Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI KOGNITIVISTIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Perkembangan Peserta
Didik Dan Teori Belajar”

Dosen Pengampu:

Ratna Wahyu Wulandari , M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Laili Nur Istiqomah (21208034)


2. Eka Sabila A Y P (21208036)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul Teori Kognitivitas
sesuai waktu yang di tentukan.
Tujuan pokok makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik Dan Teori Belajar dan tujuan umumnya untuk
memberikan beberapa informasi pengetahuan tentang Teori Kognitivitas bagi para
pembacanya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Ratna sebagai dosen pengampu Perkembangan Peserta Didik Dan Teori Belajar
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
2. Teman-teman kelas Tipa B Fakultas Tarbiyah, khususnya anggota kelompok yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyimpulkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini, oleh karena itu penyusun memohon kepada para pembaca untuk dapat memberikan
tanggapan atau masukan maupun saran yang sifatnya membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi semua pihak khususnya untuk kami semua.

Kediri, 24 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 3

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4

C. TUJUAN MASALAH ...................................................................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK ............................................................................. 5

B. KONSEP PENTINGNYA TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK MENURUT PARA AHLI ........................... 6

C. PENERAPAN TEORI KOGNITIVISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPA ............................... 10

BAB III................................................................................................................................................. 13

PENUTUP............................................................................................................................................ 13

A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori Belajar dan Pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik,
mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai
pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah
kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian
kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-
masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan
beragam kemampuan intelektual. Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan
antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran hanya membimbing
apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut

Sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk


membimbing seseorang bagaimana caranya siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat
sekitarnya. Akan hal itu, perlu adanya penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori
pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan Teori pembelajaran kognitivistik, yang
memandang aktivitas belajar tidak hanya sebagai stimulus dan respon yang otomatis, tetapi
lebih dari itu, aktivitas belajar juga melibatkan aktivitas mental dalam diri individu belajar.
Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah proses mental yang aktif dalam
memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.(Thabroni n.d.)

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi berhubungan
dengan konteks penuh dari situasi itu. Artinya memisahkan atau membagi mata pelajaran
menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan
menghancurkan makna belajar secara keseluruhan.

Kognitif diartikan sebagai kegiatan mengetahui, memperoleh, mengatur dan


menggunakan pengetahuan. Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang melihat individu
sebagai struktur kognitif, peta mental, skemata, atau jaringan konseptual untuk memahami
pengalaman interaksi dan respons mereka terhadap lingkungan.(Nurhadi 2020)

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivistik?
2. Bagaimana konsep pentingnya Teori Kognitivistik menurut: (a) David Ausubel; (b)
Lev Vygotsky; (c) Jerome Brunner; dan (d) Jean Piaget?
3. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivistik dalam Proses Pembelajaran IPA?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian Teori belajar Kognitivistik.
2. Untuk mengetahui konsep pentingnya teori Kognitivistik menurut beberapa tokoh.
3. Untuk mengetahui penerapan teori Kognitivistik dalam proses pembelajaran IPA.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan
“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah
perolahan penataan, penggunaan pengetahuan. Teori belajar kognitivistik/kognitivisme
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme,
lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar
yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa
tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif
dan berbekas.

Adapun ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: 1).
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia; 2). Mementingkan keseluruhan dari pada
bagian-bagian; 3). Mementingkan peranan kognitif; 4). Mementingkan kondisi waktu
sekarang; 5). Mementingkan pembentukan struktur kognitif

5
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya
selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri.
Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang,
orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita,
tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata
yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.(Nurhadi 2020)

