Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH IPS TERPADU

MODEL-MODEL PEBELAJARAN IPS TERPADU

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1. GABRIEL JEHAMAT (C1D122009)
2. IVON INDRA SARANGA(C1D1220
3. VIKTORIUS DIRGAN (C1D122010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Model-model

Pembelajaran IPS Terpadu”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk

mendapatkan nilai dari dosen mata kuliah IPS Terpadu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan kami dalam memahami tentang “Model-model Pembelajaran IPS

Terpadu”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan

Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan kami.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut

memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal

jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami

dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki

karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga

inspirasi untuk pembaca.

I
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Model Pembelajaran IPS.................................................................................................................3
B Model-model Pembelajaran IPS Terpadu............................................................................................4
1.Model Inquiri Training.....................................................................................................................4
2. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)........................................................7
3. Model Portofolio..........................................................................................................................8
4.Model Pembelajaran Langsung.........................................................................................................9
5.Model Bermain Peran Atau “ Role Playing ”.................................................................................10
6.Model Pendekatan ITM(Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat)...........................................................11
7.Model Pembelajaran Personal.........................................................................................................12
8.Model Pembelajaran Interaksi Sosial..............................................................................................14
9.Model Pembelajaran Bermain Peta.................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18

II
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum-

kurikulum di Indonesia. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata

pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan peserta didik sekolah untuk

mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan dengan perkembangan di era

globalisasi. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan, dibimbing

dan Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah bertujuan sebagai berikut:

1. Mengajabarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan

kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan

masalah, dan keterampilan sosial.

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang

majemuk, baik secara nasional maupun global.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan model pembelajaran

yang kondusif dan menggairahkan peserta didik agar bersemangat dalam mengikuti proses

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Salah satu kemampuan dasar yang harus

dikuasai guru adalah keterampilan mengembangkan model pembelajaran, yaitu keterampilan

yang berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas yang

dapat memotivasi dan menggairahkan belajar peserta didik.[2] Dalam Permendiknas No. 22

1
tahun 2006 tentang standar isi; (2) pengetahuan pedagogic (pedagogical knowlegde) yang bisa

dilihat dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru; dan (3) Keterampilan mengajar (teaching skills).

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya

bersifat menonton dan ekspositoris sehingga peserta didik kurang antusias dan mengakibatkan

pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat

peserta didik karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Model

pembelajaran IPS yang implementasikan saat ini masih bersifat konvensional sehingga peserta

didik sulit memperoleh pelayanan secara optimal. Bahkan, banyak yang mementingkan aspek

akademis dibandingkan dengan aspek-aspek non-akademis lainnya, seperti moral, atika, iman,

dan taqwa.

Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model

pembelajaran. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,

menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melibatkan

peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran IPS?

2. Apa saja model-model dalam pembelajaran IPS?

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran IPS

Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan

beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub

pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum

(DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).

Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan

perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa

dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung

dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang

hal-hal yang dipelajarinya.

Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai

pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman

yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa

akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan

menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan

Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan

belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa”. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari,

menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.

3
Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan

dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran yang paling

efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi. Sebagai seorang guru harus mampu

memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model

pembelajaran yang diterapkan di kelas harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tujuan

pembelajaran, sifat materi pembelajaran yang akan diajarkan, ketersediaan fasilitas dan media,

sumber-sumber belajar, kondisi peserta didik atau tingkat kemampuan peserta didik, dan alokasi

waktu yang tersedia agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan

menunjang keberhasilan peserta didik dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa

belajar akan lebih antusias dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS

akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan.

B Model-model Pembelajaran IPS Terpadu


1.Model Inquiri Training
Secara umum, istilah “inquiri” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab

suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses

untuk mengajukan pertayaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan

meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir

reflektif dan atau ‘discovery’ (Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan bahwa inkuiri

lebih dari sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau arti tertentu

yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat

dipahami.

4
Pengunaan pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan

kemampuan berpikir maupun pengetahuan. Sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan

pendekatan klasikal atau tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri merupakan upaya

yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas. Pendekatan

ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instruction)

daripada kepada guru (teacher-centred instruction).

Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:

a. Menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling

bertentangan).

b. Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa

tampilnya masalah).

c. Mengkaji data dan mengeksprimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan

hipotesis).

d. Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan.

e. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.

Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu

membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang peserta

didik untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi

penelitian dan semangat kreatif. Langkah-langkah inquiry adalah sebagai berikut:

a. Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi masalah, dengan

pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.

5
b. Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas

mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.

c. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan.

d. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam pengertian

implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.

e. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau

pengujian bagi hipotesis tersebut.

f. Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah sampai pada tahap mengambil

kesimpulan pemecahan masalah.

Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan yang utama, adalah: peserta didik

hendaknya aktif (learning by doing), belajar hendaknya didasari motivasi intrinsic, pengetahuan

berkembang tidak bersifat tetap, kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat

peserta didik, pendidikan harus mencangkup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami

dan saling menghormati satu sama lain artinya prosedur demokratis sangat penting, kegiatan

belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan Dewey akhirnya diwujudkan

dalam model group investigation.[8] Model group investigation memiliki enam langkah

pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topic,

merumuskan permasalahan.

b. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa

melakukan apa, apa tujuannya).

6
c. Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan

informasi, menganalisis datam membuat referensi).

d. Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan,

penentuan penyaji, moderator, dan notulen).

e. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi,

mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).

f. Evaluating (masing-masing peserta didik melakukan koreksi terhadap laporan masing-

masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi mengevaluasi

pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada

pencapaian pemahaman.

Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru. Sarana pendudkung

model pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk

peserta didik dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi

atau ruangan kelas yang mudah ditata untuk itu. Sebagai dampak pembelajaran adalah

pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelituan yang berdisiplin, proses

pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.

2. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)

Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau sering disebut VCT

merupakan teknik pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencari dan menentukan

suatu nilai yang dianggap baik dalam mengahadapi persoalan melalui proses menganalisis nilai

yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.Tujuan menggunakan VCT yaitu:

7
a. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran peserta didik tentang suatu nilai, sehingga

dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai.

b. Menanamkan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun

sifat yang positif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan kearah peningkatan dan

pencapaian target nilai.

c. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada pesera didik melalui cara yang rasional (logis) dan

diterima peserta didik, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik peserta didik

sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.

d. Melatih peserta didik dalam menerima-menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang lain,

menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persolan yang berhubungan dengan

pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.

3. Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori belajar konstruktivisme,

yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa peserta didik membentuk atau membangun

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Portofolio sebagai model pembelajaran

merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan

mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Pembelajaran berbasis portofolio

memungkinkan peserta didik untuk:

a. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari

buku/bacaan dengan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari.

8
b. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi yang

sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/radio/internet) maupun

orang/pakar/tokoh.

c. Membuat alternatif untuk mengatasi topic/objek yang dibahas.

d. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah

dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.

e. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah

timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

4.Model Pembelajaran Langsung


Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan

yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends dalam Trianto (1997). Menurut teori belajar

sosial Albert Bandura dalam Woollfolk (1995:221) bahwa seseorang dapat mudah belajar

melalui pengamatan dan meniru perilaku orang lain atau modeling. Berdasarkan teori tersebut,

agar keterampilan pengambilan keputusan dapat dikuasai siswa maka perlu ada contoh nyata

melalui pemodelan. Salah satu ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah adanya pemodelan

atau pendemonstrasian tentang materi yang bersifat prosedural yang dilakukan oleh guru dan

ditunjukkan kepada siswa. Pendemonstrasian tentang pengetahuan prosedural dilakukan oleh

guru di awal pembelajaran. Pendemonstrasian ini dapat berupa pendemonstrasian langkah-

langkah belajar yang bersifat prosedural untuk memecahkan suatu masalah, sehingga

pendemonstrasian dapat mempengaruhi minat belajar siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa,

memancing siswa untuk belajar berpikir, belajar menyelesaikan masalah dengan mengambil

9
keputusan yang benar serta terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran

langsung sesuai diterapkan dalam pembelajaran keterampilan pengambilan keputusan karena di

dalam pengambilan keputusan terdapat langkah-langkah yang dilakukan secara prosedural.

Langkah-langkah pengambilan keputusan tersebut adalah menuliskan pertanyaan, menentukan

alternatif pilihan-pilihan, mengumpulkan informasi, membuat daftar pro kontra dan mengambil

keputusan. Dengan menerapkan model pembelajaran langsung, di awal pembelajaran guru

memodelkan langkah-langkah pengambilan keputusan. Di kegiatan inti guru menjelaskan materi,

melatih pengambilan keputusan serta membimbing siswa secara kelompok maupun mandiri,

sehingga siswa dapat menirukan apa yang telah dilakukan oleh guru di akhir pembelajaran

karena mereka dibimbing, dilatih mengambil keputusan, serta diberi tugas secara mandiri oleh

guru. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan akan meningkat.

