Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)


Dosen Pembimbing: Lalu Amnirullah, M.Pd

OLEH:
1. M.SYAFRUDIN ZOHRI
2. SAFITRI SAUPIATUN NUFUS
3. MASLINAYANTI
4. WAHYU UTAMI
5. KHAIRUNNISAK
6. IMTIHANI ZAINI
7. NUR FITRIAH
8. MELA SANTIKA FARIZA
9. NURUL HIDAYANTI

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN EKONOMI
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat menyelesaikan makalah ini.
Walaupun berbagai hambatan dan permasalahan,rencana untuk menyusun makalah ini dapat
terwujud juga.Makalah ini disusun untuk salah satu tugas mata kuliah “Strategi Belajar
Mengajar” pada program studi pendidikan ekonomi. Diharapkan setelah membaca makalah
ini mahasiswa dapat menambah wawasan dan dapat menganalisa persoalan – persoalan yang
dihadapkan.

kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna. Tidak sedikit ide, saran, dan kritik
yang telah diberikan menjadi masukan bagi saya dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan ide, kritik, dan saran yang membangun atas isi makalah.
Masukan tersebut akan dengan senang hati kami terima guna perbaikan di kemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian dan karakteristik strategi pembelajaran kontekstual.......................
B. kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran kontekstual.........................
C. dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran kontekstual...................
D. langkah pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual .................................
E. upaya pemecahan strategi pembelajaran kontekstual ......................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah
terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para
siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi
pelajaran, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi
peningkatan kualitas kehidupannya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang hanya dihafal
saja tetapi tidak berpengaruh dalam kehidupannya. Pengetahuan hanya ‘mampir’
sebentar dan kemudian ‘menguap’ begitu saja, seolah tidak berbekas dalam kehidupan
siswa.
Kalau kita cermati, proses belajar yang diperoleh siswa lebih banyak pada
“belajar tentang” (learning about thing) daripada “ belajar menjadi” (learning how to
be). Tampaknya, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil transmisi
informasi, belum merupakan sesuatu yang dicari digali, dan ditemukan sendiri
sehingga betul-betul menjadi miliknya dan menjadi bagian dari kehidupannya.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi
pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan
pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang
memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah
pendekatan kontekstual (CTL).
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian dan karakteristik strategi pembelajaran kontekstual ?
2. apa kelebihan dan kkekurangan strategi pembelajaran kontekstual ?
3. apa dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran kontekstual ?
4. apa saja langkah pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual ?
5. apa saja upayan pemecahan strategi pembelajaran kontekstual ?
C. Tujuan
1. mengetahui pengertian dan karakteristik strategi pembelajaran kontekstual
2. mengetahui kelebihan dan kekuranagan strategi pembelajaran kontekstual
3. menegetahui dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran kontekstual
4. meengetahui langkah pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual
5. menegtahui upaya pemecahan strategi pembelajaran kontekstual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual (Ctl)
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang
dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang
dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pembelajaran
kontekstual, yaitu antara lain:
a. Johnson (2002: 25) dalam Nurhadi, dkk (2004: 12)
Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan
konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
b. US Departement of Education (2001) dalam Kasihani (2003: 2)
Contextual Teaching and Learning adalah suatu konsep mengajar dan belajar
yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya
dengan situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan
dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan
bahkan sebagai anggota masyarakat di mana dia hidup.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Dalam bagian berikut akan disampaikan beberapa karakteristik pembelajaran
kontekstual yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Johnson (2002: 24) dalam
Nurhadi, (2004: 14), ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran
kontekstual, seperti dalam rincian berikut:
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Dalam pembelajaran ini seharusnya siswa dapat mengatur dirinya sendiri
sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara
individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan
orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work)
Dalam pembelajaran ini siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan
berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai
anggota masyarakat.
c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Dalam pembelajaran ini siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada
tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan
pilihan dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Bekerja sama (collaborating)
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih
secara kritis dapat menganalisis, membuat sintetis, memecahkan masalah, membuat
keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
e. Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative)
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih
tinggi secara kritis dan kreatif dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan
masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak
dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa, siswa menghormati temannya dan juga
orang dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Dalam pembelajaran ini siswa mengenal standar yang tinggi, mengidentifikasi
tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa
cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)
Dalam pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam
konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya siswa boleh
menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran
sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan
mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah / membuat penyajian perihal
emosi manusia.
D. Kelebihan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
1. Kelebihan Pendekatan Kontekstual CTL

Kelebihan Pendekatan Kontekstual antara lain:

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada


siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.

2. Kelemahan Pendekatan Kontekstual CTL

Sedangkan Kelemahan Pendekatan Kontekstual antara lain:

Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL, Guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.

Guru memberikan kesempatan kpada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan
perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
apa yang diterapkan semula.

E. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)


Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu bentuk membelajarkan siswa
dengan cara memberikan pengalaman langsung. Siswa belajar dari lingkungan yang
berada di sekitarnya. Salah satu contohnya adalah siswa yang disuruh melakukan
observasi di pasar. Kemudian siswa itu disuruh menjelaskan apa saja yang ia pelajari
selama melakukan observasi di pasar, hal ini tentunya berkaitan dengan mata pelajaran
ekonomi. Demikian pula dalam mata pelajaran sejarah siswa di suruh untuk melihat
peninggalan sejarah, seperti candi, istana, mesjid. Dari informasi lapangan, siswa
diberikan kesempatan untuk menyampaukan hasil observasi atau pengamatan yang telah
mereka lihat dan pelajari.
Ada tiga prinsip dalam pembelajaran konstektual. Pertama, siswa dituntut untuk
menemukan sendiri pengetahuan baru. Tidak hanya mendapatkan pengetahuan yang baru,
namun lebih dari itu siswa dikondisikan agar dapat memahami proses yang terjadi dalam
mendapatkan ilmu itu. Singkatnya, siswa membangun sendiri pengetahuannya. Kedua,
siswa dituntut untuk dapat menghubungkan ilmu yang ia dapatkan di sekolah dengan
kejadian actual di masyarakat. Ketiga, diharapkan siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang
ia dapatkan dengan kejadian aktual di masyarakat.
Terkait dengan itu, ada lima karakteristik penting dalam pembelajaran
kontekstual,yaitu:
a.) Pembelajaran merupakan pengaktivan kembali informasi yang sudah ada pada siswa
b.) Pembelajaran kontekstual merupakan suatu upaya untuk mendapat pengetahuan yang
didapatan dengan cara deduktif.
c.) Pemahaman yang diperoleh bukan untuk dihafal, tetapi untuk difahami dan diyakini.
d.) Mempraktekkan pengetahuan yang telah didapat
e.) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Dengan demikian, model pembelajaran kontekstual dapat dilakukan oleh guru, dan
siswa belajar dengan kondisi di sekitarnya. Model ini sangat menarik dan dapat dilakukan
oleh guru dalam proses pembelajaran. Namun, perlu diingat, bahwa untuk menggunakan
model ini dalam pembelajaran, guru harus memahami dan mengetahui secara lebih detil
tentang mekanisme pembelajaran kontekstual ini.
F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Setiap siswa memiliki gaya belajar sendiri. Bobbi Deporter (1992) menyebutkan hal
itu sebagai unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga belajar pada tiap diri siswa
dimana tiap orang memiliki kecenderungan terhadap salah satunya. Ketiga hal itu adalah
visual, auditorial, dan kinestetis. Siswa yang memiliki kecenderungan visual akan
cenderung belajar dengan cara melihat. Siswa dengan kecenderungan auditorial akan lebih
tertarik untuk belajar dengan mendengarkan suara-suara. Sementara siswa dengan karakter
kinestetis akan lebih tertarik untuk praktek dengan me-lakukan suatu kegiatan atau
menyentuh secara langsung. Dalam pembelajaran kontekstual, guru dituntut untuk dapat
memahami karakteristik belajar siswa sehingga siswa dapat belajar dengan gayanya
masing-masing. Dalam pembelajaran konvensional, guru sering lupa memperhatikan hal
ini. Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan Oleh Paulo Freire sebagai pemaksaan
kehendak.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka secara garis besar penerapan
model pembelajaran kontekstual dalam kelas mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dengan mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan atau implementasi model
pembelajaran kontekstual oleh guru, maka akan memudahkan bagi guru untuk
menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran yang dilakukannya.
G. Upaya Pemecahanya Strategi Pembelajaran Kontekstual

Dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual seorang guru perlu


memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;

1.) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa


(developmentally appropriate)

2). Membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning group)

3). Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated


learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, penggunaan strategi, dan
motivasi berkelanjutan.

4). Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)

5). Memperhatikan multi-intelegensi siswa (mltiple intelligences), spasial-verbal,


linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika,
intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993)

6). Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa,


perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.

7). Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan dan tantangan
dalam proses pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan kondisi dan situasi
jaman. Supaya proses pendidikan yang kita lakukan dapat menjawab tantangan jaman,
maka diakui atau tidak kita pun harus berubah, baik dalam cara berpikir, pendekatan
dalam proses pengajaran, maupun keterampilan baru yang kita perlukan dalam proses
pembelajaran. Perubahan memang bukan sesuatu yang mudah dilakukan, kendala dan
tantangan pasti akan datang menghadang, tetapi tantangan bukanlah hal yang harus
ditakuti, justru tantangan inilah yang akan menumbuhkan motivasi. Pemilihan strategi
pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat membawa perubahan untuk menghadapi
tantangan dalam proses pendidikan seiring perkembangan jaman.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan
yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan
pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa
belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah
perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus
dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai
dengan perkembangan jaman.
B. SARAN
Menurut kelompok kami, semua model pembelajaran sangat efektif untuk digunakan
dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, dalam penerapannya tidak semua peserta
didik disamakan dalam satu model pembelajaran karena setiap karakter kelas berbeda-
beda.
DAFTAR PUSTAKA

Djahura,Dirman.2012.konsep Pembelajaran Kontekstual.18 februari 2016


Hermawan,Ayahanda iwan.2014.strategi pembelajaran kontekstual.18 februari 2016
Mahani.2011.pengertian pembelajaran kontkstual Ctl/contektual teaching and
learning.18 februari 2016
sumiati&Asra.Metode pembelajaran.Bandung;CV.wacana prima,2008
komalasari,kokom.2013.pembelajaran kontekstual konsep dan aplikasi.Bandung:PT
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai