Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN BIOLOGI

“Strategi Pembelajaran Kontrutivisme”

Makalah Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu: Indayana Febriani Tanjung, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Fadilla Roji (0310202079)


Indah Amelia Jupani (0310203059)
Rizka Lucy Nadia (0310203067)
Selvia (0310202078)

PRODI TADRIS BIOLOGI - 2

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Strategi
Pembelajaran Kontruktivisme”. Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu Mata kuliah
Strategi Pembelajaran Biologi.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen mata kuliah yang bersangkutan Indayana Febriani Tanjung, M.Pd yang telah
memberikan tugas kepada penulis demi menumbuh kembangkan wawasan dan pengetahuan
penulis.

Semoga penyusunsn makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, dan
pada umumnya bagi para pembaca, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan maupun pembahasan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 10 Mei 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

Strategi Pembelajaran Kontruktivisme ................................................................................. 3

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme ........................................................................ 3


B. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme………………….……………………………...3
C. Konsep Dasar Konstruktivisme………………….……………………………....………4
D. Model Pembelajaran Konstruktivisme………………….…………………….........……6
E. Peranan (Implementasi) Teori Konstruktivisme di Kelas………………….…….....……7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 9

B. Saran………………….………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini
lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada
sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih
dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak
demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar,
bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya
untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah,
dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi
tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan
keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan
yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan
dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari
lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah devinisi dari teori konstruktivisme ?


2. Bagaimanakah konsep dasar dari teori Konstruktivisme ?
3. Bagaimana implementasi teori konstruktivisme ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami dan mengerti devinisi dari teori konstruktivisme


2. Memahami dan mengerti dari adanya konsep dasar teori konstruktivisme

1
3. Memahami dan mengerti cara mengaplikasikan teori konstruktivisme dalam sistem
pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme


Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan itu terbentuk bukan dari
objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang di amatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang
berasal dari luar akan tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak
bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis. Tergantung individu yang melihat dan
mengkontruksinya.1
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada
dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di
mana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 2
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Demikian ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Model
pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan
Pieget dan vigotsky.

B. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme


Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:3

1
Winasanjaya, Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (Jakarta:KENCANA,2005), hal
118.
2
Rusman, Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi 2 (Jakarta: Rajawali
Press, 2012), 201.
3
Dalyono, Psokologi pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), 34.

3
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata

C. Konsep Dasar Konstruktivisme


Berikut ini merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara
lain:
1. Siswa Sebagai Individu yang Unik
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan individu
yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula. Dalam teori ini
tidak hanya memperkenalkan keunikan dan kompleksitas pembelajar tetapi juga
secara nyata mendorong, memotivasi dan memberi penghargaan kepada siswa
sebagai integral dari proses pembelajaran.
2. Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )

4
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang
strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tahu
bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran
yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi untuk belajar oleh dirinya
sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya sebagai hasil belajar atau karena
motivasi eksternal yang lain, misalnya dari guru atau orang tuanya.
3. Tanggung jawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar
bertumpu kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus aktif dalam
proses pembelajaran, dan berbeda pendapat dengan pandangan pendidikan
sebelumnya yang menyatakan tanggung jawab pembelajaran lebih kepada guru,
sedangkan siswa berperan secara pasif dan reseptif. Disini para pembelajar
mencari makna dan akan mencoba mencari keteraturan dari berbagai kejadian
yang ada di dunia, bahkan seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
4. Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap
potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan terhadap potensi
untuk memecahkan masalah baru, diturunkan dari pengalaman langsung di dalam
menguasai masalah pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan
memperoleh kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan masalah yang
lebih kompleks lagi.
5. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut pokok
bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya
sendiri terhadap pokok bahasan/konten kurikulum.
6. Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda
diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan diskusi-
diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu
wilayah bahasan yang spesifik.
7. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang
kompleks untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-

5
keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah seperti itu. Pada
prinsipnya pembelajaran dimulai dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-
keterampilan dasar dan secara bertahap diberikan keterampilan-keterampilan
yang lebih kompleks.4

D. Model Pembelajaran Konstruktivisme


Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa hal
yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi
konfik pada struktur kognitif siswa. Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah.
Mereka menduga cecak atau cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri
lebih dari satu genus (bukan hanya berbeda species). Berikut ini akan dicontohkan model
untuk pembelajaran mengenai cacing tanah melalui ketiga tahap dalam pembelajaran
konstruktivisme (ekplorasi, klarifikasi, dan aplikasi)
Fase Eksplorasi
• Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang kau ketahui
tentang cacing tanah?”.
• Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
• Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi
kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka
semula.
Fase Klarifikasi
• Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
• Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
• Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk
dikembangbiakkan.
• Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan.
• Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
• Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
Fase Aplikasi
• Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian
oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.

4
Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011), 111-115.

6
• Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang
ingin ber-“ternak cacing” tanah.
• Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis cacing tanah
tertentu sesuai hasil pengamatannya. 5

E. Peranan (Implementasi) Teori Konstruktivisme di Kelas


Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini
dipaparka tentang penerapan di kelas. 6
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong
siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual
mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian
menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab
terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem
solver).
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar
gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan
cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun
keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang
para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon
faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan
merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan
gagasan-gagasan atau pemikirannya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya

5
Ratnawilisdahar, teori-teori belajar dan pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2006), 103.
6
Ormrod, Jeanne., Edisi Ke 6 Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (Jakarta: Erlangga,
2008), 78.

7
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-
gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka
sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya
maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali
siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang
menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi
kelompok dan pengalaman nyata.
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan
para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata.
Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-
pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.7

7
Ibid., 79.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada dasarnya Teori konstruktivisme disini diartikan sebagai suatu pendekatan di
mana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi
yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila
perlu.
Konsep dasar konstruktivisme merupakan suatu unsur dimana seseorang dapat
membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi
baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
Peranan (Implementasi) Teori Konstruktivisme bila diterapkan di kelas akan
terbentuk: a) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. b) Guru
mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon. c) Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. d) Siswa terlibat
secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya. e) Siswa
terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. f)
Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan makalh ini dimasa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, Psokologi pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.


Jeanne, Ormrod, Edisi Ke 6 Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang, Jakarta: Erlangga, 2008.
Rusman, Model-Model Pada Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
Edisi 2, Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2011.
Wasty, Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998.
Winasanjaya, Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi
Jakarta: Kencana, 2005.

10

Anda mungkin juga menyukai