Anda di halaman 1dari 16

TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keterampilan Teori Belajar Bahasa

Yang Dibina oleh Bapak Nahnu Robid Jiwandono, M.Pd.

Disusun Oleh:

M. Choirul Anam (21801071028)

Lita Yudanti W. (21801071034)

Fauziatur Rakhmah (21801071035)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PBSI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat dan karunia Alah SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Konstruktivisme dalam Pembelajaran Bahasa”.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa yang
dibina oleh Bpk. Nahnu Robid Jiwandono, M.Pd.Terimakasih penulis haturkan
kepada beliau selaku dosen yang telah membimbing serta motivasi kami (kelompok
7) sehingga bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap teori


konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa yang disertai observasi pada
pembelajaran normal di Sekolah Dasar Negeri Pendem 1 Batu dan Sekolah
Menengah Pertama PGRI 1 Karangploso.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna di dalamnya karena pengetahuan dan pengalaman yang masih
sangat minim. Oleh karena itu penulis berharap kepada pembaca agar terus
memberikan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata dari kami, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini.

Malang, 19 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang... ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pengertian Teori Konstruktivisme .................................................... 3
2.2 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Bahasa Anak Normal
dan ABK .......................................................................................... 5
2.3 Pandangan Kritis Kelompok mengenai Teori Konstruktivisme ....... 7
BAB III HASIL PENGAMATAN ................................................................... 8
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan dijelaskan tiga hal. Ketiga hal tersebut yaitu: latar
belakang, rumusan masalah, dan tujuan. Ketiga hal tersebut dijelskan sebagai
berikut.

1.1 LATAR BELAKANG


Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,
mandiri, bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat,
serta mampu berkolaborasi dan memecahkan masalah, diperlukan layanan
pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut,
dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa di transfer begitu saja,melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing masing individu. Pengetahuan juga
bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang yang salah menangkap apa yang diberikan oleh
gurunya. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan tidak begitu saja
dipndahkan, melainkan harus di kontribusikkan sendiri oleh peserta didik
tersebut. Peran guru dalam pembta didik pelajaran bukan pemindahan
pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus bak
berupa strategi pembelajran, bimbingan dan bantuan ketika peserta megalami
kesulitan belajar, atupun menyediakan media dan materi dalam pembelajaran
menadi bermakna dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengkontribusi
sendiri pengetahuannya.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum
pembelajaran. Jika tiak ditemukan, maka seorang pendidik tidak akan berhasil
menanamkan konsep yang benar. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan
gagasan-gagasan pendidik pada siswa melainkan sebagai proses megubah
konsep-konsep siswa.
Melihat dari permasalahan tersebut, yang melatarbelakangi makalah kami.
Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenernya siswa dalam
mengontruk pengetahuannya sendiri. Sehingga dengan pengetahuan yang
dimilikinya peserta didik bisa lenih memaknai pembelajaran karena
dihubungkan dengan konsep awal yang dimiliki siswa pengalaman yang siswa
peroleh dari lingkungan kehidupan sehari-hari.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, terdapat empat
rumusan masalah. Ketiga rumusan masalah tersebut sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan teori konstruktivisme?
2. Bagaimana teori konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa anak normal
dan ABK?
3. Bagaimana pandangan kritis kelompok mengenai teori konstruktivisme?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, terdapat empat
tujuan pokok pada makalah ini. Keempat tujuan pokok tersebut adakah
sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan pengertian teori konstruktivisme.
2. Untuk menjelaskan teori konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa anak
normal dan ABK.
3. Untuk memaparkan pandangan kritis kelompok mengenai teori
konstruktivisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pada bab pendahuluan dijelaskan tiga hal yaitu: pengertian teori


konstruktivisme, teori konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa anak normal
dan ABK, dan pandangan kritis kelompok mengenai teori konstruktivisme.
Penjelasan dari ketiga hal yaitu:

2.1 Pengertian Teori Konstruktivisme

Konstruksi berarti bersifat membangaunn, dalam konteks filsafat


pendidikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
kontekstual. Teori belajar Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan
teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer
dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam dirinya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri
yang harus memanjat anak tangga tersebut (Budiningsih, 2004:7).

3
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai
upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau
membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan
menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar


menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi
hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan
hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh
melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan
memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau
diingat dalam setiap individu.

Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:

1) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri.

2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan


mencari sendiri pertanyaannya.

3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep


secara lengkap.

4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

5) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan
kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,

4
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988:132).

Jadi, secara umum pengertian dari teori belajar konstrutivisme merupakan


suatu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan
dalam menggali pengetahuan. Teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa
untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal
lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

2.2 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Bahasa Anak Normal dan ABK

Setiap anak pada dasarnya memiliki cara belajar yang berbeda-beda.


Semua anak pasti bisa belajar tergantung metode atau strategi pembelajaran yang
diterapkan pada anak sesuai dengan kebutuhannya, sebagai seorang guru kita
sangat berperan dalam mendukung setiap kegiatan pembelajaran semua anak baik
yang normal atau berkebutuhan khusus tanpa harus membeda bedakan. Adalah
tugas guru untuk mengetahui karakter anak didiknya bias dengan melihat
keseharian nya selama disekolah atau bisa menanyakan kepada orang tua, maka
kita harus menyiapkan strategi ynag sesuai dengan mereka. Bersikap baik dan
posistif serta selalu memberikan semangat juga perlu dilakukan agara kita lebih
mudah beradaptasi dengan mereka.

2.2.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Bahasa untuk ABK


Penerapan teori pembelajaran konstruktivisme pada ABK
bisa saja diterapkan namun kita harus bisa melihat jenis ABK yang
bisa diterapkan pada teori belajar konstruktivisme, penetrapan teori
belajar ini dapat diterapkan pada ABK yang memiliki tingkat
berfikir yang baik bahkan mampu berfikir diatas rata rata anak
normal. Karena pada teori ini menekankan pembanggunann
skemata atau pengetahuan didalam berfikir peserta didik, misalnya
pada ABK yang menderita autis penyakit autis ini merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak

5
tersebut tidak dapat berfungsi selayaknnya otak normal, penderita
autis juga dapat mengalami masalah dalam belajar, komunikasi dan
berbahasa.

Walaupun demikian penderita autis memiliki tingkat


kecerdasan diatas rata rata manusia normal yang disebabkan oleh
gangguan otaknya. Maka dari anak abk jenis ini dia mampu
melakukan hal yang tidak anak diusai normal itu melakukan hal
tersebut contoh : pada film india yang berjudul KOI MIL GAYA
pada film ini ada seorang anak yang berkebutuhan khusus, anak ini
memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai ilmuan anak selalu
ikut kemana saja ayah nya pergi bahakan saat ayah nya membuat
teknologi anak melihat proses nya dan pada akhir nya ayah
meninggal karena kecelakaan anak depresi dan selalu menyakiti
diri nya sendiri bahkan saat di ingatkan oleh ibu nya dia juga
membentak ibu nya, pada saat itu dia masuk keruang labroraturium
ayah nya dia menemukan sebuah buku disitu ada banyak sekali
rumus rumus ayah nya saat membuat teknologi computer lalu dia
mempelajari lambat laun anak ini bisa menciptakan computer yang
bisa melihat masa depan, jadi jika menurut pikiran kritis kelompok
kami teori ini bisa digunakan pada anak ABK Cuma melihat anak
ABK nya dahulu.

2.2.2 Teori Belajar Konstruktivisme pada Pembelajaran Bahasa untuk


Anak Normal
Teori belajar kontruktivisme merupakan teori yang
membentuk skemata seseorang. Pembentukan skemata seseorang
merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi,
akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga
terbentuk suatu pengetahuan secara aktif. Teori belajar
kontruktivisme yang diterapkan pada anak normal menekankan
bahwa sebuah pengetahuan dibentuk oleh peserta didik yang
sedang belajar dan teori kontruktivisme merupakan teori belajar

6
yang menjelaskan bahwa peserta didik mengalami perubahan
konsep secara terus-menerus, sehingga sangat berperan dalam
menjelaskan siswa salah menangkap suatu konsep yang ia pelajari.
‘teori ini juga memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari
cara belajar nya sendiri sehingga siswa lebih bisa atau mudah
memahami pelajaran yang ingin dia ketahui.
2.3 Pandangan Kritis Kelompok mengenai Teori Konstruktivisme

Implikasi teori konstruktivisme terhadap pendidikan/ pembelajaran yaitu


bisa menjadikan pendidikan berjalan dengan baik dan siswa akan mandiri dengan
sendirinya dalam membangun pengetahuannya. Guru hanya membantu dan
menjadi fasilitator saja.

Teori konstruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generative atau


kemampuan untuk menghasilkan sesuatu maksud nya adalah tindakan
menciptakan suatu makna dari pada yang telah di pelajari Beda dengan teori
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat
mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya.

Teori ini mampu juga untuk membiarkan anak belajar dengan caranya
sendiri, sehingga anak akan lebih mudah memahami apa yang ingin dia pahami,
maka dari itu menurut kelompok teori ini sanagt penting dan baik jika di gunakan
dalam kegiatan belajar mengajar sekolah tingkat tinggi namun kembali kerakter
siswa.

Namun jika untuk anak ABK kita harus melihat ciri ABK nya terlebih
dahulu, jika ABK nya mengalami gangguan mental teori ini menurut kelompok
kurang tepat, karena di teori ini guru hanya mendampingi saja tanpa memberi
stimulus, namun jika ABK nya yang memiliki kelebihan mampu berfikir di atas
anak normal maka teori ini bisa digunakan.

7
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Pada 30 Oktober 2019 kelompok kami melakukan pengamatan di Sekolah


Dasar Negeri 1 Pendem Batu. Kebetulan kami diberi kesempatan untuk
mengamati pembelajaran di kelas 2 dengan guru pembimbingnya. Pembelajaran
di SD merupakan pembelajaran berbasis TEMATIK. Artinya tidak ada yang
namanya pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dll. Karena pembelajaran
tersebut menjadi satu buku yaitu TEMATIK. Kebetulan pembelajaran di kelas
yang kami amati waktu itu adalah Menjaga Lingkungan yang Bersih.

Peserta didik kelas 2 di SDN 1 Pendem Batu tersebut merupakan peserta


didik yang cenderung aktif, hanya beberapa yang pasif. Sehingga pembimbing
menggunakan teori kognitif. Akan tetapi pembimbing juga menggunakan teori
behaviorisme. Pada awalnya guru memberikan stimulus yang berupa menjelaskan
bagaimana yang kotor dan akibat dari lingkungan kotor. Pada tahap ini, guru
menerapkan teori behaviorisme.

Gambar 3.1 Gambar 3.2

Selanjutnya, guru memberikan instruksi kepada siswa untuk maju


membacakan contoh dialog di buku paket. Setelah itu beberapa siswa maju dan
membacakan dialog yang sesuai dengan di buku paket. Pada saat membaca
dialog, guru tidak mencontohkan bagaimana cara membacakan dialog. Akan
tetapi, siswa membacakannya dengan kreatifitasnya sendiri. Hal ini pembimbing

8
menggunakan teori kognitif dikarenakan siswa berfikir bagaimana caranya
membaca dialog yang baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembimbing di SDN 1


Pendem Batu tidak menerapkan teori konstruktivisme. Namun,pembimbing
menerapkan teori kognitif dan behaviorisme yang sesuai dengan kondisi peserta
didik di kelas.

Pada 12 november 2019 kelompok kami melakukan pengamatan yang


kedua yaitu di SMP PGRI 1 Karang Ploso. Kebetulan kami diberi kesempatan
untuk mengamati pembelajaran di kelas IX dengan guru pembimbingnya.
Kebetulan pembelajaran yang berlangsung di SMP kelas IX ini adalah mata
pelajaran Bahasa Indonesia yaitu pada materi cerita pendek.

