Dosen Pengampu
Disusun oleh
PENDAHULUAN
2
Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri,
bertanya, permodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas
sudah menerapkan komponen tersebut dalam proses pembelajaran, maka kelas
tersebut menggunakan model pembelajaran kontekstual. Menurut Sunyoto (2003),
CTL dapat membuat peserta didik terlibat dalam kegiatan yang bermakna serta
mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi
kehidupan nyata. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi peserta didik harus
dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pengembangan model pembelajaran CTL dalam proses belajar,
guru perlu membiasakan anak untuk mengalami proses belajar dengan melakukan
pengamatan, bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
dan menarik kesimpulan (inquiry). Serta setiap selesai pembelajaran guru wajib
melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (reflection).
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian dari metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)
2. Dapat mengetahui karakteristik serta prinsip dalam pembelajaran kontekstual
3. Dapat mengetahui keunggulan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)
4. Dapat mengetahui kelemahan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)
5. Dapat menjelaskan implementasi pembelajaran kontekstual dalam kegiatan belajar
di sekolah.
3
BAB II
ISI
Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengandung dua arti yaitu bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna dan situasi yang ada hubungan dengan
suatu kejadian. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu sistem
pengajaran yang cocok dengan otak yang dapat menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta
didik. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari. (Kadir, 2013).
4
didik membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja.
5
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Prinsip-
prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini :
1. Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, dan
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Manusia harus
mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran siswa menjadi pusat kegiatan
bukan guru.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang
berbasis CTL. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran untuk menggali informasi, mengkonfirmasi
apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan aspek yang belum
diketahuinya.. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara
memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk
menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai
karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai
pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.
3. Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil dari mengingat, tetapi dari menemukan sendiri.
Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan
misalnya melalui kegiatan praktikum, apapun materi yang diajarkannya.
6
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam
kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus
memiliki kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan ide
siswa lain dengan cermat, dan bekerja sama untuk membangun
pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan
pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara
individual.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga
meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling
belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada
pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling
mendengarkan.
5. Pemodelan (Modeling)
6. Refleksi (Reflection)
7
Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan
kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill. Artinya peserta didik dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan nyata. Sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, maka materi yang dipelajari akan
tertanam erat dalam memori peserta didik.
2. Menjadikan peserta didik yang aktif terlibat dalam memecahkan dan
memiliki kemampuan berfikir yang lebih tinggi karena peserta didik dilatih
dalam memecahkan suatu masalah.
3. Melatih peserta didik menjadi mandiri, karena materi pelajaran dapat
ditemukan sendiri oleh peserta didik, bukan hasil pemberian oleh guru.
4. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran di kelas menjadi bermakna.
8
3.4 Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
9
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan salah satu alternatif konsep belajar mengajar yang mengaitkan materi
yang diajarkan dengan realitas dunia, sehingga peserta didik dapat
menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran kontekstual ini, peserta didik bukan
hanya memahami berupa definisi melainkan dituntut untuk dapat menemukan
pengetahuannya sendiri. Peran guru sebagai fasilitator harus memiliki strategi
yang memacu peserta didik untuk dapat berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
4.2 Saran
1. Guru seharusnya dapat menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang
inovatif sehingga peserta didik semakin berantusias mengikuti pembelajaran
dikelas.
2. Guru harus menunjukkan model pada materi pelajaran, agar peserta didik
dapat mengembangkan konsep yang didapat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Asep, Hidayat. (2008). Educare Jurnal Pendidikan dan Budaya. Jurnal Pendidikan dan
Budaya. 2(5).
Kartini, Hutagaol. (2013). Infinity. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi Bandung. 1(2).
11