu penting dilakukan untuk dapat menentukan mana aset atau
sumber daya yang dapat dikembangkan atau sumber daya mana yang selama ini
kurang dimanfaatkan atau sumber daya yang sangat potensial namun belum
dikembangkan maupun modal mana yang belum diberdayakan secara optimal.
Setelah pemetaan aset dilakukan maka pengelolaannya menjadi hal yang utama
yang harus dilakukan, terutama pengelolaan aset yang berdampak pada murid.
Adapun 7 potensi aset itu antara lain modal manusia, modal sosial, modal politik,
modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam dan modal
finansial
Dalam materi kepemimpinan dalam pengembangan sumberdaya terdapat
juga hal-hal terkait Sekolah sebagai ekosistem, Pendekatan Berbasis
Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach), Pendekatan Berbasis
Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach), Pendekatan ABCD (Asset-Based
Community Development), Karakteristik komunitas yang sehat dan resilien dan
Aset –aset dalam sebuah komunitas.
Kegiatan yang dilakukan penulis terkait materi ini yakni, melakukan
diskusi bersama CGP yang lain terkait aset-aset yang dimiliki oleh daerah kami.
Dengan melihat bagaimana cara memanfaatkan aset di daerah, para CGP pun akan
bisa melihat dan memanfaatkan aset yang dimiliki oleh sekolah. Setelah itu,
penulis pun melakukan diskusi yang dihadiri oleh Kepala Sekolah, guru, staf,
murid, perwakilan orang tua, perwakilan Gender serta Tokoh masyarakat yang
berada di lingkungan sekolah guna membahas aset-aset yang bisa dimanfaatkan
untuk pemenuhan kebutuhan belajar murid.

7
BAB III
PENUTUP

A. REFLEKSI
Sebagai guru kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan
kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan
keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar).
Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri
seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka
untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Itulah makna dari
pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran sosial emosional, membuat penulis
berusaha lebih dekat dengan murid secara emosional, sehingga bisa mengetahui
setiap permasalahan yang dihadapi murid dan berusaha memperbaiki dan
menengahi.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita bisa menerapkan coaching
untuk murid, rekan sejawat maupun orang lain disekitar kita yang sedang
menghadapi sebuah permasalahan. Dalam hal supervisi akademik, teknik
coaching akan membuat guru lebih nyaman, dan lebih dihargai. Selain itu guru
juga bisa menemukan potensi yang ada dalam dirinya dibantu oleh coach.
Dalam hal kepemimpinan untuk mengembangkan aset dan sumber daya,
baiknya ada perubahan signifikan yang terjadi pada diri pribadi dan juga pada
lingkungan. Dimana kita bisa menjadi seseorang yang dalam mengambil
keputusan tidak merugikan orang lain. Serta mampu memanfaatkan segala sumber
daya maupun aset yang dimiliki.

B. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut yang penulis lakukan terkait materi pembelajaran
berdiferensiasi yakni menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam kelas,
selain itu mengenalkan kepada rekan guru disekolah dan di komunitas sehingga
mereka pun bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam
pembelajarannya. Dalam pembelajaran sosial emosional, penulis menerapkan
pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi dengan materi pelajaran yang
diberikan serta mengenalkannya pada rekan sesama guru. Penulis akan menjadi
rekan yang baik, dan terbuka untuk mereka agar tercipta hubungan emosional
yang kuat serta memberikan teladan. Dalam penerapan coaching untuk rekan

8
sejawat penulis ingin bersosialisasi tentang coaching untuk supervisi akademik.
Sehingga rekan tidak merasa takut dengan istilah supervisi.
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seharusnya
berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Dalam mengambil sebuah keputusan,
faktor yang paling utama yakni keputusan tersebut berpihak pada murid. Dalam
hal kepemimpinan untuk mengembangkan sumber daya penulis harus bisa melihat
atau mendeteksi segala aset yang dimiliki oleh sekolah maupun daerah. Setelah
mengetahui tentang aset-aset tersebut, penulis harus bisa memanfaatkannya
sebagai penunjang pembelajaran, tidak akan terpaku dengan kekurangan dan
masalah yang dihadapi. Penulis akan melihat segala sisi positif yang bisa
dikembangkan. Penulis juga mengajak Kepala Sekolah, maupun rekan guru di
sekolah agar selalu memanfaatkan segala aset yang ada.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Oscarina Dewi, Siti Luthfah. 2022. Bahan Ajar Pendidikan Program Guru
Penggerak Paket Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid
Modul 2.1 “Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid” Edisi
3. Jakarta:Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Yo,Rusiati, Jilly Pingkan Kaunang. 2022. Bahan Ajar Pendidikan Program Guru
Penggerak Paket Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid
Modul 2.2. “Pembelajaran Sosial dan Emosional” Edisi 3. Jakarta: Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Irayati, Monika, Murti Ayu Wijayanti, Shirley Puspitawati, Simon Rafael, Warih
Wijayanti. 2022. Bahan Ajar Pendidikan Program Guru Penggerak Paket
Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Modul 2.3.
Coaching untuk Supervisi Akademik. Edisi 3. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi
Nurcahyani,Andri, Diah Samsiati Rajasa. 2022. Bahan Ajar Pendidikan Program
Guru Penggerak Paket Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam
Pengembangan Sekolah Modul 3.1 “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-
nilai Kebajikan sebagai Pemimpin” Edisi 3. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi
Suharsih, Siti, Yuni Widiastuti. 2022. Bahan Ajar Pendidikan Program Guru
Penggerak Paket Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan
Sekolah Modul 3.2 “Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya” Edisi 3.
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

10
LAMPIRAN

Gambar 1: Pembelajaran berdiferensiasi dengan mengamati langsung objek diluar


kelas

Gambar 2: Pembelajaran berbasis permainan tradisional

11
Gambar 3: Implementasi Kompetensi sosial emosional

12
Gambar 4 dan 5: Menciptakan hubungan emosional bersama murid melalui makan
bersama

13
Gambar 6,7, dan 8: coaching

14
Gambar 9 dan 10: Wawancara bersama para kepala sekolah terkait pengambilan
keputusan

15
Gambar 11: Pengembangan kepemimpinan murid melalui pelantikan pengurus OSIS

Gambar 12: Pemanfaatan Sumber Daya sebagai aset

16

Anda mungkin juga menyukai