Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Strategi dan Inovasi Pembelajaran PJOK

Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani


di Sekolah Dasar

Disusun Oleh:
Zahra Humairoh (Nim. 21199064)
Wafil Dawami (Nim. 21199057)

Dosen Pembimbing MK:


Prof. Dr. Syafruddin, M. Pd
Dr. Aldo Naza Putra, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA (S2)


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah

dasar” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Strategi dan Inovasi

Pembelajaran PJOK dengan baik dan semampu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang penulis harapkan dari berbagai pihak sebagai

bahan perbaikan dalam proses penyusunan materi yang selanjutnya.

Tak lupa ucapan terimkasih kami haturkan kepada bapak dosen, orang tua

tercinta serta kepada rekan-rekan seperjuangan karena atas dorongan dan

semangat kerja sama yang baik sehingga kami dapat aktif dalam mengikuti proses

belajar pada saat ini.

Pasir Pengaraian, 15 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran ...................................................... 3
B. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK) ... 7
C. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
Dan Kesehatan (PJOK) ................................................. 9
D. Karakteristik Usia Sekolah Dasar .................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cara belajar itu sangat penting baik di dunia pendidikan ataupun di

kegiatan-kegiatan non kependidikan. Diantaranya salah satu pengertian

pendidikan jasmani, adalah pendidikan melalui aktifitas fisik untuk

menghasilkan kemajuan yang menyeluruh, kualitas diri individu baik fisik,

mental, dan emosional. Dimana pendidikan jasmani mempelajari hubungan

antara gerakan tubuh manusia dengan pikiran dan jiwa, seperti pengaruh

latihan fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Guru pedidikan jasmani

adalah pendidik yang merupakan tenaga professional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani,

menilai hasil pembelajaran pendidikan jasmani, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Keberadaan guru pendidikan jasmani dalam kehidupan setiap olahragawan

dalam mengenal dunia olahraga amatir dan profesional sangat diperlukan. Tanpa

guru pendidikan jasmani, tidak akan muncul pelatih dan atlit yang berprestasi

yang pintar untuk membawa harum bangsa dan negara ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran?

2. Apa Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK)?

3. Bagimana Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan

(PJOK)?
2

4. Bagaimana Karakteristik Usia Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran.

2. Untuk mengetahui Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK).

3. Untuk mengetahui Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan

Kesehatan (PJOK).

4. Untuk mengetahui Karakteristik Usia Sekolah Dasar.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan hal pokok dalam mengembangkan

pendidikan, dengan model pembelajaran penyampaian materi dalam pendidikan

juga akan tersampaikan dengan baik. Menurut Helmiati (2012:19), “Model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampaiakhir

yang disajikan secara khas oleh guru”. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,

strategi, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah prosedur atau pola

sistematisyang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran

didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian

pembelajaran”.Ada beberapa macam-macam model pembelajaran yang meliputi :

model pembelajaran langsung, model pembelajaran berbasis masalah (PBM),

model pembelajaran matematika realistik indonesia (PMRI), model pembelajaran

kontekstual, model pembelajaran indexcard match (mencari pasangan), dan model

pembelajaran kooperatif.

1. Model pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran

dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung

kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan

oleh guru. (Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23)

pembelajaran langsung atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik

3
4

pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid

secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang

melibatkan seluruh kelas.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pengajaran berdasarkan

masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan

mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih

tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri (dalam Bungel,2014)

3. Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah suatu pendekatan

pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang

dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memudahkan persoalan matematika.

(Depdiknas, 2010: 7). Anwar (2010) menyatakan bahwa PMRI adalah satu

pendekatan pembelajaran matematika yang coba menggunakan pengalaman dan

lingkungan siswa sebagai alat bantu mengajar primer.

4. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL

merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu

menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari

(Mulyasa: 2006: 102). Menurut Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa CTL

adalah suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan


5

siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.

5. Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)

Model pembelajaran Index Card Match (mencari pasangan) adalah model

pembelajaran yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi

yang telah diberikan sebelumnya. Materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan

catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih

dahulu sehingga peserta didik ketika masuk ruangan kelas sudah memiliki bekal

pengetahuan. Model pembelajaran Index Card Match dapat merangsang peserta

didik untuk melakukan aktivitas belajar secara bertanggung jawab dan disiplin

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan prestasi belajar dapat meningkat.

6. Model Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau strategi

pembelajaran gotong-royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan

metode pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan

metode pembelajaran kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan

benarakan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru

kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.

Menurut Sulaiman (2016:107) model pembelajaran adalah suatu proses

pengorganisasian lingkungan yang dapat menggiring siswa berinteraksi dan


6

mempelajari bagaimana belajar. Dalam buku Rusman (2015:25) ciri utama dari

kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa

dengan di lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya,alat,

media pembelajaran dan sumber belajar lainnya. Ada beberapa komponen yang

mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Komponen-komponen tersebut

meliputi:

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2. Sumber Belajar

Sumber belajar diartikan segala bentuk dalam atau segala sesuatu yangada

diluar diri dari seseorang yang bisa digunakan untuk membuat atau

memudahkan terjadinya proses belajar pada diri sendiri atau peserta didik,

apapun bentuknya, apapun bendanya, asal bisa digunakan untuk memudahkan

proses belajar, maka benda itu bisa dikatakan sumber belajar.

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah tipe pendekatan yang spesifik untuk

menyampaikan informasi dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan

khusus.

4. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi

guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sebagai alat
7

bantu mengajar dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang

digunakan oleh guru dalam proses belajar.

5. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah alat indikator untuk mencapai tujuan-tujua yang

telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.

Evaluasi hanya sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental,

melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,

sistematis dan terarah berdasarkan tujuan yangjelas.

Dari definisi diatas peneliti menyatakan bahwa dari komponen komponen

diatas pembelajaran dapat berhasil jika masing-masing komponen saling

mendukung, artinya dalam berhasilnya suatu pembelajaran komponen komponen

tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dan teori-teori dalam model

pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa suatu model pembelajaran dapat

dikatakan baik apabila suatu proses dalam bentuk penyampaian materi dari awal

hingga akhir dapat diberikan secara terperinci danterukur.

B. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK)

PJOK pada dasarnya merupakan bagian integrasi dari sistem pendidikan

secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran

jasmani dan rohani pada setiap individu memiliki keterampilan berpikir kritis,

stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui

aktivitas jasmani dan olahraga. PJOK adalah semua aktivitas manusia yang dipilih

jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Yang dipilih

itu haruslah yang memberikan sumbangan bagi peserta didik untuk menumbuhkan
8

sifat toleransi, ramah, baik hati, suka menolong dan mempunyai kepribadian yang

kuat. Penjasorkes adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani

yang direncanakan secara sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif dan

emosional dalam rangka sistem pendidikan nasional (Depdiknas, 2003: 1).Di

dalam sistem keolahragaan tahun 2005 dijelaskan bahwa, pembinaan dan

pengembangaan olahraga pendidikan pasal 25 ayat 4 adalah: “pembinaan dan

pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi,

kemampuan, minat dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui

kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler”.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa PJOK adalah dapat

meningkatkan potensi yang ada dalam diri anak didik, dapat meningkatkan minat

dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani serta dapat menyalurkan bakat

yang ada pada diri anak didik melalui kegiatan yang bermanfaat. Dari proses

pembangunan, guru PJOK diharapkan dapat mengajar berbagai keterampilan

gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga. Internalisasi nilai-nilai

(sportifitas, jujur, kerjasama dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat yang

pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang

bersifat teoritis, tetapi melibatkan aspek fisik, mental, intelektual, emosional dan

sosial peserta didik. Guru PJOK perlu memahami tujuan yang jelas mengenai

pelaksanaan PJOK adalah :

1) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru Penjasorkes

mengetahui lebih baik apa yang ingin dicapai.


9

2) Pemahaman mengenai tujuan akan dapat membantu guru Penjasorkes

mengetahui lebih baik nilai pendidikan jasmani dalam pendidikan.

3) Pemahaman tentang tujuan Penjasorkes akan dapat membantu guru

Penjasorkes mengambil keputusan yang baik bila ada masalah yang timbul.

C. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK)

Pada dasarnya pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain, dua kegiatan tersebut yaitu belajar dan

mengajar. Belajar menunjuk pada suatu kegiatan perubahan sikap dan tingkah

laku setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sedangkan mengajar

mengacu pada kegiatan penciptaan situasi yang merangsang siswa untuk belajar

(JPJI, 2011: 91). Sukintaka dalam Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia (2011: 91)

mengatakan bahwa pembelajaran mengandung pengertian bagaimana para guru

mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu, juga terjadi

peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya. Jadi di dalam suatu peristiwa

pembelajaran terjadi dua kejadian secara bersama, yaitu pertama ada satu pihak

yang memberi dan pihak yang lain menerima. Oleh sebab itu, dalam peristiwa

tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif. Pembelajaran berasal

dari kata belajar. Belajar (Slameto, 2003:2) adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses interaksi dengan lingkungan agar manusia

melakukan perubahan-perubahan dalam hidupnya, aktivitas dan prestasi. Maka


10

dari itu peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani

merupakan proses pendidikan yang disusun secara sistematis melalui aktivitas

jasmani sebagai media mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani

yaitu untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan

moral.

Pembelajaran pendidikan jasmani (JPJI, 2011: 146) memberikan

kesempatan kepada peserta didik terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar

mengajar melalui gerak manusia (human movement). Pada dasarnya gerak

merupakan aktivitas jasmani dasar yang dimiliki oleh manusia. Gerak digunakan

untuk mengeksplorasi diri dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu,

pembelajaran pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan kemandirian

peserta didik.

Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan pendidikan jasmani di sekolah

memiliki peran penting dalam pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan

jasmani tidak hanya membawa dampak positif bagi pertumbuhan fisik peserta

didik, melainkan juga perkembangan mental, intelektual, emosial, dan sosial.

D. Karakteristik Usia Sekolah Dasar

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui

para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat

Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang

sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik

mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan

kebutuhan peserta didik.


11

Menurut Sugiyanto (2010) terdapat beberapa kebutuhan yang harus

terpenuhi dalam pembelajaran untuk karakteristik usia sekolah dasar. Antara lain

terdapat 4 yang meliputi:

1. Anak SD Senang Bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan

yang bermuatan permainan lebih–lebih untuk kelas rendah. Guru SD

merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsure

permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran

yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang

saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran

yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni

Budaya dan Keterampilan (SBK).

2. Anak SD Senang Bergerak.

Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk

dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya

merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau

bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama,

dirasakan anak sebagai siksaan.

3. Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar

aspek‐ aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi

aturan‐ aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada

diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar


12

bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan

membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang

memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar

keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru

harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk

bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk

membentuk kelompok kecil dengan anggota 3‐4 orang untuk mempelajari

atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

4. Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/Memperagakan Sesuatu Secara

Langsung.

Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap

operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar

menghubungkan konsep‐ konsep baru dengan konsep‐konsep lama. Berdasar

pengalaman ini, siswa membentuk konsep‐konsep tentang angka, ruang,

waktu, fungsi‐fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi

anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika

anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang

dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran

yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan

cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung

setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui

secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.


13

Pendidikan karakter pada peserta didik erat kaitannya dengan

kepribadiannya dilingkungan keluarga. Bila keluarga menanamkan karakter pada

anak dengan pengetahuan atau sikap yang baik, maka anak cenderung akan

terbiasa melakukan suatu tindakan dengan baik. Namun apabila dalam

menanamkan karakter pada anak dengan pengetahuan atau sikap yang tidak baik,

maka anak cenderung akan seenaknya sendiri dalam melakukan tindakan

dilingkungan masyarakat. Keluarga yaitu orang tua, saudara saudara kandung dan

sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial bagi anak anak, maka bagaimana

perasaan mereka kepada anak anak dan bagaimana perlakuan mereka merupakan

faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu inti pola kepribadian

(Elizabeth B. 2012: 132).


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang

bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/melakukan sesuatu secara

langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang

mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

14
DAFTARPUSTAKA

Bungel, M. F. (2014). Penerapan model pembelajaran problem based learning


untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Palu pada
materi prisma. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 2(1),
45-54.

Elizabeth B. Hurlock. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Presindo

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sulaiman. 2016. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan


Kesehatan dengan Pendekatan Sistem

Anda mungkin juga menyukai