Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 8

“TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampu : Dr. Miftahul Fikri., M.Pd

Anggota:

Bestari Campago Amansyah 21023007

Mai Yendri Yuldi Vora 22016125

Dwiko Citra Dewa 22086187

Luthfi Ayunda Andika 22354014

Granda Hanifa 22023015

Rizal Fikri 22087061

Dwigia Mardia Dalpen 22129265

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini membahas tentang, “Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya
dalam pembelajaran” yang merupakan pembahasan dalam mata kuliah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Miftahul Fikri.,
M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa
kami pelajari melalui penelitian dalam makalah ini

Kami berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai pengembangan alenia/paragraf
khususnya bagi penulis. Kami minta maaf jika ada di dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun,
penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah, agar dapat melalukan perbaikan
semoga apa yang anda berikan mendapat balasan dari Allah S.W.T. amin.

Padang, 23 April 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
A. Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif ............................................................................................... 6
B. Prinsip-Prinsip belajar menurut Teori kognitif ............................................................................... 12
C. Penerapan Teori belajar kognitif dan pembelajaran........................................................................ 13
BAB III....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................................................. 16
E. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses
mendidik, yakni proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan
diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Dalam proses
pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang,
misalnya dari suatu hal yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tau menjadi tau. Selama proses
belajar manusia pasti tidak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang
tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran yang diinginkan dapat
tercapai dengan maksimal.
Teori-teori belajar berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajran yang dihasilkan dari
pada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik
agar dapat memahami tentang cara belajar. Dari berbagai jenis teori belajar salah satunya adalah
teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-
bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar
melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
2. Apa prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
3. Bagaimana penerapan teori belajar kognitif dan pembelajaran

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar kognitif.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori belajar kognitif.
3. Untuk mengetahui penerapan teori belajar kognitif dan pembelajaran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif


Belajar dalam pandangan kognitif menurut djali (2011) adalah suatu proses perubahan
dalam struktur mental seseorang yang menciptakan kapasitas (creates the capacity) untuk
memeragakan berbagai perilaku. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa belajar dalam pandangan
kognitif dapat terjadi pada seseorang tanpa selalu diikuti adanya perubahan tingkah laku,
perubahan dalam struktur mental yang meliputi skema berpikir, pengetahuan, dan ekspektasi
namun akan terjadi kelak dengan adanya pengalaman baru. Dalam belajar kognitif melihat
pembelajar sebagai individu yang aktif sebaliknya beharioristik melihat pembelajar sebagai
individu pasif yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya.
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang elah dimiliki seseorang.
Teori-teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan fokus pada perubahan dalam
proses mental dan dalam struktur mental yang terjadi sebagai akibat adanya usaha manusia untuk
memahami dunianya. Teori-teori belajar ini digunakan untuk menjelaskan berbagai hal mulai
dari hal-hal yang sederhana berupa mengingat nomor telepon sampai ke hal-hal yang kompleks
berupa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang sulit.
Menurut Friedman dan Schustack (2006) Kelebihan dari belajar dengan pendekatan
kognisi terhadap kepribadian, meliputi:
(a) dapat menjelaskan kepribadian dengan meneliti proses kognisi manusia;
(b) dapat menangkap asal pikiran manusia;
(c) perbedaan dalam kemampuan kognisi dipandang sebagai inti individualitas;
(d) dapat mempelajari persepsi, kognisi, dan atribusi melalui penelitian empiris.
Sedangkan kekurangan dari belajar dengan pendekatan kognisi terhadap kepribadian,
diantaranya:
6
(a) terkadang mengabaikan aspek ketidaksamaan dan emosionalitas dari kepribadian;
(b) beberapa teori (teori pembelajaran sosial) cenderung terlalu menyederhanakan proses berpikir
yang rumit;
(c) kurang menekankan pengaruh situasi terhadap perilaku.

TEORI PERKEMBANGAN PIAGET


Menurut Piaget, proses belajar akan mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan).
-Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
-Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke situasi baru.
-Proses ekuilibrasi adalah penyasuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika
mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan
yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses
asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi.
Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian
dalam situasi yang baru dan spesifik.
>>Tahap-tahap perkembangan kognitif
A. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
-Melihat dirinya berbeda dengan objek sekitarnya
-Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
-Memperhatikan sesuatu lebih lama
-Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
-Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap lalu ingin mengubah tempatnya.

