Makalah Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Biologi
Disusun Oleh:
Kelompok 8
2022
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Strategi
Pembelajaran Kontruktivisme”. Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu Mata kuliah
Strategi Pembelajaran Biologi.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen mata kuliah yang bersangkutan Indayana Febriani Tanjung, M.Pd yang telah
memberikan tugas kepada penulis demi menumbuh kembangkan wawasan dan pengetahuan
penulis.
Semoga penyusunsn makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, dan
pada umumnya bagi para pembaca, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan maupun pembahasan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 9
B. Saran………………….………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini
lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada
sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih
dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak
demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar,
bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya
untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah,
dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi
tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan
keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan
yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan
dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari
lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
3. Memahami dan mengerti cara mengaplikasikan teori konstruktivisme dalam sistem
pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Winasanjaya, Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (Jakarta:KENCANA,2005), hal
118.
2
Rusman, Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi 2 (Jakarta: Rajawali
Press, 2012), 201.
3
Dalyono, Psokologi pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), 34.
3
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
4
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang
strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tahu
bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran
yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi untuk belajar oleh dirinya
sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya sebagai hasil belajar atau karena
motivasi eksternal yang lain, misalnya dari guru atau orang tuanya.
3. Tanggung jawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar
bertumpu kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus aktif dalam
proses pembelajaran, dan berbeda pendapat dengan pandangan pendidikan
sebelumnya yang menyatakan tanggung jawab pembelajaran lebih kepada guru,
sedangkan siswa berperan secara pasif dan reseptif. Disini para pembelajar
mencari makna dan akan mencoba mencari keteraturan dari berbagai kejadian
yang ada di dunia, bahkan seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
4. Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap
potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan terhadap potensi
untuk memecahkan masalah baru, diturunkan dari pengalaman langsung di dalam
menguasai masalah pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan
memperoleh kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan masalah yang
lebih kompleks lagi.
5. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut pokok
bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya
sendiri terhadap pokok bahasan/konten kurikulum.
6. Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda
diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan diskusi-
diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu
wilayah bahasan yang spesifik.
7. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang
kompleks untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-
5
keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah seperti itu. Pada
prinsipnya pembelajaran dimulai dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-
keterampilan dasar dan secara bertahap diberikan keterampilan-keterampilan
yang lebih kompleks.4
4
Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011), 111-115.
6
• Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang
ingin ber-“ternak cacing” tanah.
• Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis cacing tanah
tertentu sesuai hasil pengamatannya. 5
5
Ratnawilisdahar, teori-teori belajar dan pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2006), 103.
6
Ormrod, Jeanne., Edisi Ke 6 Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (Jakarta: Erlangga,
2008), 78.
7
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-
gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka
sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya
maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali
siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang
menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi
kelompok dan pengalaman nyata.
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan
para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata.
Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-
pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.7
7
Ibid., 79.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya Teori konstruktivisme disini diartikan sebagai suatu pendekatan di
mana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi
yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila
perlu.
Konsep dasar konstruktivisme merupakan suatu unsur dimana seseorang dapat
membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi
baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
Peranan (Implementasi) Teori Konstruktivisme bila diterapkan di kelas akan
terbentuk: a) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. b) Guru
mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon. c) Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. d) Siswa terlibat
secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya. e) Siswa
terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. f)
Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan makalh ini dimasa yang akan datang.
9
DAFTAR PUSTAKA
10