Alasan tersebutlah yang mendasari penerapan model pembelajaran langsung terhadap

keterampilan pengambilan keputusan.

5.Model Bermain Peran Atau “  Role Playing ”


 Model ini dirancang oleh Fanie dan Heorge Shaftel (1984), khususnya untukmembantu

para peserta didik mempelajari nilai-nilai sosial dan pencerminannyadalam prilaku. Disamping

itu model ini digunakan pula untuk membantu pesertadidik mengumpulkan dn

mengorganisasikan isu isu sosial, mengembangkanempati terhadap orang lain, dan berupaya

memperbaiki keterampilan sosial,dalam model ini para peserta didik dibimbing untuk

memecahkan berbagaikonflik, belajar mengambil peranan orang lain, dan mengamati prilaku

sosial.Dengan berbagai penyesuaian, model ini dapat digunakan untuk berbagai bidangstudi

dengan berbagai tingkatan usia.Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan

untukmembantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial danmemecahkan

masalah dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan

10
konsep peran, menyadari adanya peran peranyang berbeda dan memikirkan prilaku dirinya dan

prilaku orang lain.Langkah-langkah bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu:

(1) pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat, (4) menata panggung,

(5) memainkan peran, (6)diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peranulang, (8)diskusi dan

evaluasi kedua, (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan.

6.Model Pendekatan ITM(Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat)


Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS

(Science"Technology"Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik

terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook), yakni

berkisarmasih pada pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya

dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan

guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan

cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah

yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.

Pendekatan ITM menekankan pada aktivitas peserta didik melalui penggunaan

keterampilan proses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan

kegiatan pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey observasi, wawancara dengan

masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dan sebagainya oleh karena itu, permasalahan

tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari perkembangan ilmu dan

teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut pesertadidik

menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga

mampu melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara

nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusilangsung terhadap misi

11
pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar

memiliki kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, b) mengambil keputusan

sebagai warga negara, &) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat sejarah

perjuangan dan peradaban luhur bangsanya.

7.Model Pembelajaran Personal


Pendekatan personal adalah salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan

pendekatan personal berupa metode pertemuan kelas guru dengan murid. Pendekatan personal

sangat bisa mempengaruhi kesuksesan contohnya adalah pendekatan secara personal ke peserta

didik.

Dalam proses pendidikan, terdapat berbagai unsur yang dapat mempengaruhi kesuksesan

peserta didik. Salah satunya adalah peran pendidik. Pendidik merupakan unsur terpenting yang

memiliki pengaruh yang luar biasa bagi peserta didik. Pengaruh kuat yang diberikan pendidik

salah satunya melalui personal touch-nya atau pendekatan personal yang ditunjukkan dalam

kesehariannya kepada peserta didik. Pendekatan personal yang dilakukan seorang pendidik akan

memberikan kekuatan dan motivasi kepada anak didiknya. Hal ini berlaku di segala jenjang

pendidikan mulai jenjang dasar dan menengah hingga jenjang pendidikan tinggi. Pendekatan

personal ini merupakan kunci untuk memberikan dan menularkan nilai-nilai positif yang dimiliki

seorang pendidik. Untuk itu penting bagi seorang pendidik memiliki sikap, nilai dan perilaku

yang sepantas dan selayaknya sebagai pendidik. Hal ini menjadi fokus dan perhatian peserta

didik terhadap kekonsistennya antara perilaku yang ditunjukkan dengan apa yang diucapkan dari

seorang pendidik.

a. Cara merancang metode pendekatan personal menurut Glasser, yaitu:

12
 Tipe pertemuan pemecahan masalah, dalam pertemuan ini peserta didik berusaha

mengembangkan tanggung jawab untuk belajar dan berperilaku dengan jalan

memecahkan masalahnya di dalam kelas.

 Tipe pertemuan terbuka, peserta didik diberi kebebsan dalam memikirkan dan menjawab

pertanyaan dari guru.

 Tipe pertemuan terarah dan terbuka, yaitu guru mengarahkan interaksi dalam kegiatan

belajar mengajar, kepemimpinan guru sebagai penengah, dalam tahapan tertentu guru

harus mendorong peserta didik untuk berinisiatif, dn guru secara keseluruhan

mengidentifikasikan, memilih dan menaati alternative perilaku.

b. Adapun langkah-langkah penerapan metode pertemuan kelas atau metode pendekatan

personal, yaitu:

 Menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan, iklim yang mengundang keterlibatan

siswa adalah iklim yang hangat, bersifat pribadi dan hubungan guru dan peserta didik

dan peserta didik dengan peserta didik baik. Adapun tuga guru adalah mendorong

peserta didik agar berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar, dan menyeleksi

pendapat peserta didik tanpa disertai dengan celaan dan penilaian.

 Menyajikan masalah untuk diskusi, antara lain mengajukan masalah, mengemukakan

masalah, mendeskripsikan masalah, mengidentifikasi konsekuensi serta mengidentifikasi

norma sosial.

 Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi, peserta didik harus melakukan tindakan

untuk mengidentifikasi nilai dari masalah perilaku dan norma sosial serta membuat

pertimbangan pribadi terhadap norma-norma sosial yang dapat mengarah kepada

pemilihan perilaku dan nilai-nilai perilaku yang ditemukan.

13
8.Model Pembelajaran Interaksi Sosial
Richard Anderson dalam Syaiful Sagala, mengajukan dua pendekatan dan model

pembelajaran yaitu yang berorientasi kepada guru yang disebut teacher centered dan pendekatan

yang berorientasi kepada siswa yang disebut student centered. Pendekatan pertama biasa disebut

tipe otokratis karena pen-dekatannya satu arah yakni dari guru dan pendekatan kedua diseabut

tipe demokaratis karena guru meberi peluang peserta didik mengajukan pertanyaan.

Metode belajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini antara lain diskusi,

problem solving, motode simulasi, bekerja kelompok, dan motede lain yang menunjang

berkembangnya hubungan sosial peserta didik. Model interaksi sosial pada hakekatnya bertolak

dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial

atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Dalam konteks ini proses belajara pada

hakekatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian peserta didik berinteraksi

dengan peserta didik lain dan berinteraksi dengan kelompok-nya . langka yang ditempuh guru

dalam model ini adalah: (1) guru mengemu-kakan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada

para peserta didik, (2) peserta didik dengn bimbingan guru menelusuri berbagai macam masalah

yang terdapat dalam situasi tersebut, (3) peserta didik diberi tughas atau permasala-han untu

dipecahkan, dianalisis, dikerjakan yang berkenaan dengan situasi tersebut,(4) dalam

memecahkan masalah belajar tersebut peserta didik diminta untuk mendiskusikannya, (5) peserta

didik membuat kesimpulan dari hasil diskusinya, dan (6) membahas kembali hasil-hasil

kegiatannya.

Model ini dapat dicontohkan antara lain adalah menggunakan motode sosiodrama atau

bermain peran (role playing) keterlibatan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar cukup

tinggi terutama dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya, partisipasi ini menggabarkan

14
adanya interaksi sosial did antara sesama peserta didik dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu

model ini boleh dikatakan berorientasi pada peserta didik dengan mengembangkan sikap

demoktratis, artinya sesama mereka mampu saling menghargai, meskipun mereka memiliki

perbedaan.

9.Model Pembelajaran Bermain Peta


Keterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satutujuan

penting dalam pembelajaran pengetahuan sosial. Peta dan globe memberikanmanfaat, yaitu: a)

siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b)

memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilahgeografi; c) memahami peta dan

globe. Dalam memahami peta dan globe diperlukanbeberapa syarat yaitu : (a) arah, (b) skala,; (c)

lambang-lambang,; (d) warna

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman untuk para perancang

pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan atau melaksanakan aktivitas

pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran IPS adalah

model pembelajaran yang berlandaskan pendekatan paradigma konstruktivisme yaitu

pembelajaran yang berdasarkan pada partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan

masalah dan berpikir kritis. Model-model pembelajaran IPS berlandaskan paradigm

konstruktivisme diantaranya yaitu, Model Inquiry Training, Model Group Investigation,

Model Pembelajaran VCT, Model Portofolio, , Model Inkuiri, Model Pembelajaran

Langsung, Model Bermain Peran Atau “ Role Playing ”, Model Pendekatan ITM(Ilmu,

Teknologi, dan Masyarakat), Model Pembelajaran Personal, Model Pembelajaran Interaksi

Sosial, Model Pembelajaran Bermain Peta.

B. Saran

Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat

bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik.

Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model

pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih

menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah

persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih

16
menyenangkan karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran

IPS.

17
DAFTAR PUSTAKA
http://nurkholifahhh17.blogspot.com/2016/12/makalah-model-pembelajaran-ips.html

https://brainly.co.id/Pendekatan personal/5995406

https://www.academia.edu/41517636/Makalah_Model_Pembelajaran_IPS

http://www.referensimakalah.com/2012/06/model-interaksi-sosial-dalam.html

18

Anda mungkin juga menyukai