7
B. Tahap Preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada pengguanaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
preoperasional dan intuitif.
1. Preoperasioal (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya, walaupun masuh sangat sederhana. Maka sering terjadi
kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
a) Self counter nya sangat menonjol.
b) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c)Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.
d) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
e) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak daapt menjelaskan perbedaan
antara deretan.
2. Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutam bagi mereka yang memiliki pengalaman
yang luas. Karakterisitk tahap ini adalah:
a) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
c) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia5 tahun,
kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak
memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan
dengan cara yang berbeda.

C. Tahap Operasional Konkret (umur 7/8 – 11/12 tahun)


Ciri kelompok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah
memiliki kecakapan berfikit logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.

8
Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di
dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam
dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.

D. Tahap Operasional Formal (umur 11/12 – 18 tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe
hipothetico-de-ductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak
sudah dapat:
1) Bekerja secara efektif dan sistematis.
2) Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan
penyebabnya, misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa
kemungkinan.
3) Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2,
dan R misalnya.
4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget
percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun.
Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa
bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal-
operations.

TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER


Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi
perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
a. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu
rangsangan.
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi
secara realis.

9
c. Perkembangan intelektualmeliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau
pada orang lain melalui kata –kata atau lambing tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang
akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan
bagi perkembangan kognitifnya.
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara
manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
f. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif
secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam
berbagai situasi.
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka
Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan
kognitif.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu, enactive, icomic, dan symbolic.
1) Tahap inaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam memahami lingkungan
sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motoric. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2) Tahap ikomik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3) Tahap simboik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan berlogika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui symbol-simbol bahasa, logika, mataematika, dan
sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak symbol. Semakin matang

10
seseorang dalam proses berfikirnya., semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak
berarti ia tidak lagi menggunakan enaktif dan ikomik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannyasistem enaktif dan ikomik dalam
proses belajar.
Menurut Bruner seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui 5
unsur dari konsep itu, meliputi:
1. Nama
2. Contoh baik yang positif maupun negative
3. Karakteristik, baik pokok maupun tidak
4. Rentangan Karakteristik
5. Kaidah

TEORI BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL


a) Struktur kognitif
Merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang
mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.
Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
b) Subsumtive sequence
Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur
hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inclusif, dan abstrak membawahi
pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan
abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan
pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran
dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumtive sequence
menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
c) Advance organizers
Dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di
dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan
kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang

11
dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kogntif siswa. Jika
ditata dengan baik, advanced organizers akanmemudahkan siswa mempelajari materi pelajaran
yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarnya.
d) Skemata
Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel
tersebut, dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang
disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi untuk
mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai tempat
mengaitkan pengetahuan baru. Atau dapat dikatakan bahwa skemata memiliki fungsi ganda,
yaitu:
1) Sebagai skema yang menggambarkan atau merepresentasikan organisasi pengetahuan.
Seseorang yang ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam skemata yang
dimilikinya.
2) Sebagai kerangka atau tempat untuk mengkaitkan atau mencantolkan pengetahuan baru.
Skemata memiliki fungsi asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi untuk
mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam hirarkhi pengetahuan, yang secara progresif
lebih rinci dan spesifik dalam struktur kognitif seseorang. Inilah proses belajar yang paling
dasar yaitu mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam skemata yang tersusun secara
hierarhkis. Struktur kognitif yang dimiliki individu menjadi faktor utama yang mempengaruhi
kebermaknaan dari perolehan pengetahuan baru. Dengan kata lain, skemata yang telah dimiliki
oleh seseorang menjadi penentu utama terhadap pengetahuan apa yang akan dipelajari oleh
orang tersebut. Oleh sebab itu maka diperlukan adanya upaya untuk mengorganisasi isi atau
materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar.

B. Prinsip-Prinsip belajar menurut Teori kognitif


1. Konstruktivisme
Menekankan bahwa siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri
melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
2. Organisasi pengetahuan

12
Memperhatikan bagaimana siswa mengatur informasi baru ke dalam struktur
pengetahuan yang sudah ada di dalam pikiran mereka.
3. Pemrosesan informasi
Mengakui bahwa belajar melibatkan pemrosesan aktif dan manipulasi informasi
oleh siswa.
4. Pemahaman yang dalam
Memperhatikan pentingnya pemahaman yang mendalam dalam belajar, bukan
sekadar menghafal fakta.
5. Transfer Pengetahuan
Mengakui bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dapat diterapkan
ke situasi yang baru dan berbeda
6. Pembelajaran Problem-solving
Menekankan pembelajaran sebagai proses untuk memecahkan masalah dan
menyelesaikan tantangan kognitif.
7. Feedback
Memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa untuk membantu mereka
memperbaiki pemahaman mereka dan meningkatkan kinerja mereka.
Prinsip-prinsip ini mencerminkan pendekatan yang menekankan aktifitas mental siswa,
pemahaman yang mendalam, dan penerapan pengetahuan dalam konteks yang beragam.

C. Penerapan Teori belajar kognitif dan pembelajaran


Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajara yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih
bermakana bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) Siswa bukan sebagai orang deawasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.

13
2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama jika
mendengarkan benda-benda kongrit.
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu meningkatkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si pelajar
5) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pembelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu.
6) Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.
7) Adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Contoh penerapan teori belajar kognitif;
1) Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau laporan
harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
2) Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan
pertanyaan.
3) Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan cara
berpikir kritis.
4) Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki.
5) Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung.
6) Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan permainan
dalam menyampaikan materi.
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
• Kelebihan teori belajar kognitif
Dalam teori Belajar Kognitif, pengetahuan didapatkan dari hasil interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan, yang meliputi perolehan keterampilan dan pengalaman baru.
Menurut Piaget, kedua hal tersebut memungkinkan anak menjadi semakin kritis dalam
berpikir. Selain itu, ada beberapa keutamaan lain dari teori Belajar Kognitif, antara lain:
➢ Pemahaman peserta didik untuk memperoleh informasi baru akan meningkat.

14
➢ Membantu meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam melaksanakan sebuah
tugas.
➢ Meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup. Di tahap pembelajaran selanjutnya,
peserta didik bisa membangun ide-ide dan menerapkan konsep-konsep baru untuk
pengetahuan yang sudah ada.
➢ Peserta didik memiliki bekal keterampilan yang mereka butuhkan untuk belajar secara
efektif. Dengan demikan, peserta didik bisa mengembangkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
➢ Peserta didik memiliki kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru secara lebih cepat
dengan memaksimalkan ingatan.
➢ Penerapannya dapat membantu peserta didik dalam mengkreasikan hal-hal baru atau
menginovasi hal-hal yang sudah ada menjadi lebih baik.

• Kekurangan teori belajar kognitif


➢ Menyemaratakan kapasitas daya ingat peserta didik karena dalam penerapannya lebih
menekankan pada kemampuan memori peserta didik
➢ Cara peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya tidak terlalu diperhatikan
karena pada dasarnya masing-masing dari mereka memiliki cara yang berbeda-beda.
➢ Jika kegiatan belajar mengajar hanya menerapkan metode kognitif, kemungkinan besar
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya tentang materi yang diberikan. Oleh karena
itu, penerapan metode ini bisa digabungkan dengan teori belajar lainnya.

15
BAB III

PENUTUP

E. Kesimpulan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori belajar kognitif memiliki peranan penting
dalam mengubah mental dari peserta didik. Maka dari itu, teori belajar kognitif lebih
mengutamakan proses pembelajaran daripada hasil dari pembelajaran itu sendir. Seorang guru
yang menerapkan teori belajar kognitif selalu percaya bahwa proses belajar bisa mengubah
mental dan cara berpikir yang cukup kompleks. Sederhananya, teori belajar kognitif tidak harus
dilihat dari perubahan tingkah laku peserta didik, tetapi lebih mementingkan yang dimiliki oleh
peserta didikan dalam melihat atau menilai suatu hal.

16
DAFTAR PUSTAKA
Djali. 2011. Psikologi Penddidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung : Yrama Widya.

Baharuddin, Wahyuni. 2010. Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Chaplin, J. P. (1981). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono Trans.). Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. (Original work published 1968)

Darsono, Max, dkk.2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Denim, Sudarwan, Khairil, 2011.psikologi pendidikan, bandung: alfabeta.

Friedman, H. S, & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern.
Jakarta:Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai