TEORI KOGNITIVISTIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Perkembangan Peserta
Didik Dan Teori Belajar”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul Teori Kognitivitas
sesuai waktu yang di tentukan.
Tujuan pokok makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik Dan Teori Belajar dan tujuan umumnya untuk
memberikan beberapa informasi pengetahuan tentang Teori Kognitivitas bagi para
pembacanya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Ratna sebagai dosen pengampu Perkembangan Peserta Didik Dan Teori Belajar
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
2. Teman-teman kelas Tipa B Fakultas Tarbiyah, khususnya anggota kelompok yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyimpulkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini, oleh karena itu penyusun memohon kepada para pembaca untuk dapat memberikan
tanggapan atau masukan maupun saran yang sifatnya membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi semua pihak khususnya untuk kami semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 3
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
BAB III................................................................................................................................................. 13
PENUTUP............................................................................................................................................ 13
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori Belajar dan Pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik,
mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai
pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah
kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian
kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-
masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan
beragam kemampuan intelektual. Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan
antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran hanya membimbing
apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi berhubungan
dengan konteks penuh dari situasi itu. Artinya memisahkan atau membagi mata pelajaran
menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan
menghancurkan makna belajar secara keseluruhan.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivistik?
2. Bagaimana konsep pentingnya Teori Kognitivistik menurut: (a) David Ausubel; (b)
Lev Vygotsky; (c) Jerome Brunner; dan (d) Jean Piaget?
3. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivistik dalam Proses Pembelajaran IPA?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian Teori belajar Kognitivistik.
2. Untuk mengetahui konsep pentingnya teori Kognitivistik menurut beberapa tokoh.
3. Untuk mengetahui penerapan teori Kognitivistik dalam proses pembelajaran IPA.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif
dan berbekas.
Adapun ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: 1).
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia; 2). Mementingkan keseluruhan dari pada
bagian-bagian; 3). Mementingkan peranan kognitif; 4). Mementingkan kondisi waktu
sekarang; 5). Mementingkan pembentukan struktur kognitif
5
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya
selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri.
Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang,
orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita,
tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata
yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.(Nurhadi 2020)
6
- Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari.
- Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu dipelajari ditemukan
sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
kemudian dihafal, dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
- Belajar menerima yang bermkana yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikatikan degan pengetahuan lain yang
telah dimiliki.
Kebaikan belajar bermakna menurut Ausubel dan Novak, antara lain : informasi
yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama diingat, informasi yang telah
dipelajari secara bermakna memudahkan proses beajar mengajar berikutnya , dan
informasi yang pernah dilupakan setelah dikuasai masih meninggalkan bekas
sehingga memudahkan proses belajar mengajar selanjutnya walaupun telah
lupa.(Sulianto n.d.)
2. Lev Vygotsky
Sudut pandang Vygotsky terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
diwarnai oleh lingkungan sosial atau budaya, maka pendekatan konstruktivisnya
disebut konstruktivis sosial (social constructivist). Anak mengkonstruk secara aktif
pengetahuannya secara mandiri dalam konteks interaksi dengan orang sekitar.
Vygotsky percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan
kognitif anak. Dengan berbahasa anak dapat berinteraksi dengan orang-orang yang
ada di lingkungan sosialnya. Selain itu anak dapat mengkomunikasikan
permasalahan-permasalahan yang dia hadapi kepada orang lain yang dianggap
memiliki kemampuan untuk membantunya menyelesaikan masalah.(Sutisna n.d.)
Menurut Vygotsky pelajar memiliki dua tingkatan perkembangan, pertama
7
tingkat perkembangan actual dan yang kedua tingkat perkembangan potensial.
Dimana tingkat perkembangan actual terjadi ketika individu mampu menggunakan
kemampuan kognitifnya secara fungsional. Selanjutnya tingkat perkembangan
potensial merupakan tingkatan kognitif yang bisa dicapai anak-anak melalui
bantuan orang dewasa. Vygotsky mengetengahkan suatu wilayah antara
perkembangan actual dan potensial yang disebut zone of proximal (ZPD) yang
dimaknai sebagai zona belajar yang mampu dijangkau anaka-anak, zona actual
terlalu mudah sehingga menyebabkan stagnan kemampuan kognitif anak,
sebaliknya zona potensial terlalu sulit dijangkau siswa meskipun dengan bantuan
orang dewasa, sehingga dampaknya adalah frustasi. Vygotsky menyarankan agar
guru dapat berkolaborasi dengan siswa serta memfasilitasinya untuk membangun
pengetauan dengan diskusi. Pada saat anak terampil mengolah perangkat kognitif
mereka melalui aktivitas-aktivitas sosial, maka kemampuan kognitifnya akan
meningkat. Vygotsky menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan konteksnya. Cara siswa berinteraksi dengan
dunia mereka dapat merubah cara berfikir mereka. Sudah seharusnya sekolah
memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan interaksi. Kemampuan
berkomunikasi an berinteaksi siswa dengan lingkungan sosial merupakan aktivitas
bermakna yang akan mengkonstruk beragam pengetahuan.(Suci 2018)
3. Jerome Brunner
Brunner mengatakan bahwa belajar ditentukan oleh cara seseorang mengolah
informasi. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Menurut Brunner motivasi merupakan kekuatan internal dalam proses
belajar. Belajar adalah tujuan langsung, proses mengalami, dan menemukan
pengetahuan. Brunner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan
kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suau aturan atau kesimpulan tertentu.
