Dosen Pengampu :
Ratnawati, M.Pd
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah Swt. yang mana atas berkah dan rahmat-nya
lah kita dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
dosen pengampu Ratnawati M.Pd. yang telah membimbing kami
sehingga bisa menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Terimakasih
juga kepada teman-teman atas bantuan dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikiran dalam penyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa pula kita curahkan
kepada suri tauladan kita nabi Muhammad SAW.yang selalu kita harapkan syafa’atnya dihari
kiamat nanti.
Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai tentang model pembelajaran contextual teaching and learning dengan harapan agar
mahasiswa bisa lebih mengetahui serta memperdalam materi tersebut. Makalah ini juga
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan model pembelajaran matematika
sd. Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya dan
upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu , penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan
terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….......ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...…2
3.1 simpulan……………………………………………………………………...6
3.2 Saran………………………………………………………………….……...6
DAFTAR RUJUKAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Knowledge-based contructivisme
Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan menghapal, melainkan mengalami dimana
peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannnya, melalui pastisipasi aktif
secara inovatif dalam proses pembelajaran.
2. Effort-based learning/incremental teory of intellagance
Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan
mendorong siswa untuk memiliki komitmen terhadap belajar.
3. Socialization
Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan
terhadap tujuan belajar. Oleh karena itu, faktor sosial dan budaya merupakan bagian
dari system belajaran
4. Situated learning
Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus situasional, baik
dalam kontek secara fisik maupun konteks sosial dalam rangka mencapai tujuan
belajar.
5. Distributed learning
Teori ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran yang di dalamnya harus ada terjadinya proses berbagi pengetahuan dan
bermacam-macam tugas.
2
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh siswa untuk mengkonstruksi atau membangun
pengetahuan dalam dirinya melaui usaha yang optimal atau bersungguh- sungguh juga
dipengaruhi faktor sosial dan budaya yang ada disekitarnya.
3
e. penyimpulan (conclusion)
3. Bertanya (questioning)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik diawali dengan bertanya, yang
merupakan proses berpikir dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Proses bertanya begitu berarti dalam rangka.
a. Membangun perhatian (attention building)
b. Membangun minat (interest building)
c. Membangun motivasi (motivation building)
d. Membangun sikap
e. Menbangun rasa keingintahuan
f. Membangun interaksi antara siswa dengan siswa
g. Membangkitkan interaksi siswa dengan guru
h. Interkasi siswa dan lingkungan
i. Membangun lebih banyak lagi pertanyaan pada siswa
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik dengan
peserta didik, antar peserta didik dengan guruya, dan antara peserta didik dengan
lingkungannya. Proses belajar ini dapat dilaksanakan baik secara homogen
maupun hydrogen, sehingga didalam terjadi saling berbagi masalah, berbagi
informasi, berbagi pengalaman, dll.
5. Permodelan (Modelling)
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya permodelan
yang dapat ditiru, naik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat
fiksi. Permodelan bisa dilakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan
mendatangkan narasumber dari luar.
6. Refleksi (reflection)
Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajarinya atau berpikir kebekalang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajarinya dimasalalu. Refleksi
pembelajaran merupakan respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan
keterampilan yang baru diterima dalam proses pembelajaran.
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Merupakan proses pengumpula data yang dapat mendeskrisikan mengenai
perkembangan perilaku peserta didik. Penilaian menekankan pada proses
4
pembelajaran, data yang dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan pembelajaran.
C. Langkah- Langkah model pembelajaran contextual teaching and learning
Pemebelajaran CTL memiliki beberapa sintaks atau Langkah Langkah dalam
pelaksanaanya adalah sebagai berikut :
1. modelling (pemusatan perhatian)
pemusatan perhatian atau mengahadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Dengan adanya model, siswa akan lebih mudah menirukan apa yang dimodelkan.
Dan pemodel tidak hanya orang lain, guru siswa yang lebih mahir dapat bertindak
sebagai model. Dapat dicontohkan jika suatu hari kelas akan mempelajari tentang
system pencernaan, maka diawal pertemuan didalam kelas setelah mengucapkan
salam dan menyapa seorang guru harus memfokuskan obrolan selanjutnya dengan
peserta didik dengan bahan obrolan yang mengar ah pada materi yang
dipelajari pada hari itu.
2. Questioning (pertanyaan eksploratif)
Pada tahap kedua, seorang guru selain harus menghadirkan pembicaraan awal
yang mengarah pada materi juga harus disertai dengan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat menarik perhatian siswa dan rasa kaingintahuan siswa tentang materi
yang dipelajari.
3. Learning community (kelompok belajar)
Pembentukan kelompok dilaksanakan setelah semua siswa mengerti semua
materi yang akank dibahas, pembentukan kelompok dimaksudkan agar semua
siswa dapat turut berpartisipasi dalam proses belajar Bersama dan mampu
menjalin kerja sama dengan rekan sau kelompok dalam menentukan tahapan
selanjutnya.
4. Inkuiri (identifikasi/mencari permasalahan)
Pada tahap ini, guru memberikan suatu topik yang sesuai dengan materi yang
kemmudian akan dipecahkan siswa dengan diskusi Bersama kelompok belajar
masing-masing. Hal ini dimaksudkan meningkatkan daya pikir dan mengasah
kemampuan siswa dalam upaya menemukan masalah dengan musyawarah
Bersama.
5. Contructivisme (analisis)
Setelah topik dihadirkan oleh guru, semua kelompok belajar akan
menganalisis tentang apasaja yang dapat mempengaruhi, baik pengertian,
5
penyebab, dan dapat dari topik yang dihadirkan. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukank hanya hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.
6. Reflection (refleksi atau rangkuman)
Setelah semua siswa mampu memecahkan dan menemukan inti dari
permasalahan dari topik yang guru berikan dan mampu menghubungkan
keterkaitan antara keduanya seorang guru harus melakukan refleksi atau
merangkum apa apa saja hal yang telah dibahas dan meluruskan pembahasan yang
melebar dari mteri. Hal ini dapat dilakukan dengan menanya salah satu siswa
tentang apa saja yang sudah dibahas pada hari itu.
7. Authentic assessment (penilaian)
Penilaian atau upaya pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hal- hal yang bisa
digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan
laporanya, pr, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi,
laporan jurnal hasil tes tulis dan karya tulis.
6
Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari dalam sitausi
dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari
sekedar hafal.
4. Kerja sama
Kerjasama dalam konteks tukar pikiran, mengajukan dan menjawab
pertanyaan, komunikasi interaktif antara sesama siswa, antara siswa dengan
guru, antara siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan
mengerjakan tugas Bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam
kontesktual.
5. Alih pengetahuan
Pada prinsip ini menekankan kemampuan siswa untuk mentrasfer
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki pada situasi lain. Dengan
kata lain pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki bukan sekedar untuk
dihafal tetapi digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah tergambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
contextual teaching and learning adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nayata, sehingga siswa didorong untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Belajar yang efektif harus berpusat pada peserta
didik sehingga memahami bagaimana cara perserta dididk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan baru. Perlu kerja sama antar kelompok peserta didik sehingga
menumbuhkembangkan kebiasaan sharing dalam team. Penilaian peserta didik tidak hanya
dinilai pada hasil akhirnya saja tetapi juga sebelum dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
8
DAFTAR PUSTAKA
Johnso, Elaine B desember 2014. CTL Contextual Teaching and Learning. Bandung : kaifa
Sanjaya, Wina. Maret 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana
Mansur, Sofan Ahmad I khoiru. 2010. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi, Burhanudin, Senduk. 2018. Pembelajaran Kontesktual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang. Universitas negeri malang
Tianto, 2007. Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrsuktivisme Prestasi.
Pustaka Publisher: Jakarta.
Mulyasa, Enco .2009, Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Shoimin, A, 2017. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum. Yogyakarta.
9
10
11
12
13