Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Disusun Oleh :
Kelompok 5 :

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I...........................................................................................................................................

PENDAHULUAN........................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................

C. TUJUAN MAKALAH......................................................................................................

BAB II..........................................................................................................................................

PEMBAHASAN..........................................................................................................................

BAB III.........................................................................................................................................

PENUTUP....................................................................................................................................

A. KESIMPULAN.................................................................................................................

B. SARAN.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN MAKALAH

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran IPS

Model dapat diartikan sebagai suatu konsep atau objek yang dapat digunakan
untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk
sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Jadi, model merupakan kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Menurut Adi dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran, model
pembelajaran ialah suatu kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Mulyani dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran, model
mengajar merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai guru
mengorganisasikan materi pembelajaran, maupun kegiatan siswa dan dapat
dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar di depan kelas (seperti alur yang
diikutinya). Penggunaan model pembelajaran tertentu akan menghasilkan
pencapaian tujuan-tujuan yang telah diprogramkan maupun yang semula tidak
diprogramkan. Jadi dari kedua pengertian tersebut bahwa model pembelajaran
atau model mengajar adalah suatu prosedur atau pedoman yang dipakai oleh guru
yang digunakan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang terdapat di dalamnya materi pembelajaran yang akan diajarkan di depan
kelas.
Menurut Arends mengemukakan bahwa model pembelajaran itu adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, model pembelajaran ialah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

4
Jadi model pembelajaran merupakan suatu prosedur sistematik yang berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPS, model merupakan suatu upaya
untuk mempengaruhi perilaku peserta didik menuju perubahan yang lebih baik.
Pengembangan berbagai ragam model pembelajaran IPS, dimaksudkan untuk
membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal
peserta didik dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan
belajar peserta didik.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran IPS adalah suatu
cara atau pedoman bagi seorang guru ataupun perancang pembelajaran untuk
dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran serta sebagai
upaya untuk mempengaruhi perilaku peserta didiknya menuju perubahan yang
lebih baik. Di mana dengan menggunakan model pembelajaran dapat membantu
seorang guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengenal peserta
didiknya dan menciptakan lingkungan belajar yang bervariasi bagi peserta didik.

B. Unsur-unsur Model Pembelajaran IPS

Model pembelajaran IPS memiliki karakteristik tersendiri yaitu menekankan


hubungan individu dengan orang lain atau dengan masyarakat, sehingga model
pembelajaran dalam kategori ini lebih terfokus pada peningkatan kemampuan
individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokrasi,
ataupun mampu bekerjasama secara produktif. Model-model pembelajaran IPS
yaitu sebagai berikut:

1. Model Pencapaian Konsep

Model pencapaian konsep ini dikembangkan oleh Jerome S.Bruner, Jacqueline


Goodrow dan George Agustin berdasarkan hasil studinya mengenai berpikir
manusia. Model ini sengaja dirancang untuk memantu peserta didik dalam
mempelajari konsep-konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikannya
sehingga dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari
konsep tersebut secara efisien.

5
Berkenaan dengan pengertian konsep, menurut Sapriya konsep merupakan
pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan
kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran. Lahirnya konsep karena adanya
kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol.
Dari pendapat tersebut, maka materi yang ada dalam sebuah pembelajaran
tentunya materi yang bersifat fakta, konsep, serta generalisasi. Di mana dalam
pengajaran materi konsep, tentunya guru harus memperhatikan aspek-aspek yang
berkenaan dengan pengajaran materi konsep, seperti bagaimana penyampaian
konsep tersebut. Kecakapan siswa dalam memahami materi sangat diperlukan
karena hal itu berpengaruh pada hasil belajar siswa dan penguasaan konsep yang
ada di diri siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatkan
penguasaan konsep diharapkan siswa dapat mudah memahami konsep-konsep IPS
yang sekaligus dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan siswa. Hal ini
juga akan membuat mata pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan
belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari buku, tetapi siswa bekerjasama dalam
kelompoknya secara langsung untuk memecahkan persoalan sosial yang sedang
dihadapi di lingkungannya.

