Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

AKAR KORUPSI DI INDONESIA DAN JALAN KELUAR MENGATASINYA

Dosen Pembimbing :

Dr. Sutarjo Johanes Rasul M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Novella Arie Astutik

NIM :181434079

Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fenomena korupsi telah menjadi persoalan yang berkepanjangan di negara
Indonesia. Bahkan negara kita memiliki rating yang tinggi diantara negara-negara lain
dalam hal tindakan korupsi. Korupsi sebagai sebuah masalah yang besar dan
berlangsung lama menjadi sebuah objek kajian yang menarik bagi setiap orang. Adanya
permasalahan terkait dengan korupsi telah menghilangkan nilai-nilai kerja keras,
kebersamaan, tenggang rasa, dan rasa senasib serta sepenanggungan diantara sesama
warga Indonesia. Korupsi menciptakan manusia Indonesia yang apatis terhadap nasib
dan penderitaan sesama khususnya rakyat kecil. Tindakan korupsi seolah-olah
bukanlah lagi sebuah tindakan yang diharamkan oleh agama manapun sebab
kecenderungan korupsi telah dianggap hal yang biasa dan lumrah untuk dilakukan baik
oleh pejabat maupun orang biasa.
Masyarakat Indonesia terus menyoroti upaya Indonesia dalam mencegah dan
memberantas korupsi. Berbagai upaya pemberantasan korupsi telah dilakukan oleh
pihak yang berwanang untuk mengatasinya, akantetapi pada umumnya masyarakat
masih menilai bahwa pihak pemerintah belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik menjadi
ukuran bahwa masih belum lancar laju pemberantasan korupsi di Indonesia.
Masyarakat menduga masih ada praktek tebang pilih dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai bentuk
kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan
strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat
tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis
untuk membangun budaya anti korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan
tinggi.
Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena sosial,
fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan. Karena
itu pula upaya penanganan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui
startegi atau pendekatan negara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, sosial dan
budaya. Berdasarkan pengertian, korupsi di Indonesia difahami sebagai perilaku
pejabat dan atau organisasi (negara) yang melakukan pelanggaran, dan penyimpangan
terhadap norma-norma atau peraturan-peraturan yang ada. Korupsi difahami sebagai
kejahatan negara (state corruption). Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan,
ditambah kewenangan bertindak, ditambah adanya kesempatan, dikurangi
pertangungjawaban.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menjadi akar korupsi di Indonesia?
2. Bagaimanakan jalan keluar yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya korupsi?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui akar dari permasalah korupsi yang ada di Indonesia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui solusi atau cara untuk mengatasi terjadinya korupsi.

D. MANFAAT
1. Mahasiswa mengetahui akar dari permasalah korupsi yang ada di Indonesia.
2. Mahasiswa mengetahui solusi atau cara untuk mengatasi terjadinya korupsi.
BAB II

ISI

A. AKAR KORUPSI DI INDONESIA


Di Indonesia korupsi telah menjadi kebiasaan sejak zaman lampau. Korupsi
menjadi tradisi dalam corak birokrasi patrimonial, yang mengejewantahkan bentuknya
dalam sistem masyarakat feodal. Corak dan sistem seperti ini tetap dipertahankan sebagai
sebuah kewajaran dan sesuatu yang terwariskan. Korupsi di Indonesia telah ada dari dulu
sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era orde lama, orde baru, berlanjut hingga era
reformasi. Korupsi telah berakar jauh ke masa silam, tidak saja di masyarakat Indonesia,
akan tetapi hampir di semua bangsa. Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir
Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang. Mochtar Lubis
menjelaskan, awal mula kelahiran korupsi sejak masa feodalisme masih berkuasa hingga
ke masyarakat modern dengan bentuk-bentuk korupsi yang semakin beragam. Di masa
feodal di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia, tanah-tanah yang luas adalah pemilik para
raja dan raja menyerahkan pada para kaum bangsawan untuk melakukan pengawasan
terhadap tanah-tanah tersebut.
Korupsi di Indonesia telah menjadi penyakit kronis yang telah mewabah keseluruh
penjuru negeri, merebak ke semua aspek sosial dan instansi pemerintah, dari mulai yang
paling bawah hingga ke tingkat yang paling tinggi. Korupsi telah merugikan negara pada
setiap anggaran belanja negara dan daerah, sehingga tidak kurang dari setengahnya
berserakan di bagi-bagikan oleh para koruptor, untuk menjadi harta tidak sah yang
dikonsumsi oleh pribadi-pribadi dan keluarga-keluarga mereka yang tidak berhak
menikmatinya.
Korupsi telah mengakar dan melekat kuat ditengah masyarakat. Korupsi di negeri
ini telah melahirkan korupsi berikutnya yang bisa jadi lebih besar dan lebih parah,
contohnya setiap orang yang ingin menggapai jabatan dan posisi tertentu haruslah
membayar upeti kepada oknum tertentu. Berikutnya setelah jabatan dan posisi tersebut
diperoleh maka orang itu akan berusaha memanfaatkannya guna mendapatkan harta haram
dengan segala cara sebagai pengganti modal yang telah dikeluarkannya. Di negeri ini
korupsi telah menjamur dari sejak zaman penjajahan belanda, sehingga ungkapan amplop
dan angpao adalah istilah yang sudah sangat tua dan bersejarah. Pada dasarnya korupsi itu
berakar dari sifat tamak dan rakus yang telah ada didalam jiwa, kemudian tumbuh subur
karena disirami dengan sikap cinta dan ambisi kepada dunia dengan menghalalkan segala
cara. Hal pertama yang dilahirkan oleh ketamakan dan kerakusan adalah sikap egoistis atau
ananiyah yang menyebabkan seseorang mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya
walaupun harus mengorbankan orang lainnya. Sikap egois inipun berkembang menjadi
sikap khianat terhadap amanah yang dipercayakan orang terhadap seseorang. Kemudian
pada saat berkumpul beberapa orang yang memiliki kesiapan yang sama untuk berkhianat,
maka mereka bersama-sama mencari peluang dan kesempatan. Pada saat pengawasan
lemah dan resiko bisa diremehkan maka terjadilah perbuatan korupsi dengan segala model
dan caranya.
Pada saat ini sifat amanah telah menjadi sesuatu yang langka di negeri ini,
akibatnya jika pengawasan melemah maka sudah bisa dipastikan korupsi mesti terjadi,
karena ketamakan dan egoisme sudah ada dimana-mana. Masalahnya jadi semakin runyam
pada saat hukum tidak bisa lagi ditegakkan, bahkan para pelaku dan penegak hukumnya
justru para koruptor. Kita melihat bahwa didirikannya KPK pada saat ini menggambarkan
adanya unsur ketidakpercayaan dikalangan bangsa ini kepada para penegak hukum. Sudah
menjadi rahasia umum bahwa siapapun yang ingin menjadi hakim, jaksa dan polisi harus
mengeluarkan amplop yang berisi jutaan rupiah. Tentunya pada saat benar-benar mereka
menjadi hakim, jaksa dan polisi mereka mencari peluang dan kesempatan untuk korupsi,
guna mengembalikan modal yang telah dikeluarkannya.
Kesimpulannya bahwa korupsi ada dimana-mana, di semua aspek dan tingkatan,
hampir semua lembaga dan jawatan mengalami maraknya permasalahan korupsi. Pada
akhirnya kita harus memperhatikan empat hal yang menjadi akar korupsi, yaitu kerakusan,
egoisme, lemahnya pengawasan dan sanksi hukuman.
B. UPAYA MENGATASI KORUPSI
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi adanya tindak korupsi
yang terjadi di Indonesia. Upaya mengatasi korupsi terbagi menjadi upaya yang dilakukan
sebagai pencegahan yang akan terjadi, upaya dalam penindakan, upaya sosialisasi pada
masyarakat dan LSM.
1. Upaya pencegahan
1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal
dan agama
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawabyang tinggi.
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki
tanggung jawab etis tinggi dandibarengi sistem kontrol yang efisien
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya

2. Upaya Penindakan
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti
melanggar dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak
terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan
oleh KPK.
3. Upaya Sosialisasi
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontril
social terkait kepentingan public
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh
c. Melakukan control social pada setiap kebijakan mulai dari pemerintah desa
hingga ke tingkat pusat ataupun nasional
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman terkait penyelenggaraan
pemerintah negara dan aspek hukumnya
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Akar korupsi terdiri dari kerakusan, egoisme, lemahnya pengawasan dan sanksi
hukuman.
2. Upaya mengatasi korupsi terbagi menjadi upaya yang dilakukan sebagai pencegahan
yang akan terjadi, upaya dalam penindakan, upaya sosialisasi pada masyarakat dan
LSM.

Anda mungkin juga menyukai