OLEH:
1. M.SYAFRUDIN ZOHRI
2. SAFITRI SAUPIATUN NUFUS
3. MASLINAYANTI
4. WAHYU UTAMI
5. KHAIRUNNISAK
6. IMTIHANI ZAINI
7. NUR FITRIAH
8. MELA SANTIKA FARIZA
9. NURUL HIDAYANTI
kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna. Tidak sedikit ide, saran, dan kritik
yang telah diberikan menjadi masukan bagi saya dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan ide, kritik, dan saran yang membangun atas isi makalah.
Masukan tersebut akan dengan senang hati kami terima guna perbaikan di kemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian dan karakteristik strategi pembelajaran kontekstual.......................
B. kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran kontekstual.........................
C. dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran kontekstual...................
D. langkah pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual .................................
E. upaya pemecahan strategi pembelajaran kontekstual ......................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah
terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para
siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi
pelajaran, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi
peningkatan kualitas kehidupannya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang hanya dihafal
saja tetapi tidak berpengaruh dalam kehidupannya. Pengetahuan hanya ‘mampir’
sebentar dan kemudian ‘menguap’ begitu saja, seolah tidak berbekas dalam kehidupan
siswa.
Kalau kita cermati, proses belajar yang diperoleh siswa lebih banyak pada
“belajar tentang” (learning about thing) daripada “ belajar menjadi” (learning how to
be). Tampaknya, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil transmisi
informasi, belum merupakan sesuatu yang dicari digali, dan ditemukan sendiri
sehingga betul-betul menjadi miliknya dan menjadi bagian dari kehidupannya.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi
pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan
pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang
memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah
pendekatan kontekstual (CTL).
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian dan karakteristik strategi pembelajaran kontekstual ?
2. apa kelebihan dan kkekurangan strategi pembelajaran kontekstual ?
3. apa dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran kontekstual ?
4. apa saja langkah pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual ?
5. apa saja upayan pemecahan strategi pembelajaran kontekstual ?
C. Tujuan
1. mengetahui pengertian dan karakteristik strategi pembelajaran kontekstual
2. mengetahui kelebihan dan kekuranagan strategi pembelajaran kontekstual
3. menegetahui dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran kontekstual
4. meengetahui langkah pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual
5. menegtahui upaya pemecahan strategi pembelajaran kontekstual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual (Ctl)
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang
dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang
dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pembelajaran
kontekstual, yaitu antara lain:
a. Johnson (2002: 25) dalam Nurhadi, dkk (2004: 12)
Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan
konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
b. US Departement of Education (2001) dalam Kasihani (2003: 2)
Contextual Teaching and Learning adalah suatu konsep mengajar dan belajar
yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya
dengan situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan
dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan
bahkan sebagai anggota masyarakat di mana dia hidup.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Dalam bagian berikut akan disampaikan beberapa karakteristik pembelajaran
kontekstual yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Johnson (2002: 24) dalam
Nurhadi, (2004: 14), ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran
kontekstual, seperti dalam rincian berikut:
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Dalam pembelajaran ini seharusnya siswa dapat mengatur dirinya sendiri
sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara
individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan
orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work)
Dalam pembelajaran ini siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan
berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai
anggota masyarakat.
c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Dalam pembelajaran ini siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada
tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan
pilihan dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Bekerja sama (collaborating)
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih
secara kritis dapat menganalisis, membuat sintetis, memecahkan masalah, membuat
keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
e. Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative)
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih
tinggi secara kritis dan kreatif dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan
masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak
dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa, siswa menghormati temannya dan juga
orang dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Dalam pembelajaran ini siswa mengenal standar yang tinggi, mengidentifikasi
tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa
cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)
Dalam pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam
konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya siswa boleh
menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran
sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan
mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah / membuat penyajian perihal
emosi manusia.
D. Kelebihan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
1. Kelebihan Pendekatan Kontekstual CTL
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL, Guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Guru memberikan kesempatan kpada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan
perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
apa yang diterapkan semula.
2). Membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning group)