2. Model berpikir Induktif (Induktive Thinking)

Model berpikir induktif merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk


mendorong peserta didik dalam menemukan dan mengorganisasikan informasi
sehingga peserta didik dapat aktif dan memperoleh pengalaman belajar yang
bermakna sehingga hasil belajar yang di peroleh peserta didik akan meningkat dan
bertahan lama. Sedangkan peran guru dalam model pembelajaran berpikir induktif
adalah mengawasi proses siswa dalam mencari informasi/ konsep, membimbing
siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan membuat perangkat
pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan tugas kognitif dan
psikomotorik dalam pembelajaran dengan tepat.
Maka dapat disimpulkan bahwa model berpikir induktif ini mendorong peserta
didiknya dalam menemukan serta mengorganisasikan informasi yang ada serta

6
menjadikan peserta didik untuk mampu menjajaki berbagai cara yang mampu
menjadikan peserta didik menjadi terampil dalam menyikapi dan
mengorganisasikan informasi.
Jadi model berpikir induktif ditujukan untuk membangun mental kognitif
karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dan strategi
ini sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh siswa. Dan
kelebihan dari model ini walaupun sangat sesuai dengan pelajaran IPS tetapi juga
dapat digunakan di berbagai mata pelajaran lain.

3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (PIK) untuk meningkatkan


kecakapan sosial berlandaskan teori sosiokultural Vygotsky tentang pembelajaran
sosial, Zone of Proximal Development (ZPD) dan Scaffollding. Teori ini
memandang bahwa setiap individu dapat mencapai kemampuan potensialnya
setelah mendapat bantuan dengan individu lain melalui proses pembelajaran yang
interaktif dalam konteks sosial.

Teori ini memandang bahwa pentingnya interaksi sosial dalam proses


pembelajaran supaya mampu mencapai kemampuan potensialnya. Karena
pentingnya interaksi dalam pembelajaran maka siswa perlu memiliki kemampuan
berinteraksi yang efektif dan harmonis. Maka model investigasi kelompok
merupakan model pembelajaran yang mana kegiatan pembelajarannya dilakukan
peserta didik ikut berperan dalam proses pembelajaran secara bersama-sama
dalam bentuk kelompok dan terstruktur dengan baik hal ini dilakukan guna
memecahkan masalah.

Model pembelajaran investigasi kelompok salah satu model yang mana dapat
memadukan strategi pembelajaran dengan dinamika proses demokrasi serta proses
akademi yang dalam bentuk penelitian. Penelitian ini berupa tantangan sebuah
masalah, yaitu pengetahuan yang didapatkan dari sebuah penelitian.

Jadi dapat disimpulkan model investigasi kelompok adalah strategi belajar


kooperatif yang dipandang sebagai model yang paling kompleks dan paling sulit

7
untuk dilaksanakan dalam pembelajaran karena model ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi serta menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-
bahan yang tersedia misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari
melalui internet. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

4. Model Memorisasi (Memorization)

Model ini dikembangkan oleh Pressley dan Levin. Memorisasi adalah model
yang digunakan untuk menghafalkan sesuatu informasi. Guru dapat menggunakan
model memorisasi untuk membimbing penyampaian materi yang bertujuan agar
para siswa dapat dengan mudah menangkap dan mengingat informasi baru, karena
model memorisasi ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa
menyerap dan mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat
informasi yang telah diterima dan dapat diingat kembali pada saat diperlukan.

Model memorisasi merupakan model pembelajaran yang menggunakan


memori untuk meningkatkan kemampuan daya ingat. Model memorisasi
berhubungan dengan cara kerja otak. Ada tiga unsur dalam perbuatan otak, yaitu
menerima kesan-kesan, menyimpan dan memproduksikannya. Setiap individu
memiliki kemampuan otak yang berbeda-beda, begitu juga dengan daya ingat,
sehingga hasil belajar yang diperoleh pun berbeda-beda. Oleh karena itu, belajar
secara berulang-ulang dapat membantu penguatan daya ingatnya.

Untuk model memorisasi dapat dipahami bahwa model pembelajaran ini


diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk menyerap dan
mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat informasi
yang telah mereka terima dan dapat mengulang kembali pada saat yang
diperlukan.