B. KONSEP PENTINGNYA TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK MENURUT


PARA AHLI
Teori belajar kognitivistik lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif ini
dikembangkan oleh para ahli seperti: belajar bermakna yang dikemukakan oleh ausubel,
perspektif sosiokultural oleh Vygotsky, pemahaman konsep oleh bruner, dan tahap-tahap
perkembangan oleh J.Piaget.(Nurhadi 2020)
Berikut konsep teori belajar kognitivistik menurut para ahli :
1. David Ausubel
David Ausubel merupakan ahli psikologi pendidikan. Ausubel memberi penekanan
pada belajar bermakna dimana proses belajar terjadi jika siswa mampu mengaitkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif tersebut
meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Tahap-tahap belajar bermakna yang pertama yakni siswa mendapat informasi atau
materi pelajaran baik secara penerimaan informasi maupun penemuan informasi
oleh siswa itu sendiri, yang kedua memahami informasi yang telah didapat, dan
yang ketiga proses mengaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah
ada hal ini terjadi proses belajar bermakna. Ausubel membedakan antara belajar
menemukan dengan belajar menerima. Tipe belajar menurut Ausubel, yaitu :

6
- Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari.
- Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu dipelajari ditemukan
sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
kemudian dihafal, dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
- Belajar menerima yang bermkana yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikatikan degan pengetahuan lain yang
telah dimiliki.

Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermkana menurut Ausubel, yaitu :


- Belajar menerima akan menjadi bermakna jika siswa memiliki strategi belajar
bermakna.
- Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai pengetahuan yang telah
dimiliki siswa.
- Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan
intelektual siswa.(Rahmah 2018)

Kebaikan belajar bermakna menurut Ausubel dan Novak, antara lain : informasi
yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama diingat, informasi yang telah
dipelajari secara bermakna memudahkan proses beajar mengajar berikutnya , dan
informasi yang pernah dilupakan setelah dikuasai masih meninggalkan bekas
sehingga memudahkan proses belajar mengajar selanjutnya walaupun telah
lupa.(Sulianto n.d.)
2. Lev Vygotsky
Sudut pandang Vygotsky terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
diwarnai oleh lingkungan sosial atau budaya, maka pendekatan konstruktivisnya
disebut konstruktivis sosial (social constructivist). Anak mengkonstruk secara aktif
pengetahuannya secara mandiri dalam konteks interaksi dengan orang sekitar.
Vygotsky percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan
kognitif anak. Dengan berbahasa anak dapat berinteraksi dengan orang-orang yang
ada di lingkungan sosialnya. Selain itu anak dapat mengkomunikasikan
permasalahan-permasalahan yang dia hadapi kepada orang lain yang dianggap
memiliki kemampuan untuk membantunya menyelesaikan masalah.(Sutisna n.d.)
Menurut Vygotsky pelajar memiliki dua tingkatan perkembangan, pertama

7
tingkat perkembangan actual dan yang kedua tingkat perkembangan potensial.
Dimana tingkat perkembangan actual terjadi ketika individu mampu menggunakan
kemampuan kognitifnya secara fungsional. Selanjutnya tingkat perkembangan
potensial merupakan tingkatan kognitif yang bisa dicapai anak-anak melalui
bantuan orang dewasa. Vygotsky mengetengahkan suatu wilayah antara
perkembangan actual dan potensial yang disebut zone of proximal (ZPD) yang
dimaknai sebagai zona belajar yang mampu dijangkau anaka-anak, zona actual
terlalu mudah sehingga menyebabkan stagnan kemampuan kognitif anak,
sebaliknya zona potensial terlalu sulit dijangkau siswa meskipun dengan bantuan
orang dewasa, sehingga dampaknya adalah frustasi. Vygotsky menyarankan agar
guru dapat berkolaborasi dengan siswa serta memfasilitasinya untuk membangun
pengetauan dengan diskusi. Pada saat anak terampil mengolah perangkat kognitif
mereka melalui aktivitas-aktivitas sosial, maka kemampuan kognitifnya akan
meningkat. Vygotsky menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan konteksnya. Cara siswa berinteraksi dengan
dunia mereka dapat merubah cara berfikir mereka. Sudah seharusnya sekolah
memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan interaksi. Kemampuan
berkomunikasi an berinteaksi siswa dengan lingkungan sosial merupakan aktivitas
bermakna yang akan mengkonstruk beragam pengetahuan.(Suci 2018)
3. Jerome Brunner
Brunner mengatakan bahwa belajar ditentukan oleh cara seseorang mengolah
informasi. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Menurut Brunner motivasi merupakan kekuatan internal dalam proses
belajar. Belajar adalah tujuan langsung, proses mengalami, dan menemukan
pengetahuan. Brunner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan
kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suau aturan atau kesimpulan tertentu.
Proses belajar dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu : tahap informasi, tahap
transformasi, dan tahap evaluasi. Dimana diawali dari memperoleh informasu untuk
menambah pengetahuan yang telah kita miliki. Kemudian menganalisis berbagai
informasi tersebut dan mengubah kedalam bentuk informasi yang lebih abstrak.
Informasi yang telah kita peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk
memahami dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi.(Nurhadi 2020)
Menurut brunner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar

8
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih ketrampilan-
ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar
memecahkan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode
ilmiah/ berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah serta
rasinal, lugas dan tuntas.
Dalam memandang proses belajar, brunner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebu free
discovery, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-cotoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Brunner membagi perkembangan kognitid seseorang melalui 3
mode representasi, yaitu :
- Mode representasi enaktif, pertumbuhan intelektual ditandai oleh aktifitas atau
tindakan.
- Mode representasi ikonik, anak menggunakan gambaran mental tentang objek
untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk meningkatkan pemahamannya.
- Mode representasi simbolik, anak merumuskan sistem simbolis yang paling
efisien, yakni Bahasa. Bahasa merupakan sarana yang luwes dan adaptif dan
anak menggunakannya untuk memahami dan mengorganisasikan pola-pola
pemikiran.

Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Keuntungan belajar teori brunner ialah menimbulkan rasa ingin
tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya,
menimbulkan ketrampilan memecahkan masalah secara mandiri dan mengharuskan
siswa untuk menganalisis dan memaniulasi informasi.(Buto 2010)
4. Jean Piaget
Perkembangan kognitif merupakan sutau proses genetic, artinya proses yang
didasarkan atas menaknisme biologis dari perkembangan sistem syaraf. Semakin
bertambah umur seseorang, makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin

9
meningkat pula kemampuannya. Sehingga ketika dewasa seseorang akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget membagi
proses belajar ke dalam tiga tahapan, yaitu :
- Asimilasi, proses pengintegrasikan informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada
- Akomodasi, proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang
baru.
- Equilibrasi, proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang
dan menambah ilmunya.

Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian, pengembangan,


pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsep schemata. Sehingga
hasil belajar yang baru tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan belajar
berikutnya.proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam 4 tahap, yaitu : tahap sensorimotor
(anak baru lahir-2 tahun), tahap preoperational (usia 2-8 tahun), tahap perational
konkret (usia 7/8-12/14 tahun), dan tahap operational formal (usia 14 tahun
keatas).(Marinda 2020)

C. PENERAPAN TEORI KOGNITIVISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN


IPA
Secara umum pandangan teori kognitif adalah menyatakan pengertian belajar
merupakan usaha yang focus pada proses membentuk ingatan, menyimpan dan mengolah
informasi, emosi dan hal-hal yang berhubungan dengan intelektualitas sehingga belajar
diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks dan
komperhensif. Teori kognitif berasal dari dua teori, yaitu kognitif dan psikologi. Dalam
konteks kognitifm hal ini menyoal tentang bagaimana manusia mendapatkan pemahaman
terhadap diri dan lingkungannya serta bagaimana manusai berhubungan secara sadar
dengan lingkungannya. Teori kognitif dikembangkan untuk membantu pendidik untuk
memahami peserta didik.(Ni’amah and M 2021)

10
Proses belajar menurut teori kognitivistik melalui tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan equilibrasi. Secara umum teori kognitif menekankan pada struktur kognitif peserta
didik. Dengan memahami struktur kognitif peserta didik, maka materi pelajaran yang
disampaikan pada pelajaran IPA dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Materi IPA disusun secara bertahap dimulai dari yang paling mudah ke kompleks. Metode
pengajaran tidak memfokuskan pada hafalan saja, namun menekankan pada pemahaman
materi yang tengah dipelajari, terutama pada materi yang berisikan rumus-rumus. Dalam
praktiknya terdapat beberapa cara, antara lain : organisasi atau penyusunan misalnya
menyusun materi yang akan dipelajari menjadi kategori yang mudah diingat dan
mempunyai arti; Metode loci, metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat
gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu; Irama, metode mengingat
dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengingat nama-nama senyawa kimia.
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan teori
kognitif antara lain :
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
- Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar
materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta
didik, dan pendidik hanya perlu memantau serta mendampingi ketika peserta didik
mengalami kesulitan.
- Dengan menerapkan teori kognitif maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang
dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat materi yang pernah diberikan.
- Dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkrasikan hal-hal baru
yang belum ada atau menginpvasi hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.

Selain kelebihan teori kognitif juga memiliki kelemahan, antara lain :

- Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang
terjadi disini adalah menganggap semua peserta didik mempunyai kemampuan daya
ingat yang sama.
- Adakalanya teori ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengekplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencari, karena
pada dasarnya peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.

11
- Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.(Nurhadi
2020)

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori belajar ini memiliki pengaruh terhadap kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
Dengan teori belajar kognitif, maka seorang guru dapat melihat perubahan yang terjadi
pada kognitif atau mental seseorang. Oleh sebab itu, tak sedikit para guru yang
menggunakan teori belajar ini.

Teori belajar kognitif yang dikenal oleh banyak orang adalah teori belajar kognitif
Piaget. Namun, ternyata ada beberapa teori belajar kognitif yang berasal selain dari Piaget.
Teori kognitif ini erat hubungannya dengan fungsi kognitif sebagai hasil output dari proses
pendekatan kognitif itu sendiri. Fungsi kognitif memiliki sejumlah dampak baik bagi
murid yang akan bertahan dalam jangka waktu panjang. Teori kognitif dapat
meningkatkan daya ingat anak, kemampuan berbahasa dan sosial, serta kemampuan
mengenali dan merasakan
Fungsi teori kognitif antara lain dapat meningkatkan daya ingat anak, kemampuan
berbahasa dan sosial, serta kemampuan mengenali dan merasakan

13
DAFTAR PUSTAKA

Buto, Zulfikar Ali. 2010. “Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam Nuansa
Pendidikan Modern.” Millah ed(khus):55–69. doi: 10.20885/millah.ed.khus.art3.

Marinda, Leny. 2020. “Kognitif Dan Problematika.” An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan Dan
Keislaman 13(1):116–52.

Ni’amah, Khoirotul, and Hafidzulloh S. M. 2021. “Teori Pembelajaran Kognivistik Dan


Aplikasinya Dalam Pendidikan Islam.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr
10(2):204–17. doi: 10.24090/jimrf.v10i2.4947.

Nurhadi. 2020. “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran.” 2:77–95.

Rahmah, Nur. 2018. “Belajar Bermakna Ausubel.” Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan


Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam 1(1):43–48. doi: 10.24256/jpmipa.v1i1.54.

Suci, Yayu Tresna. 2018. “Menelaah Teori Vygotsky Dan Interdepedensi.” Naturalistic:Jurnal
Kajian Penelitan Pendidikan Dan Pembelajaran 3(1)(Oktober 2018):231–39.

Sulianto, Joko. n.d. “Teori Belajar Kognitif David Ausubel”Belajar Bermakna”, Zoltan P
Dienes ”Belajar Permainan”, Van Heille”Pengajaran Geometri”.”

Sutisna, Icam. n.d. “TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK.”

Thabroni, Gamal. n.d. “Teori Belajar Kognitif.”

14

Anda mungkin juga menyukai