DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1. GABRIEL JEHAMAT (C1D122009)
2. IVON INDRA SARANGA(C1D1220
3. VIKTORIUS DIRGAN (C1D122010)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Model-model
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan nilai dari dosen mata kuliah IPS Terpadu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan kami dalam memahami tentang “Model-model Pembelajaran IPS
Terpadu”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
I
DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Model Pembelajaran IPS.................................................................................................................3
B Model-model Pembelajaran IPS Terpadu............................................................................................4
1.Model Inquiri Training.....................................................................................................................4
2. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)........................................................7
3. Model Portofolio..........................................................................................................................8
4.Model Pembelajaran Langsung.........................................................................................................9
5.Model Bermain Peran Atau “ Role Playing ”.................................................................................10
6.Model Pendekatan ITM(Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat)...........................................................11
7.Model Pembelajaran Personal.........................................................................................................12
8.Model Pembelajaran Interaksi Sosial..............................................................................................14
9.Model Pembelajaran Bermain Peta.................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18
II
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
kurikulum di Indonesia. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata
pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan peserta didik sekolah untuk
globalisasi. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan, dibimbing
dan Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah bertujuan sebagai berikut:
yang kondusif dan menggairahkan peserta didik agar bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Salah satu kemampuan dasar yang harus
yang berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas yang
dapat memotivasi dan menggairahkan belajar peserta didik.[2] Dalam Permendiknas No. 22
1
tahun 2006 tentang standar isi; (2) pengetahuan pedagogic (pedagogical knowlegde) yang bisa
dilihat dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
bersifat menonton dan ekspositoris sehingga peserta didik kurang antusias dan mengakibatkan
pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat
peserta didik karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Model
pembelajaran IPS yang implementasikan saat ini masih bersifat konvensional sehingga peserta
didik sulit memperoleh pelayanan secara optimal. Bahkan, banyak yang mementingkan aspek
akademis dibandingkan dengan aspek-aspek non-akademis lainnya, seperti moral, atika, iman,
dan taqwa.
Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model
menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melibatkan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran IPS?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran IPS
beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub
pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum
(DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa
dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung
dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang
Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa
akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan
Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa”. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
3
Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan
dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran yang paling
efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi. Sebagai seorang guru harus mampu
memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model
pembelajaran yang diterapkan di kelas harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tujuan
pembelajaran, sifat materi pembelajaran yang akan diajarkan, ketersediaan fasilitas dan media,
sumber-sumber belajar, kondisi peserta didik atau tingkat kemampuan peserta didik, dan alokasi
waktu yang tersedia agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan
menunjang keberhasilan peserta didik dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa
belajar akan lebih antusias dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS
suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses
untuk mengajukan pertayaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan
meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir
reflektif dan atau ‘discovery’ (Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan bahwa inkuiri
lebih dari sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau arti tertentu
yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami.
4
Pengunaan pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan
kemampuan berpikir maupun pengetahuan. Sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan
pendekatan klasikal atau tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri merupakan upaya
yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas. Pendekatan
ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instruction)
bertentangan).
b. Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa
tampilnya masalah).
hipotesis).
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang peserta
didik untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi
pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
5
b. Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas
mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
d. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam pengertian
e. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau
f. Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah sampai pada tahap mengambil
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan yang utama, adalah: peserta didik
hendaknya aktif (learning by doing), belajar hendaknya didasari motivasi intrinsic, pengetahuan
berkembang tidak bersifat tetap, kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat
peserta didik, pendidikan harus mencangkup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami
dan saling menghormati satu sama lain artinya prosedur demokratis sangat penting, kegiatan
belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan Dewey akhirnya diwujudkan
dalam model group investigation.[8] Model group investigation memiliki enam langkah
merumuskan permasalahan.
6
c. Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru. Sarana pendudkung
model pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk
peserta didik dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi
atau ruangan kelas yang mudah ditata untuk itu. Sebagai dampak pembelajaran adalah
Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau sering disebut VCT
merupakan teknik pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencari dan menentukan
suatu nilai yang dianggap baik dalam mengahadapi persoalan melalui proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.Tujuan menggunakan VCT yaitu:
7
a. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran peserta didik tentang suatu nilai, sehingga
dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai.
b. Menanamkan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun
sifat yang positif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan kearah peningkatan dan
c. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada pesera didik melalui cara yang rasional (logis) dan
diterima peserta didik, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik peserta didik
d. Melatih peserta didik dalam menerima-menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang lain,
menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persolan yang berhubungan dengan
3. Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori belajar konstruktivisme,
yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa peserta didik membentuk atau membangun
merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan
a. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari
8
b. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi yang
orang/pakar/tokoh.
d. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah
e. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends dalam Trianto (1997). Menurut teori belajar
sosial Albert Bandura dalam Woollfolk (1995:221) bahwa seseorang dapat mudah belajar
melalui pengamatan dan meniru perilaku orang lain atau modeling. Berdasarkan teori tersebut,
agar keterampilan pengambilan keputusan dapat dikuasai siswa maka perlu ada contoh nyata
melalui pemodelan. Salah satu ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah adanya pemodelan
atau pendemonstrasian tentang materi yang bersifat prosedural yang dilakukan oleh guru dan
langkah belajar yang bersifat prosedural untuk memecahkan suatu masalah, sehingga
pendemonstrasian dapat mempengaruhi minat belajar siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa,
memancing siswa untuk belajar berpikir, belajar menyelesaikan masalah dengan mengambil
9
keputusan yang benar serta terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
alternatif pilihan-pilihan, mengumpulkan informasi, membuat daftar pro kontra dan mengambil
melatih pengambilan keputusan serta membimbing siswa secara kelompok maupun mandiri,
sehingga siswa dapat menirukan apa yang telah dilakukan oleh guru di akhir pembelajaran
karena mereka dibimbing, dilatih mengambil keputusan, serta diberi tugas secara mandiri oleh
guru. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan akan meningkat.
para peserta didik mempelajari nilai-nilai sosial dan pencerminannyadalam prilaku. Disamping
mengorganisasikan isu isu sosial, mengembangkanempati terhadap orang lain, dan berupaya
memperbaiki keterampilan sosial,dalam model ini para peserta didik dibimbing untuk
memecahkan berbagaikonflik, belajar mengambil peranan orang lain, dan mengamati prilaku
sosial.Dengan berbagai penyesuaian, model ini dapat digunakan untuk berbagai bidangstudi
dengan berbagai tingkatan usia.Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan
untukmembantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial danmemecahkan
10
konsep peran, menyadari adanya peran peranyang berbeda dan memikirkan prilaku dirinya dan
prilaku orang lain.Langkah-langkah bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu:
(1) pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat, (4) menata panggung,
dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan
guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan
cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah
masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dan sebagainya oleh karena itu, permasalahan
tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari perkembangan ilmu dan
menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga
mampu melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara
nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusilangsung terhadap misi
11
pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar
sebagai warga negara, &) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat sejarah
pendekatan personal berupa metode pertemuan kelas guru dengan murid. Pendekatan personal
sangat bisa mempengaruhi kesuksesan contohnya adalah pendekatan secara personal ke peserta
didik.
Dalam proses pendidikan, terdapat berbagai unsur yang dapat mempengaruhi kesuksesan
peserta didik. Salah satunya adalah peran pendidik. Pendidik merupakan unsur terpenting yang
memiliki pengaruh yang luar biasa bagi peserta didik. Pengaruh kuat yang diberikan pendidik
salah satunya melalui personal touch-nya atau pendekatan personal yang ditunjukkan dalam
kesehariannya kepada peserta didik. Pendekatan personal yang dilakukan seorang pendidik akan
memberikan kekuatan dan motivasi kepada anak didiknya. Hal ini berlaku di segala jenjang
pendidikan mulai jenjang dasar dan menengah hingga jenjang pendidikan tinggi. Pendekatan
personal ini merupakan kunci untuk memberikan dan menularkan nilai-nilai positif yang dimiliki
seorang pendidik. Untuk itu penting bagi seorang pendidik memiliki sikap, nilai dan perilaku
yang sepantas dan selayaknya sebagai pendidik. Hal ini menjadi fokus dan perhatian peserta
didik terhadap kekonsistennya antara perilaku yang ditunjukkan dengan apa yang diucapkan dari
seorang pendidik.
12
Tipe pertemuan pemecahan masalah, dalam pertemuan ini peserta didik berusaha
Tipe pertemuan terbuka, peserta didik diberi kebebsan dalam memikirkan dan menjawab
Tipe pertemuan terarah dan terbuka, yaitu guru mengarahkan interaksi dalam kegiatan
belajar mengajar, kepemimpinan guru sebagai penengah, dalam tahapan tertentu guru
personal, yaitu:
siswa adalah iklim yang hangat, bersifat pribadi dan hubungan guru dan peserta didik
dan peserta didik dengan peserta didik baik. Adapun tuga guru adalah mendorong
peserta didik agar berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar, dan menyeleksi
norma sosial.
untuk mengidentifikasi nilai dari masalah perilaku dan norma sosial serta membuat
13
8.Model Pembelajaran Interaksi Sosial
Richard Anderson dalam Syaiful Sagala, mengajukan dua pendekatan dan model
pembelajaran yaitu yang berorientasi kepada guru yang disebut teacher centered dan pendekatan
yang berorientasi kepada siswa yang disebut student centered. Pendekatan pertama biasa disebut
tipe otokratis karena pen-dekatannya satu arah yakni dari guru dan pendekatan kedua diseabut
tipe demokaratis karena guru meberi peluang peserta didik mengajukan pertanyaan.
Metode belajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini antara lain diskusi,
problem solving, motode simulasi, bekerja kelompok, dan motede lain yang menunjang
berkembangnya hubungan sosial peserta didik. Model interaksi sosial pada hakekatnya bertolak
dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial
atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Dalam konteks ini proses belajara pada
hakekatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian peserta didik berinteraksi
dengan peserta didik lain dan berinteraksi dengan kelompok-nya . langka yang ditempuh guru
dalam model ini adalah: (1) guru mengemu-kakan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada
para peserta didik, (2) peserta didik dengn bimbingan guru menelusuri berbagai macam masalah
yang terdapat dalam situasi tersebut, (3) peserta didik diberi tughas atau permasala-han untu
memecahkan masalah belajar tersebut peserta didik diminta untuk mendiskusikannya, (5) peserta
didik membuat kesimpulan dari hasil diskusinya, dan (6) membahas kembali hasil-hasil
kegiatannya.
Model ini dapat dicontohkan antara lain adalah menggunakan motode sosiodrama atau
bermain peran (role playing) keterlibatan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar cukup
tinggi terutama dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya, partisipasi ini menggabarkan
14
adanya interaksi sosial did antara sesama peserta didik dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu
model ini boleh dikatakan berorientasi pada peserta didik dengan mengembangkan sikap
demoktratis, artinya sesama mereka mampu saling menghargai, meskipun mereka memiliki
perbedaan.
penting dalam pembelajaran pengetahuan sosial. Peta dan globe memberikanmanfaat, yaitu: a)
siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b)
memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilahgeografi; c) memahami peta dan
globe. Dalam memahami peta dan globe diperlukanbeberapa syarat yaitu : (a) arah, (b) skala,; (c)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman untuk para perancang
pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran IPS adalah
pembelajaran yang berdasarkan pada partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan
Langsung, Model Bermain Peran Atau “ Role Playing ”, Model Pendekatan ITM(Ilmu,
B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat
bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik.
Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih
menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah
persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih
16
menyenangkan karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran
IPS.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://nurkholifahhh17.blogspot.com/2016/12/makalah-model-pembelajaran-ips.html
https://brainly.co.id/Pendekatan personal/5995406
https://www.academia.edu/41517636/Makalah_Model_Pembelajaran_IPS
http://www.referensimakalah.com/2012/06/model-interaksi-sosial-dalam.html
18