5. Model Bermain Peran (Role Playing)

8
Model pembelajaran bermain peran (role playing) merupakan salah satu model
pembelajaran sosial, yaitu suatu model pembelajaran dengan menugaskan siswa
untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang
diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana. Model pembelajaran bermain peran
(role playing) dipelopori oleh George Shaftel dengan asumsi bahwa bermain
peran dapat mendorong siswa dalam mengekspresikan perasaan serta
mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis
pada situasi permasalahan kehidupan nyata.

Menurut Djamarah model role playing (bermain peran) dapat dikatakan sama
dengan sosiodrama, yang pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial. Bermain peran pada prinsipnya merupakan
pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas, yang kemudian dijadikan sebagai
bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Beberapa kelebihan penerapan model
pembelajaran bermain peran (role playing) menurut Djamarah, yaitu:

Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan
yang akan didramakan.

a. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.


b. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul tumbuh seni drama dari sekolah.
c. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya.
d. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


model role playing adalah suatu model pembelajaran dengan menugaskan siswa

9
untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang
diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana yang telah dirancang oleh guru.

6. Model Penelaahan Yurisprudensi

Menurut Hamzah B. Uno mengemukakan bahwa “Model pembelajaran telaah


yurisprudensi dapat melatih peserta didik untuk peka terhadap permasalahan
sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut, serta
mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid”.
Mereka dituntut merumuskan tentang isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan
masyarakat dan menganalisis posisial ternatif.

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran telaah


yurisprudensi yaitu model pembelajaran dengan cara melakukan diskusi atau
debat antar peserta didik untuk membahas suatu permasalahan yang diberikan, di
mana setiap peserta didik berhak mengeluarkan pendapatnya masing-masing serta
mempertahankan pendapat tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid.

Model pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Juris Prudenstial Inquiry) yang di


pelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver ini didasarkan atas pemahaman
masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain,
dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan
masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang
produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan
bernegosiasi tentang keberadaan tersebut.

Model Telaah Yurisprudensi (Juris Prudenstial Inquiry) adalah model


pembelajaran untuk membantu siswa agar mampu berpikir secara sistematis
tentang asal-usul di masyarakat khususnya dilingkungan pendidikan. Manfaat
model pembelajaran telaah yurisprudensi inquiri adalah untuk melatih agar siswa
peka terhadap permasalahan-permasalahan sosial, sehingga bisa mengambil sikap
terhadap permasalahan yang dihadapi, serta mempertahankan sikap tersebut
dengan argumentasi yang relevan dan valid.

10
Model pembelajaran telaah yurisprudensi juga bermanfaat untuk melatih siswa
agar dapat menerima dan menghargai sikap terhadap orang lain walaupun
bertentangan dengan dirinya dan mengakui kebenaran sikap yang diambil orang
lain terhadap suatu isu sosial tertentu.

Dapat disimpulkan Pada model pembelajaran telaah yurisprudensi ini peserta


didik diminta untuk mengungkapkan suatu masalah berdasarkan argumennya
setelah diperoleh informasi di mana setelah mengungkapkan argumennya peserta
didik menyimak dan mendengarkan pendapat orang lain dan dapat menghargai
pendapat yang telah disampaikan peserta didik yang lainnya.

7. Model Inkuiri Sosial

Sanjaya menyatakan bahwa, dalam pendekatan inkuiri pembelajaran menjadi


lebih berpusat pada anak, proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan
mengembangkan konsep diri pada diri siswa, tingkat pengharapan bertambah,
pendekatan inkuiri dapat mengembangkan bakat, pendekatan inkuiri dapat
menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal, dan pendekatan
inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi. Metode inkuiri merupakan salah satu metode mengajar, istilah metode
penemuan atau inkuiri didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menemukan
belajar secara individual manipulasi objek atau pengaturan atau pengkondisian
suatu objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau
penarikan suatu kesimpulan dibuat.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri ini menekankan pada proses


pembelajaran yang terpusat pada peserta didik di mana peserta didik dapat
memanipulasi suatu objek kemudian menarik kesimpulan dari hal yang sudah dia
temukan.

