Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF


(Contextual Teaching and Learning)

Disusun Oleh:

1. Nico Ferdinan Purba (A1C020048)


2. Fiqi Indah Permatasari (A1C020058)
3. Alya Silvianti Agusti (A1C020068)

Dosen Pembimbing:
1. Dewi Rahimah, S.Pd, M.Ed, Ph.D
2. Elwan Stiadi, M.Pd
3. Tria Utari, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pembelajaran
Matematika Inovatif (Contextual Teaching and Learning). Laporan observasi ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika Inovatif pada semester lima
tahun ajaran 2022.
Tak lupa Sholawat dan Salam kami haturkan kepada Rosulullah SAW yang telah
membawa kita dari alam kebodohan kealam yang penuh petunjuk ini. Kami yang
bertanggung jawab atas tugas ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat
tugas ini dengan baik dan dengan teliti. Sebelumnya saya mengucapkan banyak - banyak
terimakasih kepada Ibu Dewi Rahimah, S.Pd, M.Ed, Ph.D, Bapak Elwan Stiadi, M.Pd,
dan Ibu Tria Utari, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Matematika Inovatif.
Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap bahwa makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua orang.

Bengkulu, 6 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan sekarang ini menuntut kerja keras dan
tanggung jawab guru untuk lebih professional. Guru harus dapat mengubah paradigma
mengajar dari teaching ke learning. Perubahan ini tidak semata-mata hanya untuk
mengikuti trend jaman, tetapi lebih kepada tuntutan dan situasi nyata yang dibutuhkan
dunia dan kehidupan manusia. Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada
peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang.
Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu
tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya,
tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka
sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar,
aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain,
danmemiliki kepercayaan diri yang tinggi. Guru harus bekerja keras mengubah gaya
mengajarnya dengan memberi peluang dan kesempatan kepada anak untuk
mengeksplorasi pengetahuannya secara lebih mandiri. Salah satu model pembelajaran
sekolah saat ini untuk menciptakan pembelajaran menjadi lebih bermakna adalah Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
gurumengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL
lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan
tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih
mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual
mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tetapi
mendalam bukan banyak tetapi dangkal. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Suyanto (2003 : 1) dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang
bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan
pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata.
Pembelajaran dengan peran serta lingkungan secara alami akan memantapkan
pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan lebih bermanfaat dan bermakna jika
seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui.
Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus dapat mengonstruksikan
pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada
realita kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar di kelas, siswa dibiasakan untuk
saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning
community). Dalam proses belajar, guru perlu membiasakan anak untuk mengalami
proses belajar dengan melakukan penemuan dengan melakukan pengamatan, bertanya,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan
(Inquiry). Seluruh proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati
dengan indikator yang jelas (assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib
melakukan refleksi terhadap proses danhasil pembelajaran (reflection).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Contextual Teaching and Learning?
2. Apa saja Langkah – Langkah dalam Contextual Teaching and Learning?
3. Apa saja Kelebihan dalam Contextual Teaching and Learning?
4. Apa saja Kekurangan dalam Contextual Teaching and Learning?
5. Apa contoh pembelajaran dalam Contextual Teaching and Learning?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi Contextual Teaching and Learning
2. Untuk mengetahui Langkah – Langkah dalam Contextual Teaching and Learning
3. Untuk mengetahui kelebihan dalam Contextual Teaching and Learning
4. Untuk mengetahui kekurangan dalam Contextual Teaching and Learning
5. Untuk mengetahui contoh pembelajaran atau ide dalam Contextual Teaching and
Learning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Model Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah kegiatan pembelajaran yang menghubungkan material untuk
kehidupan nyata siswa sehari-hari. Seperti yang diungkapkan Komalasari (2017,
hlm. 7) bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mempelajari materi dengan mengaitkan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, komunitas dan warga negara, dan tujuan menemukan
makna materi untuk hidupnya. Sejalan dengan Komalasari, Taconis, Brok & Pilo
(2016, hlm.1) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran CTL adalah
pembelajaran yang menggunakan konteks nyata sebagai langkah awal untuk belajar
sehingga memberikan makna untuk isi materi dan makna bagi pembelajar. Jelas
bahwa konteks atau situasi nyata yang berhubungan dengan materi menjadi kunci
utama dari strategi pembelajaran CTL. Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan
setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata (Rusman, 2018, hlm.
187). (Gamal Thabroni, 2021).

2.2 Langkah – Langkah


Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
Terdapat tujuh langkah utama dalam model CTL yaitu ; konstruktivisme
(constructivism), bertanya ( questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning commonity), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection) dan penelitian
sebenarnya (authentic assessment).
Berikut adalah penjelasan dari langkah-langkahnya:
1) Konstruktivisme (Constructivim)
Kontruktivisme yakni mengajari siswa bekerja sendiri untuk membangun diri,
pengetahuan dan keterampilan baru. Konstruktivisme mengembangkan
pikiran siswa untuk belajar lebih baik. Hal ini menjadi landasan berpikir
pembelajaran dalam CTL . Pengetahuan nyata bagi siswa adalah suatu yang
dibangun atau ditemukan oleh siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang harus diingat siswa, tetapi siswa
harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian mengartikannya melalui
pengalaman nyata.
2) Menemukan (Inquiry)
Inquiry merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada proses
pencarian, penemuan melalui proses berfikir secara sistematis, proses
pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman siswa dalam belajar
dengan keterampilan berfikir kritis. Dalam hal ini guru harus merencanakan
situasi kondusif supaya siswa belajar dengan prosedur mengenali masalah,
menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian (investigasi),
menyiapkan kerangka, berfikir, hipotesis dan penjelasan yang relevan dengan
pengalaman pada dunia nyata.
3) Bertanya (Question)
Question adalah mengembangkan keingintahuan dalam siswa dengan dialog
interaktif. Belajar lebih hidup, karena mendorong proses dan hasil
pembelajaran. Pertanyaan itu mendorong siswa untuk selalu menolak ide-ide
mentah. Ini mendorong sikap selalu ingin mengetahui dan mengeksplorasi
teori lebih jauh lagi.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community).
Learning community adalah belajar datang dari bekerja dengan orang lain. Itu
selalu dilakukan dalam kelompok yang heterogen. Siswa yang pandai
mengajar kelemahan, yang sudah tahu untuk memberi tahu mereka yang
tidak tahu. Dalam praktiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil, kelompok
besar membawa para ahli ke kelas, berkolaborasi dengan kelas paralel,
kelompok kerja dengan saudara dan bekerja dengan masyarakat.
5) Pemodelan (Modeling)
Dalam pembelajaran perlu ada model yang dapat dicontoh oleh siswa, bisa
berupa cara mengoperasikan, cara melempar dan menendang bola dalam olah
raga, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Ketika seorang
guru dapat melakukan sesuatu, siswa akan berpikir sama, karena mereka juga
dapat melakukannya.
6) Refleksi (Reflection)
Reflection merupakan upaya untuk melihat, mengatur, menganalisis,
mengklarifikasi dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari. Guru
menyisihkan waktu bagi siswa untuk mencerminkan pada akhir setiap
pelajaran. Pernyataan dari siswa tentang apa yang diperoleh setelah
pembelajaran, catatan atau jurnal dalam buku siswa, tayangan dan saran.
7) Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Untuk mengukur hasil belajar selain tes, itu juga harus diukur dengan
penilaian otentik yang dapat memberikan informasi yang benar dan akurat
tentang apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau
tentang kualitas program pendidikan. Data yang beragam dikumpulkan untuk
menggambarkan perkembangan pembelajaran siswa. Data dirangkum dalam
bentuk hasil tes tertulis dalam folio siswa.

Dalam penerapan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CTL dapat


dilakukan dalam beberapa langkah fase berikut.

1. Fase Invitasi
Peran dalam fase ini siswa didorong supaya mengemukakan pengetahuannya
pada saat awal materi dibahas. Dalam artian siswa diberi kesempatan untuk
mengikutsertakan pemahamannya dengan konsep tersebut.
2. Fase Eksplorasi
Peran fase ini adalah untuk memberikan peluang bagi siswa untuk
menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,
interpretasi data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru.
Kelompok siswa mendiskusikan masalah dalam fase ini.
3. Penjelasan dan Solusi
Siswa diharuskan untuk memberikan penjelasan dalam bentuk solusi
berdasarkan hasil pengamatan dan diperkuat oleh guru dalam fase ini. Siswa
dapat membuat model dan ringkasan.
4. Pengambilan Tindakan
Siswa diharapkan dapat membuat keputusan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan dari berbagai informasi dan ide, mengajukan pertanyaan
lanjutan dan saran dari masalah yang disediakan oleh guru.

2.3 Kelebihan dalam Contextual Teaching and Learning


Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang
apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya (Daryanto & Rahardjo, 2012: 158).
Kelebihan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL):
A. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM.
B. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
C. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
D. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
E. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
F. Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
G. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

2.4 Kekurangan dalam Contextual Teaching and Learning


Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL):
A. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan
siswa. Padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda
sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena
tingkat pencapaiannya siswa tadi tidak sama.
B. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PMB.
C. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara
siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang
kurang kemampuannya.
D. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan
terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model
pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri
jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini
tidak akan menunggu teman yang tertinggal danmengalami kesulitan.
E. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL
ini.
F. Kemampuan setiap siswa berbeda- beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam
bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan
keterampilan dan kemampun soft skill dari pada kemampuan intelektualnya.
G. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata.
H. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru
hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk
aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan (Daryanto &
Rahardjo, 2012: 159).

2.5 Contoh Pembelajaran dalam Contextual Teaching and Learning


Berikut adalah contoh penerapan pembelajaran CTL pada materi Bangun Ruang Sisi
Datar, berikut langkah-langkahnya:
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2. Guru memberi LKPD kepada masing-masing kelompok siswa mengenai materi
Bangun Ruang Sisi Datar yang dikaitkan dengan dunia nyata keseharian siswa
misalnya bentuk lingkaran dikaitkan dengan bentuk roda pada sepeda dan
diberikan pertanyaan mengenai kelilingnya dan bagian-bagian dari lingkaran
tersebut, kemudian meminta peserta didik mengerjakannya dengan kelompoknya
masing-masing.
3. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kerja sama,
siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan
guru.
4. Melalui pertanyaan dan jawaban, guru dan siswa mendiskusikan cara
menyelesaikan masalah yang tepat.
5. Guru meminta siswa tentang hal-hal yang tidak mereka pahami, bahan yang tidak
dipahami dengan baik, dan pesan yang mereka dapatkan.
6. Para siswa menyelesaikan LKPD yang diajukan oleh guru.
7. Siswa perwakilan kelompok menyajikan karya kelompok dan kelompok lain
meresponnya.
8. Guru meminta siswa untuk mengamati pekerjaan siswa yang telah ditampilkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu gurumengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan
siswa. CTL lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana
kegiatan tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih
mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual mengharapkan
siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tetapi mendalam bukan banyak
tetapi dangkal. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Model Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)


adalah kegiatan pembelajaran yang menghubungkan material untuk kehidupan nyata siswa
sehari-hari.bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mempelajari materi dengan mengaitkan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, komunitas dan warga negara, dan tujuan menemukan makna
materi untuk hidupnya.Jelas bahwa konteks atau situasi nyata yang berhubungan dengan
materi menjadi kunci utama dari strategi pembelajaran CTL. Inti dari pendekatan CTL
adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata
DAFTAR PUSTAKA
Sabroni, Doni. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning
(CTL) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.
https://proceedings.radenintan.ac.id/index.php/pspm/article/view/21. Diakses pada
19 Agustus 2022.

Nurhidayah. 2017. Penerapan Model Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap Hasil
Belajar Fisika pada kelas XI SMA Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jpf/article/view/307. Diakses pada 19
Agustus 2022.

Jimmy, Sapoetra. 2021. Contextual Teaching and Learning (CTL).


https://pgsd.binus.ac.id/2021/12/08/contextual-teaching-and-learning-ctl/. Diakses
pada 18 Agustus 2022.

Sari, Depi Adela. 2018. Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Contextual


Teaching and Learning (CTL) Pada Materi Kubus Dengan Konteks Tahu di Kelas
VIII.
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/
media/publications/266890-pembelajaran-matematika-menggunakan-mode-
6753c130.pdf. Diakses pada 20 Agustus 2022.

Yenti, Fepryna. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 X
Koto Tahun Pelajaran 2014/2015.
https://www.researchgate.net/publication/312347854_Penerapan_Model_Pembelaja
ran_Contextual_Teaching_and_Learning_CTL_terhadap_Pemahaman_Konsep_Ma
tematika_Siswa_Kelas_VIII_SMP_Negeri_2_X_Koto_Tahun_Pelajaran_20142015
. Diakses pada 20 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai