Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN II

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

”MERANCANG PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK PADA


MURID MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI”

NAMA : HANY OKTAVIA OSHIN, S.Pd.


NIM : 2001230095
BIDANG STUDI : BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
SEPTEMBER,2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada kita semua sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan I1 PPG (PGP) Desain Pembelajaran
Inovatif, “Merancang Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid melalui Penerapan
Pembelajaran Berdiferensiasi”. Penyusunan laporan II ini merupakan salah satu
syarat dalam Rekognisi Pembelajaran Langsung PPG dari Pendidikan Guru
Penggerak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak dapat selesai
dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Daryanto, M.T. Selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Guru,
Universitas Negeri Jakarta.

2. Dr. Reni Nur Eriyani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing atas arahan dan
bimbingannya.

3. Ibu Siti Ansoriyah, S.Pd., M.Pd. selaku pengajar kelas 3 Bahasa Indonesia.

4. Bapak Tikno Anianto, M.Pd. selaku fasilitator penulis selama mengikuti


Program Guru Penggerak Angkatan 6.

5. Ibu Agus Iriani, S.Pd., Aud. selaku pengajar praktik yang senantiasa sabar
dan ikhlas memberikan dorongan dan arahan selama Program Guru
Penggerak Angkatan 6.

6. Keluarga besar SMP PL Santo Albertus Ketapang yang memberikan


dukungan penuh sehingga penulis dapat menyelesaikan program PPG GP
ini.

7. Suami dan keluarga besar serta para sahabat yang tidak bisa disebut satu
persatu atas dukungan yang selalu diberikan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan 1 ini


yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

ii
Semoga tugas laporan ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang
bermanfaat bagi insan pendidikan secara khusus dan masyarakat luas. Terlebih,
semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi warga SMP PL Santo
Albertus Ketapang.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...... iv
RINGKASAN …………………………………………………………….... v

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan yang Telah Dilakukan ...………………... 1
1.2 Tujuan Kegiatan……………………………………………………. 2
1.3 Manfaat Kegiatan…………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi ……………………………...……… 4
2.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak…………………………………... 6
2.5 Visi Guru Penggerak……………………………………………….. 8
2.6 Budaya Positif……………………………………………………… 10
BAB III PENUTUP
3.1 Refleksi…………………………………………………………….... 12
3.2 Tindak Lanjut ………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16

iv
v
RINGKASAN

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal


(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan
murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting.
Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk
dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan
memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang
berkarakter baik.
International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai
suatu bentuk kemitraan antara seorang pendamping (coach) bersama dengan
klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang
dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran
dan proses kreatif.
Guru adalah pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan
seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur
apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang
guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid
sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik
sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid.

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid harus dilakukan


oleh guru sebagai bentuk usaha dalam mengembangkan potensinya.
Inovasi yang dilakukan guru inilah yang menjadi salah satu tujuan
merdeka belajar. Satriawan,dkk (2021) menjelaskan melalui Merdeka
Belajar ini, harapannya guru memiliki mindset tumbuh, sehingga mampu
berinovasi dalam pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menciptakan
pembelajaran inovatif di antaranya adalah penerapan pembelajaran
berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, pembelajaran berbasis aset
serta menerapkan Teknik coaching. Selain itu guru juga harus mampu
mengambil keputusan dengan tepat dan memanfaatkan sumber daya yang
ada di sekolah dengan maksimal. Pembelajaran berdiferensiasi banyak
dikembangkan oleh guru untuk meningkatkan motivasi, konsentrasi, hasil
belajar, dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra dkk
(2020) menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berdiferensiasi efektif
untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak berkesulitan belajar. Hal ini
dapat dilihat pada pengamatan ketiga belas hingga pengamatan ketujuh
belas dengan mean level 7,6, batas atas 8.2, batas bawah 7 dan persentase
kecenderungan stabilitas arah pada baseline (A2) ini mengalami
peningkatan.
Selain pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional
juga sangat penting diterapkan di kelas. Kegiatan untuk mengasah sosial
emosional murid dapat dilakukan dengan beragam, salah satunya yaitu
dengan menggunakan permainan. Kusumawati, dkk (2021) menjelaskan
kegiatan untuk mengasah sosial emosional murid salah satunya dengan
melakukan permainan tradisional.
Teknik coaching juga harus diterapkan guru untuk lebih maksimal
dalam menuntun murid dalam melakukan proses belajarnya. Selain itu

1
guru juga dituntut mampu menjadi coach untuk dirinya sendiri dalam
menyelesaikan permasalahan. Pengambilan keputusan guru dalam
menyelesaikan permasalahan di dalam kelas tentunya membutuhkan
berbagai pertimbangan-pertimbangan sehingga keputusan yang diambil
tepat sasaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Maka dari itu
perlu adanya empat paradigma dilema etika, tiga prinsip dilema etika, dan
9 langkah pengujian keputusan sebagai bentuk desain langkah-langkah
guru dalam menyelesaikan permasalahannya. Dari berbagai masalah yang
harus diselesaikan oleh guru, pemanfaatan sumber daya yang ada di
lingkungan sekolah harus lebih maksimal. Maka guru perlu menguasai
keterampilan mengembangkan dan memanfaatkan aset-aset yang ada
untuk mengembangkan sekolah.
Dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
murid tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru,
sehingga pembelajaran yang dilakukan efektif dan efisien. Berdasarkan
uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Guru memenuhi kebutuhan belajar murid melalui
pembelajaran berdiferensiasi?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran sosial emosional untuk memenuhi
kebutuhan murid?
3. Bagaimana guru menggunakan Teknik coaching untuk menuntun murid
atau rekan sejawat untuk menyelesaikan permasalahannya secara
mandiri?
4. Bagaimana pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
5. Bagaimana guru mampu memanfaatkan aset yang ada
untuk mengembangkan sumber daya di sekolah?

1.2 Tujuan Kegiatan

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan pada latar belakang, dapat


ditarik tujuan kegiatan pemahaman pada pembahasan desain pembelajaran
inovatif dan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid adalah sebagai

2
berikut:

1. Memahami dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai


upaya pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid di
kelas.

2. Memahami dan menerapkan pembelajaran sosial emosional untuk


mengasah sosial dan emosional murid di kelas
3. Memahami dan menerapkan Teknik coaching untuk menuntun murid
menyelesaikan permasalahannya.
4. Memahami dan menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran.
5. Memahami cara mengidentifikasi aset di sekolah dan
memanfaatkannya untuk mengembangkan sumber daya di sekolah.

1.3 Manfaat Kegiatan

Berdasarkan tujuan kegiatan yang telah diuraikan dapat ditarik manfaat dari
kegiatan pemahaman dan penerapan modul 2 terkait dengan materi praktik
pembelajaran yang berpihak pada murid adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru mampu memenuhi kebutuhan
murid berdasarkan profil belajar, gaya belajar, dan minat murid.
2. Menumbuhkan rasa empati murid melalui pembelajaran sosial
emosional.
3. Murid / teman sejawat mampu menyelesaikan masalahnya secara
mandiri.
4. Guru mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan
perannya sebagai pemimpin pembelajaran.

5. Guru mampu mengembangkan sumber daya yang ada


untuk memaksimalkan pembelajarannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi


Mendesain pembelajaran yang inovatif tentunya membutuhkan
kreativitas, pengetahuan, kepekaan yang tinggi dalam menyusunnya. Mudlofir
(2021) dalam bukunya berjudul “Desain Pembelajaran Inovatif” menjelaskan
bahwa dari berbagai model mendesain pembelajaran inovatif di dalamnya
mencakup tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan
refleksinya. Salah satu desain pembelajaran yang dapat dieksplor oleh guru
adalah pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat mendesain pembelajaran
berdiferensiasi untuk meningkatkan beberapa hal yang ada di kelas seperti
aktivitasi, motivasi, hasil belajar, kreativitas dan lain sebagainya. Penelitian
yang dilakukan oleh Iskandar (2021) menjelaskan bahwa pembelajaran
berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar dengan kondisi awal pra siklus
diperoleh 36,36% menjadi 66,67% pada siklus I dan pada siklus II mencapai
90,91%.
Ada beberapa langkah pada aksi nyata yang saya lakukan yaitu
membuat perencanaan pembelajaran berdiferensiasi, pelaksanaan, evaluasi dan
refleksi. Pada pembelajaran berdiferensiasi guru mendesain pembelajaran
berdasarkan profil belajar, gaya belajar dan minat murid. Pada
implementasinya guru harus memperhatikan konten yang nantinya disajikan,
bentuk prosesnya, dan juga produk/praktik yang dilakukan oleh murid.
Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) yang telah saya buat terlampir.
Pada konten materi yang tertuang di RPl, saya melakukan diferensiasi dengan
menyajikan materi dalam bentuk video (audio visual) di lampiran. Kemudian
pada prosesnya saya memanfaatkan fasilitasdidalam kelas 8D. Pada produk
yang dihasilkan murid, guru memberi kebebasan dalam menyelesaikan tugas
berupa tulisan atau video narasi atau poster.
Pada pelaksanaan pembelajarannya, saya melakukan observasi tentang
minat murid terhadap materi yang dipelajari. Hasil observasi dapat dilihat pada

4
lampiran. Kemudian beberapa kuis teka-teki silang online saya tambahkan
sebagai pertanyaan pemantik. Materi yang saya sajikan selain dengan
menggunakan video pembelajaran sebagai materi Berpidato Persuasif juga ada
materi menggunakan power point. Berdasarkan pembelajaran berdiferensiasi
yang telah dilakukan pada 30 murid yang ada mengalami peningkatan hasil
belajar.

2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah suatu pendekatan


pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
emosional pada individu. PSE fokus pada pengembangan kemampuan
dalam berinteraksi dengan orang lain, memahami dan mengelola emosi,
serta berpartisipasi dalam hubungan sosial yang sehat. Tujuan utama dari
pembelajaran sosial emosional adalah membantu individu menjadi lebih
sadar diri, mampu berempati, mengelola emosi dengan baik,
berkomunikasi efektif, dan memecahkan masalah secara konstruktif.

Berikut beberapa aspek penting dari pembelajaran sosial emosional:


1. Kesadaran Diri (Self-Awareness): Ini mencakup pemahaman diri,
identifikasi emosi, dan pengenalan kekuatan serta kelemahan pribadi.

2. Pengelolaan Emosi (Emotional Regulation): Individu diajarkan untuk


mengenali dan mengelola emosi dengan cara yang sehat, termasuk
teknik-teknik seperti meditasi, relaksasi, dan pengendalian diri.
3. Kesadaran Sosial (Social Awareness): Ini melibatkan kemampuan
untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain, mengembangkan
empati, dan mengenali kebutuhan orang lain dalam berbagai situasi.
4. Keterampilan Sosial (Social Skills): PSE juga mencakup
pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif, kolaborasi,
negosiasi, dan resolusi konflik.
5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: Individu diajarkan
untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengambil
keputusan yang bertanggung jawab.
5
PSE memiliki peran yang penting dalam pendidikan karena tidak
hanya membantu dalam perkembangan pribadi dan sosial individu, tetapi
juga dapat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih
aman dan mendukung. PSE dapat diajarkan melalui kurikulum formal di
sekolah, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari, baik di rumah, di tempat kerja, atau dalam masyarakat.

PSE juga terbukti memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan


kesejahteraan emosional, mengurangi konflik dan perilaku agresif,
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan
produktivitas dan hubungan antarindividu.

Dari pemaparan materi diatas, jika dikaitkan antara materi PSE Guru
Penggerak dengan materi modul pedagogi dan Profesional pada
Pendidikan Profesi Guru (PPG) sudah relevan dan sangat sesuai dengan
substansi yang diharapkan dari materi mata kuliah Pendidikan Profesi
Guru (PPG).

2.3 Teknik Coaching


Kemampuan melakukan coaching dengan efektif dan efisien harus dimiliki oleh
guru, agar mampu mengarahkan dan menuntun murid / rekan sejawat dalam
menyelesaikan masalah-masalahnya secara mandiri. International Coach
Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi
dasar bagi seorang coach yaitu keterampilan membangun dasar proses
coaching, membangun hubungan baik, berkomunikasi dan keterampilan
memfasilitasi pembelajaran.
Praktik aksi nyata yang saya lakukan tentang penerapan teknik coaching bagi
murid atau guru pada langkah awal adalah menyusun alur berdasarkan langkah-
langkah desain coaching TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan
Tanggungjawab). Langkah selanjutnya adalah membuat rancangan kegiatan
mulai dari latar belakang, tujuan, tolak ukur, tindakan yang dilakukan dan
dukungan yang dibutuhkan. Pada praktik coaching yang saya lakukan di

6
sekolah sasarannya adalah teman sejawat. Permasalahannya yang dihadapi oleh
coachee adalah tentang bagaimana menyajikan pembelajaran yang inovatif
sehingga mampu meningkatkan motivasi murid di dalam kelas. Kegiatan
tersebut dapat dilihat pada lampiran.

2.4 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran


Kemampuan pengambilan keputusan yang efektif dan efisien sebagai
pemimpin pembelajaran merupakan sebuah kemampuan yang harus dikuasai
oleh guru. Tidak jarang guru dihadapkan dengan sebuah situasi antar dilema
etika dan bujukan moral. Dilema etika adalah keadaan di mana guru
dihadapkan dengan pilihan benar vs benar. Dari kedua pilihan itu mana yang
harus dipilih oleh guru sesuai dengan pertimbangan yang telah dilakukan.
Kemudian bujukan moral merupakan sebuah keadaan di mana guru
dihadapkan dengan pilihan benar vs salah. Untuk mengidentifikasi bahwa
keadaan itu termasuk dilema etika atau bujukan moral guru harus memahami
dari berbagai pertimbangan, hingga akhirnya menetapkan keadaan tersebut
termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Aksi nyata yang saya lakukan di dalam kelas adalah pada masalah
siswa. Hal ini dapat dilihat pada saat guru melakukan interaksi yang
berhubungan dengan materi yang diajarkan serta membahas tugas yang telah
dikerjakannya. Bahkan murid tersebut mendapatkan nilai tertinggi dari
teman-temannya yang lain .
Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas guru harus mengambil
keputusan yang efektif dan efisien untuk penilaian kelas. Hal pertama yang saya
lakukan adalah dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.
Kemudian melakukan opsi trilema agar ada pemecahan masalah dengan cara
lain untuk menyelesaikannya yaitu memberikan nilai sesuai dengan yang
didapat, tetapi juga bekerja sama dengan orang tua untuk mengontrol dan
memastikan bahwa tugas yang dikerjakan adalah hasil dari kerja murid itu
sendiri. Menyamakan presepsi bersama orang tua bahwa nilai tidak menjadi
tolak ukur kesuksesan anak.

7
2.5 Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya
Mulyasa (2022) dalam bukunya menjelaskan bahwa pemimpin harus
memiliki rasa tanggungjawab atas amanah yang berikan. Guru memiliki peran
yang sangat penting yaitu menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai
pemimpin harus memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan
sekolahnya, mengevaluasi hasil pemetaan potensi sumber daya sekolahnya
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
murid, dan juga memahami cara berpikir dengan pendekatan asset-based
thinking. Fortner (2021) dalam penelitiannya berjudul Embracing Asset-
Based School Leadership Dispositions in Advancing True Equity and
Academic Achievement for Students Living in Poverty, mengungkapkan
bahwa setiap institusi yang ingin bertumbuh dan berkembang dengan baik
maka harus mengetahui aset yang ada pada dirinya dan bagaimana cara
mengembangkannya.

Pada aksi nyata yang saya lakukan pada modul kepemimpinan dalam
pengembangan sumber daya adalah mengidentifikasi aset yang ada di sekolah
untuk memaksimalkan pembelajaran. Setelah memetakan aset yang ada di
sekolah, pada tahap berikutnya saya membuat sebuah pembelajaran berbasis
aset. Salah satu aset yang sangat menonjol adalah guru- guru di SMP PL
Santo Albertus Ketapang. Pada setiap tingkat kelas dikelola oleh wali kelas
dengan tanggungjawab yang sudah mereka pahami sebelumnya.

Kegiatan ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk memaksimalkan


pembelajaran yang masih terbatas di masa ini, agar murid memiliki
pengalaman nyata dari nara sumber yang sudah mengalami perjalanan untuk
meraih cita-cita. Sehingga harapannya motivasi untuk melakukan hal yang
lebih baik untuk meraih cita-cita dalam dilakukan oleh murid dengan
maksimal.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Refleksi

9
Pada aksi nyata yang telah saya lakukan pada modul dua dan tiga ini adalah
sebagai implementasi pembelajaran yang berpihak kepada kebutuhan murid.
Hal ini terlihat dengan program-program pembelajaran berdiferensiasi, sosial
emosional, dan berbasis aset. Kegiatan pembelajaran tersebut tentunya akan
berjalan dengan baik didukung dengan keterampilan-keterampilan yang harus
dikuasai seperti teknik coaching, keterampilan mengendalikan emosi
menggunakan teknik STOP dan lain sebagainya.
Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan bertujuan untuk menyajikan
pembelajaran yang bermakna berdasarkan gaya belajar, minat dan juga profil
belajar murid. Sedangkan pembelajaran sosial emosional bertujuan untuk
memasukkan kegiatan mengasah keterampilan sosial emosional yang
diintegrasikan ke dalam pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan pembelajaran
berbasis aset yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran
sesuai dengan aset yang dimiliki oleh sekolah.
Beberapa kendala yang saya alami pada penerapan kegiatan ini adalah
kurangnya fasilitas yang memadai, juga minimnya waktu layanan saya di kelas
tiap harinya sehinga kesempatan untuk memberi layanan klasikal sangat
terbatas.

10
3.2 Tindak Lanjut
Berdasarkan refleksi yang telah saya lakukan perlu adanya tindak lanjut
sebagai berikut:

1. Pembelajaran berdiferensiasi selain didasarkan pada gaya belajar, profil


belajar dan minat, harus diperhatikan juga kendala-kendala non kognitif
yang dialami murid. Sehingga perlu adanya asesmen diagnostik non
kognitif.

2. Perlu adanya persiapan dan perencanaan yang matang dalam mengatasi


kendala yang mungkin dapat terjadi saat kegiatan berlangsung

3. Mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi, sosial emosional, dan


pembelajaran berbasis aset yang dikombinasikan dengan model-model
pembelajaran.

Berdasarkan refleksi dan tindak lanjut yang telah dibuat di atas maka
diharapkan pada masa yang akan datang dapat dijalankan dengan maksimal dan
lebih baik. Pada intinya pengembangan pembelajaran di dalam kelas
diimplementasikan dengan tujuan untuk lebih menggali potensi murid yang ada
di dalam kelas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fortner, K. M., Lalas, J., & Strikwerda, H. (2021). Embracing Asset-


Based School Leadership Dispositions in Advancing True
Equity and Academic Achievement for Students Living in
Poverty. Journal of Leadership, Equity, and Research, 7(1),
n1.
Irsan, I., Sufinuran, S., & Fauziah, R. (2022). Analisis Perkembangan Perilaku
Sosio-Emosional Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Secara
Daring (Online) di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(1), 943-953.

Permendikbudristek No.26 Tahun 2022 Pendidikan Guru Penggerak Tahun 2022


Tentang Pendidikan Guru Penggerak 2022. Jakarta: Kemendikbudristek.

Aditya Dharma, S.Si M.B.A. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional.
2022. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Aditya Dharma, S.Si M.B.A. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. 2022.
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Aditya Dharma, S.Si M.B.A. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak. 2022. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Aditya Dharma, S.Si M.B.A. Modul 1.4 Budaya Positif. 2022. Jakarta: Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

12
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DOKUMENTASI SAAT SISWA BERSAMA GURU MEMBUAT KEYAKINAN


KELAS DAN KELAS IMPIAN

13
14
SISWA MENEMPELKAN HASIL
KEYAKINAN KELAS YANG TELAH DISEPAKATI

15
SISWA MENEMPELKAN HASIL KEYAKINAN
KELAS DAN KELAS IMPIAN YANG TELAH
DISEPAKATI

LINK YOUTUBE AKSI NYATA :


https://youtu.be/z8vkDmG2G1c?si=nlj6lguHLd0vklnd

16
17

Anda mungkin juga menyukai