C. Implikasi Model Pembelajaran IPS


1. Model Pencapaian Konsep

Langkah-langkah Penerapan Model Perolehan Konsep

11
1. Adapun penerapan model perolehan konsep dalam pembelajaran meliputi
tiga tahap pokok, yaitu:
Penyajian data dan identitas konsep, yang meliputi kegiatan:
 Guru mengemukakan beberapa konsep yang sudah dikenal.
 Siswa mengemukakan ciri dan bukan ciri dari suatu konsep.
 Siswa menyusun dan menguji hipotesis.
 Siswa membuat definisi berdasarkan ciri-ciri dasar suatu konsep.
2. Menguji perolehan konsep, yang meliputi beberapa kegiatan:
 Siswa mengidentifikasi ciri-ciri yang tambahan dari suatu konsep
(dengan teknik: ya-bukan).
 Guru mengecek rumusan hipotesis, konsep nama yang disusun siswa,
merumuskan kembali definisi menggunakan ciri dasar suatu konsep
 Siswa membuat contoh-contoh konsep.
3. Menganalisis kemampuan berpikir strategis, yang meliputi
a. Siswa menggambarkan pemikiran-pemikiran mereka.
b. Siswa mendiskusikan peranan hipotesis dan ciri-ciri konsep
c. Siswa mendiskusikan jenis dan jumlah hipotesis
Adapun penjelasan mengenai tahap-tahap mengajar model per olahan konsep
di atas adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama, guru menyajikan data kepada siswa. Setiap data merupakan
contoh dan bukan contoh terpisah. Data tersebut dapat berupa peristiwa, orang,
objek cerita dan lain-lain. Siswa diberitahukan bahwa dalam daftar data yang
disajikan terdapat beberapa data yang memiliki kesamaan. Mereka diminta untuk
memberi nama konsep tersebut dan menjelaskan definisi konsep berdasarkan ciri-
cirinya.

Tahap Kedua, siswa menguji perolehan konsep mereka. Pertama dengan cara
mengidentifikasi contoh tambahan lain yang mengacuh pada konsep tersebut, atau
kedua dengan memunculkan contoh mereka sendiri setelah itu, guru
mengkonfirmasi kebenaran dari dugaan siswanya terhadap konsep tersebut dan
meminta mereka untuk merevisi konsep yang masih kurang tepat.

12
Tahap Ketiga, mengajak siswa untuk menganalisis atau mendiskusikan
strategi sampai mereka dapat memperoleh konsep tersebut. Dalam keadaan
sebenarnya, pasti penelusuran konsep yang mereka lakukan berbeda-beda. Ada
yang mulai dari umum, dan ada yang mulai dari khusus, dan lain-ain. Akan tetapi,
perbedaan strategi di antara siswa ini menjadi pelajaran bagi yang lainnya untuk
memilih strategi mana yang paling tepat dalam memahami konsep tertentu. Model
pembelajaran ini sangat digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada
atau untuk mengajar cara berpikir induktif kepada siswa. Model ini juga relevan
diterapkan untuk semua umur dan semua tingkat kelas. Bagi anak-anak, konsep
dan contohnya harus lebih sederhana dibandingkan untuk anak tingkatan kelas
yang lebih tinggi. Terakhir model ini juga dapat menjadi alat evaluasi yang efektif
bagi guru untuk mengukur apakah ide atau konsep penting yang baru saja
diajarkan telah dikuasai oleh siswa atau tidak.

Jadi melalui model mengajar ini guru bertindak sebagai pengendali/pengarah


belajar, dengan menampilkan data dengan memberi tanda apakah itu merupakan
bagian atau tidak merupakan bagian contoh dari sebuah konsep. Pelaksanaannya
dilakukan dalam suasana kerjasama yang disesuaikan dengan perkembangan
intelektual anak.

2. Model berpikir Induktif (Induktive Thinking)

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran model berpikir induktif, terdapat tiga


langkah pembagian struktur model berpikir induktif, yaitu :

a. Pembentukan konsep, yang meliputi : mengkalkulasi dan membuat daftar,


mengelompokkan data, membuat label dan kategori.
b. Interpretasi data, yang meliputi : mengidentifikasi hubungan-hubungan yang
penting, mengeksplorasi hubungan-hubungan dan membuat dugaan.
c. Aplikasi prinsip, yang meliputi: 1) Memprediksi konsekuensi, menjelaskan
fenomena asing dan menghipotesis, 2) Menjelaskan dan atau mendukung
prediksi dan hipotesis, dan 3) Menguji kebenaran (verifikasi) prediksi.

13
Adapun penjelasan mengenai komponen di atas adalah :

Tahap pertama, yaitu tahap pembentukan konsep, di mana dalam hal ini
seorang guru terlebih dahulu mengkonsepkan hal-hal yang kemungkinan akan
dilakukan dalam pembelajaran, dapat meliputi membuat daftar, mengelompokkan
data serta membuat label atau kategori.

Tahap kedua, di sini peserta didik berperan aktif dalam menemukan dan
mengorganisasikan informasi sehingga peserta didik dapat aktif dan memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna sehingga hasil belajar yang di peroleh peserta
didik akan meningkat dan bertahan lama. Informasi yang ditemukannya,
dieksplorasi dengan hubungan-hubungan konsep yang ada yang kemudian peserta
didik membuat dugaan atas konsep tersebut.

Tahap ketiga, pada tahap ini informasi yang sebelumnya di temukan oleh
peserta didik kemudian di uji kebenarannya dengan memberikan penjelasan
hipotesisnya.

3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Berdasarkan beberapa tahapan model pembelajaran investigasi kelompok


(group investigasi) yang dikembangkan oleh teori sebelumnya maka
dikembangkan menjadi metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (PIK) yang
meliputi tujuh tahapan. Rancangan tahapan metode Pembelajaran Investigasi
Kelompok (PIK) hasil penelitian ini yaitu: 1) investigasi topik, 2) pengelompokan
siswa, 3) pembagian tugas, 4) investigasi dan diskusi, 5) menyusun laporan hasil
investigasi, 6) pelaporan hasil investigasi, 7) evaluasi hasil investigasi.

Adapun penjelasan dari komponen tahapan-tahapan di atas adalah:

Tahap pertama, pada tahap ini guru memberikan kepada siswa topik-topik
yang akan di bahas oleh peserta didik secara bersama-sama atau kelompok. Di sini
topik yang diberikan harus relevan dengan tingkat pemahaman siswa, atau sesuai

14
dengan jenjang pendidikan siswa. Topik yang diberikan akan membuat siswa
berpikir kritis terhadap permasalahan yang akan dibahas bersama kelompoknya.
Tahap kedua, setelah guru memberikan topik yang akan dibahas kepada
siswa, kemudian guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok. Di
mana dalam hal ini siswa dibentuk sama rata sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
Tahap ketiga, yaitu tahap pemberian tugas. Topik yang diberikan sebelumnya
kemudian diberi sebuah penugasan yang nantinya akan diselesaikan peserta didik
di dalam kelompoknya.
Tahap keempat, pada tahap ini, setiap kelompok berdiskusi terhadap
permasalahan dari setiap topik yang diberikan. Peserta didik berperan aktif dalam
diskusi ini dengan saling bertukar pendapat antar sesama teman di dalam satu
kelompok.
Tahap kelima, setelah berdiskusi dan menemukan hasilnya, kemudian peserta
didik mencantumkan atau menyajikan hasilnya ke dalam sebuah tulisan, berupa
laporan hasil pembahasan dan pengamatan siswa terhadap topik tersebut.

Tahap keenam, yaitu tahap pelaporan hasil investigasi. Pada tahap ini peserta
didik mengemukakan dan memaparkan secara lisan tentang hasil investigasi
kelompoknya di dalam kelas. Kelompok lain di sini memberikan tanggapan
terhadap hasil dari kelompok lainnya.

Tahap ketujuh, pada tahap ini guru memberikan penguatan terhadap hasil
laporan investigasi peserta didik. Peserta didik mengevaluasi hasil laporannya.

4. Model Memorisasi (Memorization)

Model memorisasi terdiri dari beberapa langkah dalam penerapannya, yaitu:

a. Menyampaikan materi.
b. Mengembangkan hubungan, yaitu menemukan hubungan antara materi-
materi yang memiliki keterkaitan.
c. Mengembangkan materi dengan menggunakan teknik-teknik atau hal-hal
lain sehingga lebih mudah diingat. Dalam langkah ini, teknik yang bisa

15
dipakai oleh guru untuk membantu siswa dalam mengingat materi bisa
berupa teknik menggarisbawahi, kata kunci, peta konsep dan
menggunakan gambar. Guru bisa memilih teknik mana yang cocok
digunakan untuk materi yang akan diajarkan. Dengan menggunakan teknik
tersebut, siswa akan lebih tertarik untuk belajar, karena teknik-teknik
tersebut dapat meningkatkan daya ingat siswa dalam proses belajar.
d. Memberi penguatan dari materi yang telah disampaikan. Pada langkah ini,
guru menyampaikan inti dari materi yang telah dipelajari dengan jelas,
sehingga penguatan yang diberikan oleh guru bisa dimengerti oleh siswa
dan bisa diingat kembali pada saat diperlukan.