Proses belajar dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu : tahap informasi, tahap
transformasi, dan tahap evaluasi. Dimana diawali dari memperoleh informasu untuk
menambah pengetahuan yang telah kita miliki. Kemudian menganalisis berbagai
informasi tersebut dan mengubah kedalam bentuk informasi yang lebih abstrak.
Informasi yang telah kita peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk
memahami dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi.(Nurhadi 2020)
Menurut brunner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
8
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih ketrampilan-
ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar
memecahkan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode
ilmiah/ berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah serta
rasinal, lugas dan tuntas.
Dalam memandang proses belajar, brunner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebu free
discovery, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-cotoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Brunner membagi perkembangan kognitid seseorang melalui 3
mode representasi, yaitu :
- Mode representasi enaktif, pertumbuhan intelektual ditandai oleh aktifitas atau
tindakan.
- Mode representasi ikonik, anak menggunakan gambaran mental tentang objek
untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk meningkatkan pemahamannya.
- Mode representasi simbolik, anak merumuskan sistem simbolis yang paling
efisien, yakni Bahasa. Bahasa merupakan sarana yang luwes dan adaptif dan
anak menggunakannya untuk memahami dan mengorganisasikan pola-pola
pemikiran.
Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Keuntungan belajar teori brunner ialah menimbulkan rasa ingin
tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya,
menimbulkan ketrampilan memecahkan masalah secara mandiri dan mengharuskan
siswa untuk menganalisis dan memaniulasi informasi.(Buto 2010)
4. Jean Piaget
Perkembangan kognitif merupakan sutau proses genetic, artinya proses yang
didasarkan atas menaknisme biologis dari perkembangan sistem syaraf. Semakin
bertambah umur seseorang, makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin
9
meningkat pula kemampuannya. Sehingga ketika dewasa seseorang akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget membagi
proses belajar ke dalam tiga tahapan, yaitu :
- Asimilasi, proses pengintegrasikan informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada
- Akomodasi, proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang
baru.
- Equilibrasi, proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang
dan menambah ilmunya.
10
Proses belajar menurut teori kognitivistik melalui tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan equilibrasi. Secara umum teori kognitif menekankan pada struktur kognitif peserta
didik. Dengan memahami struktur kognitif peserta didik, maka materi pelajaran yang
disampaikan pada pelajaran IPA dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Materi IPA disusun secara bertahap dimulai dari yang paling mudah ke kompleks. Metode
pengajaran tidak memfokuskan pada hafalan saja, namun menekankan pada pemahaman
materi yang tengah dipelajari, terutama pada materi yang berisikan rumus-rumus. Dalam
praktiknya terdapat beberapa cara, antara lain : organisasi atau penyusunan misalnya
menyusun materi yang akan dipelajari menjadi kategori yang mudah diingat dan
mempunyai arti; Metode loci, metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat
gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu; Irama, metode mengingat
dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengingat nama-nama senyawa kimia.
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan teori
kognitif antara lain :
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
- Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar
materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta
didik, dan pendidik hanya perlu memantau serta mendampingi ketika peserta didik
mengalami kesulitan.
- Dengan menerapkan teori kognitif maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang
dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat materi yang pernah diberikan.
- Dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkrasikan hal-hal baru
yang belum ada atau menginpvasi hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
- Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang
terjadi disini adalah menganggap semua peserta didik mempunyai kemampuan daya
ingat yang sama.
- Adakalanya teori ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengekplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencari, karena
pada dasarnya peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
11
- Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.(Nurhadi
2020)
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori belajar ini memiliki pengaruh terhadap kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
Dengan teori belajar kognitif, maka seorang guru dapat melihat perubahan yang terjadi
pada kognitif atau mental seseorang. Oleh sebab itu, tak sedikit para guru yang
menggunakan teori belajar ini.
Teori belajar kognitif yang dikenal oleh banyak orang adalah teori belajar kognitif
Piaget. Namun, ternyata ada beberapa teori belajar kognitif yang berasal selain dari Piaget.
Teori kognitif ini erat hubungannya dengan fungsi kognitif sebagai hasil output dari proses
pendekatan kognitif itu sendiri. Fungsi kognitif memiliki sejumlah dampak baik bagi
murid yang akan bertahan dalam jangka waktu panjang. Teori kognitif dapat
meningkatkan daya ingat anak, kemampuan berbahasa dan sosial, serta kemampuan
mengenali dan merasakan
Fungsi teori kognitif antara lain dapat meningkatkan daya ingat anak, kemampuan
berbahasa dan sosial, serta kemampuan mengenali dan merasakan
13
DAFTAR PUSTAKA
Buto, Zulfikar Ali. 2010. “Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam Nuansa
Pendidikan Modern.” Millah ed(khus):55–69. doi: 10.20885/millah.ed.khus.art3.
Marinda, Leny. 2020. “Kognitif Dan Problematika.” An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan Dan
Keislaman 13(1):116–52.
Suci, Yayu Tresna. 2018. “Menelaah Teori Vygotsky Dan Interdepedensi.” Naturalistic:Jurnal
Kajian Penelitan Pendidikan Dan Pembelajaran 3(1)(Oktober 2018):231–39.
Sulianto, Joko. n.d. “Teori Belajar Kognitif David Ausubel”Belajar Bermakna”, Zoltan P
Dienes ”Belajar Permainan”, Van Heille”Pengajaran Geometri”.”
14