Gambar 3.3

Peserta didik kelas IX di SMP PGRI 1 Karang Ploso tersebut merupakan


peserta didik yang cenderung aktif, hanya beberapa yang cenderung pasif.
Sehingga pembimbing menggunakan teori konstruktivisme. Akan tetapi
pembimbing juga menggunakan teori kognitivisme. Pada awalnya guru
memberikan instruksi untuk siswa mencari apa saja mengenai cerpen. Pencarian
materi tentang cerpen ini tergantung siswa, boleh mencari di buku atau berbagai

9
sumber lainnya. Hal ini, guru menerapkan teori konstruktivisme, dikarenakan
siswa membangun sendiri pengetahuannya atau mencari sendiri tanpa adanya
stimulus dari seorang guru. Akan tetapi di dalam tahap tersebut terdapat teori
kognitivisme juga, karena siswa akan berfikir kritis pada saat mencari materi
mengenai cerpen dari beberapa sumber apabila terdapat perbedaan dalam materi.
Setelah siswa mencari materi tentang cerpen, guru memberikan pertanyaan
mengenai apa saja mengenai cerpen misalnya pengertian cerpen, alur, tokoh dll.
Siswa merespons pertanyaan guru sesuai dengan dengan pemahaman nya dan
pada tahap ini guru akan mengetahui seberapa luasnya pengetahuan yang telah
dibangun oleh siswanya dengan mandiri tersebut.

Pada intinya konstruktivisme ini berkesinambungan dengan kognitivisme


karena di dalam konstruktivisme ada proses berfikir secara kompleks atau kritis
yang mana disebut dengan kognitivisme. Dengan demikian, di SMP PGRI 1
Karang Ploso, guru menerapkan teori konstruktivisme dan menggabungkan
dengan teori lain yaitu teori kognitivisme.

10
BAB IV

PENUTUP

Bab terakhir pada makalah ini menjelaskan dua hal. Kedua hal tersebut
yaitu kesimpulan dan saran. Kedua hal tersebut dijelaskan sebagai berikut :

3.1 Kesimpulan
Konstruksi berarti bersifat membangaunn, dalam konteks filsafat
pendidikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir kontekstual. Teori belajar Konstruktivisme didefinisikan sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang
memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamannya.

Penerapan teori pembelajaran konstruktivisme pada ABK bisa saja


diterapkan namun kita harus bisa melihat jenis ABK yang bisa diterapkan
pada teori belajar konstruktivisme, penetrapan teori belajar ini dapat
diterapkan pada ABK yang memiliki tingkat berfikir yang baik bahkan
mampu berfikir diatas rata rata anak normal. Sedangkan penerapan teori
ini pada pembelajaran anak normal menekankan bahwa sebuah
pengetahuan dibentuk oleh peserta didik yang sedang belajar dan teori
kontruktivisme merupakan teori belajar yang menjelaskan bahwa peserta
didik mengalami perubahan konsep secara terus-menerus, sehingga sangat
berperan dalam menjelaskan siswa salah menangkap suatu konsep yang ia
pelajari.

Implikasi teori konstruktivisme terhadap pendidikan/


pembelajaran yaitu bisa menjadikan pendidikan berjalan dengan baik dan
siswa akan mandiri dengan sendirinya dalam membangun

11
pengetahuannya. Guru hanya membantu dan menjadi fasilitator saja. Teori
ini mampu untuk membiarkan anak belajar dengan caranya sendiri,
sehingga anak akan lebih mudah memahami apa yang ingin dia pahami,
maka dari itu menurut kelompok teori ini sanagt penting dan baik jika di
gunakan dalam kegiatan belajar mengajar sekolah tingkat tinggi namun
kembali kerakter siswa.

3.2 Saran

Makalah ini masih banyak sekali kekurangan, baik dari bahasa yang di
gunakan, pemilihan huruf, kelengkapan isi, dll. Kami berharap kritik dan saran
kepada penulis, agar penulis bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

12
DAFTAR RUJUKAN

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Gintings, Abdorrakhman. 2008. Belajar dan Pembelajaran, Disiapkan untuk
Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Bandung. Humaniora.
Budiningsih, C. Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta. Rineka Cipta
Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar kepada Guru mengembangkan kompetesinya.
Bandung: Tarsito

13

Anda mungkin juga menyukai