5. Model Bermain Peran (Role Playing)

Menurut Uno, (2012) langkah- langkah penerapan model pembelajaran


bermain peran (role playing) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan atau pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada
permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua
orang perlu mempelajari dan menguasainya. Hal ini bisa muncul dari
imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru
menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita
berhenti jika dilema atau masalah dalam cerita menjadi jelas. Kemudian
dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa
berpikir tentang hal tersebut.
b. Memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas karakter dari
setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam
pemilihan pemain, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk
memainkannya (jika siswa pasif atau diduga memiliki keterampilan
berbicara yang rendah) atau siswa sendiri yang mengusulkannya.
c. Menata panggung (ruang kelas). Guru mendiskusikan dengan siswa di
mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan
yang diperlukan.

16
d. Menyiapkan pengamat (observer). Guru menunjuk siswa sebagai
pengamat, namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini
harus juga terlibat aktif dalam permainan peran.
e. Memainkan peran. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada
awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya
atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan.
Bahkan mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika
permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat
menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya.
f. Diskusi dan evaluasi. Guru bersama dengan siswa mendiskusikan
permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang
dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul, mungkin ada siswa yang
meminta untuk berganti peran atau bahkan alur ceritanya akan sedikit
berubah.
g. Bermain peran ulang. Permainan peran ulang seharusnya berjalan lebih
baik, siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.
h. Diskusi dan evaluasi kedua. Pembahasan diskusi dan evaluasi kedua
diarahkan pada realitas. Pada saat permainan peran dilakukan banyak
peran yang melampaui batas kenyataan, sebagai contoh seorang siswa
memainkan peran sebagai pembeli, ia membeli barang dengan harga yang
tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi.
i. Berbagi pengalaman dan kesimpulan. Siswa diajak untuk berbagi
pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan
dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi
pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.
Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya siswa menghadapi situasi
tersebut. Seandainya jadi Ayah dari siswa tersebut, sikap seperti apa yang
sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan belajar tentang
kehidupan.

6. Model Penelaahan Yurisprudensi

17
Meskipun perwujudan sikap siswa melalui dialog konfrontatif adalah jantung
dari model penyelidikan yurisprudensi, namun beberapa kegiatan lainnya sangat
penting, seperti membantu siswa merumuskan sikap (posisi) mereka, hal ini juga
dapat membantu merevisi posisi mereka setelah mereka berargumentasi.

Tahap pertama, guru memperkenalkan kepada siswa materi-materi kasus


dengan cara membaca cerita, menonton film yang menggambarkan konflik nilai,
atau mendiskusikan kejadian-kejadian hangat dalam kehidupan sekitar, kehidupan
sekolah atau sesuatu komunitas masyarakat. Langkah kedua yang termasuk ke
dalam tahap orientasi adalah mengkaji ulang fakta-fakta dengan menggambarkan
peristiwa dalam kasus, menganalisis siapa yang melakukan apa, dan mengapa
terjadi seperti demikian.

Tahap kedua, siswa mensistesis fakta, mengaitkannya dengan isu-isu umum


dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut (misalnya, isu
tersebut berkaitan dengan kebebasan mengemukakan pendapat, otonomi daerah,
persamaan hak, dan lain-lain). Dalam tahap satu dan dua ini siswa belum diminta
untuk mengekspresikan pendapat atau sikapnya terhadap kasus tersebut.

Tahap ketiga, siswa diminta untuk mengambil posisi (sikap atau pendapat)
terhadap isu tersebut dan menyatakan sikapnya. Misalnya dalam kasus bayaran
uang sekolah, siswa menyatakan sikapnya bahwa seharusnya pemerintah tidak
menentukan besarnya biaya sekolah yang harus diberlakukan untuk setiap sekolah
karena hal itu melanggar hak otonomi sekolah.

Tahap keempat, sikap (posisi atau pendapat) siswa digali lebih dalam. Guru
sekarang memainkan peran ala sokrates. Memperdebatkan pendapat yang
diajukan siswa dengan pendapat-pendapat konprontatif. Dalam hal ini siswa diuji
konsistensi dalam mempertahankan sikap atau pendapat yang telah diambilnya. Di
sini siswa dituntut untuk mengajukan argumentasi logis dan rasional yang dapat
mendukung pernyataan (posisi) yang telah dibuatnya.

18
Tahap kelima, tahap penentuan ulang akan posisi (sikap) yang telah diambil
siswa. Dalam tahap ini sikap (posisi) yang telah diambil siswa mungkin konsisten
(tetap bertahan) atau berubah (tidak konsisten), tergantung dari hasil atau
argumentasi yang terjadi pada tahap keempat. Jika argumen siswa kuat, mungkin
konsisten. Jika tidak, mungkin siswa mengubah sikapnya (posisinya).

Tahap keenam, pengujian asumsi faktual yang mendasari sikap yang diambil
siswa. Dalam tahap ini guru mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan
untuk mendukung pernyataan sikap tersebut relevan dan syah (valid). Jadi model
pembelajaran yurisprudensi ini menekankan pada argumentasi yang dikemukakan
oleh siswa terhadap pandangannya akan penomena yang sedang terjadi
dimasyarakat dengan mendahulukan pemikiran dan akal atau rasionalitas yang
benar, sesuai dengan disiplin ilmu atau hukum-hukum yang berlaku. Dengan
demikian model pembelajaran ini sangat baik sekali melatih pemikiran dan
keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya untuk meyakini lawan
bicaranya.

7. Model Inkuiri Sosial

Menyadari akan pentingnya pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas


belajar dan berpikir kritis bagi peserta didik, maka masalah yang perlu diatasi oleh
pendidik dalam mengimplementasikan metode inkuiri sosial adalah sebagai
berikut:
a. Mengembangkan dan memperbaiki rencana pembelajaran IPS dengan
membuat strategi yang mengarah kepada peningkatan kemampuan
kreativitas peserta didik aktif terutama yang sesuai dengan pengembangan
kemampuan berpikir peserta didik menggunakan pendekatan inkuiri sosial.
b. Menetapkan dan melatih penggunaan metode pembelajaran yang
mengarah kepada kemampuan berpikir peserta didik guna memperbaiki
kemampuan pendidik dalam mengembangkan dan menguasai model
pembelajaran, terutama dengan pendekatan inkuiri sosial.

19
c. Meningkatkan pemberian latihan memecahkan soal-soal yang berbentuk
uraian atau essay.
d. Melatih peserta didik untuk belajar memecahkan masalah-masalah sosial
dalam kehidupan sehari-hari serta memperbaiki kemampuan pendidik
dalam melatih peserta didik untuk belajar memecahkan masalah-masalah
sosial.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model pembelajaran IPS adalah suatu cara atau pedoman bagi seorang guru
ataupun perancang pembelajaran untuk dapat merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran serta sebagai upaya untuk mempengaruhi perilaku peserta
didiknya menuju perubahan yang lebih baik.

Model pembelajaran IPS memiliki karakteristik tersendiri yaitu menekankan


hubungan individu dengan orang lain atau dengan masyarakat, sehingga model
pembelajaran dalam kategori ini lebih terfokus pada peningkatan kemampuan
individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokrasi,
ataupun mampu bekerjasama secara produktif. Adapun model pembelajaran ips
adalah: Model pencapaian konsep, Model berpikir induktif, Model investigasi
berkelompok, Model memorisasi, Model bermain peran, Model penelaahan
yurisprudensi, Model inquiry sosial.

B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sapriya.2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruz


Media.

Trianto. 2009. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :


Kencana.

Wasmana.2016. Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (PIK) untuk


meningkatkan kecakapan sosial siswa sekolah dasar. Universitas
Pendidikan Indonesia. Diunduh pada 6 November 2019 pada
http://repository.upi.edu/25209/11/T_PP_1402063_Appendix2.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai