Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS TEORI-TEORI BELAJAR MENURUT PANDANGAN

KOGNITIF DAN LANDASAN FILOSOFISNYA

Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu: Drs. Sri Mulyati M.Pd

Oleh Kelompok 3:
Oney Putri Fedika Sari 2252000003
Hegel Bintang Raihan 2252000018
Putri Nur Azahro 2252000025
Anggit Dwi Widiyanto 2252000032
Lathifa Anastasya 2252000037
Wafiq Azizah 2252000039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menganalisis Teori-Teori Belajar menurut
Pandangan Kognitif dan Landasan Filosofisnya” dengan waktu yang tepat. Makalah ini
disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami memohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian materi dalam makalah ini.
Selanjutnya kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

Sukoharjo, Rabu 4 Oktober 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KOGNITIF......................................................................3


B. LANDASAN FILOSOFIS TEORI BELAJAR MENURUT PANDANGAN KOGNITIF.....4
1. TEORI KOGNITIF MENURUT PIAGET......................................................................4
2. TEORI KOGNITIF MENURUT VYGOTSKY...............................................................7
3. TEORI KOGNITIF MENURUT ALBERT BANDURA ...............................................8
4. TEORI KOGNITIF MENURUT JEROME BRUNER....................................................11
5. TEORI KOGNITIF MENURUT DAVID AUSUBEL....................................................12
C. IMPLIKASI PANDANGAN KOGNITIF DALAM PEMEBELAJARAN.............................13
D. METODE PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA TEORI BELAJAR KOGNITIF..14
1. METODE PROBLEM SOLVING.....................................................................................15
2. METODE DISKUSI..........................................................................................................15
3. METODE TUGAS DAN RESITASI................................................................................18
E. IMPLEMENTASI TEORI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN....................................19
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR KOGNITIF.................................21
1. KELEBIHAN TEORI BELAJAR KOGNITIF..................................................................21
2. KEKURANGAN TEORI BELAJAR KOGNITIF............................................................21

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................23

A. SIMPULAN..............................................................................................................................23
B. SARAN.....................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan maksud memperoleh pengetahuan serta untuk
meningkatkan keterampilan yang dimiliki seseorang, kegiatan belajar dapat dilakukan
dimana saja misalnya di perpustakaan, museum, sekolah maupun tempat rekreasi.
Teori belajar membahas dan menjelaskan bagaimana individu belajar dengan maksud
memperoleh pengetahauan, keterampilan, sikap dan nilai dari suatu proses
pembelajaran. Teori-teori belajar dapat digunakan sebagai landasan untuk
menciptakan suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang ingin dicapai oleh seorang
guru khususnya dan oleh masyarakat luas pada umumnya, salah satunya teori belajar
kognitif yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori belajar menurut pandangan kognitif?
2. Apa yang dimaksud landasan filosofis teori belajar menurut pandangan kognitif?
3. Apa yang dimaksud implikasi pandangan kognitif dalam pembelajaran?
4. Apa yang dimaksud metode pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
kognitif?
5. Bagaimana Implementasi teori kognitif dalam pembelajaran?
6. Apa yang dimaksud kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?
C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud
teori belajar menurut pandangan kognitif.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelasksan apa yang dimaksud
landasan filosofis teori belajar menurut pandagan kognitif.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud
implikasi pandangan kognitif dalam pembelajaran.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan mejelaskan apa yang dimaksud
metode pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif.

4
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan implementasi teori
kognitif dalam pembelajaran.
6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud
kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Menurut Pandangan Kognitif


Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Teori
kognitif lebih menekankan bagaiamana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa teori kognitif ini berkaitan tentang bagaiamana seseorang melakukan proses untuk
mendapatkan pengetahuan baru dengan cara berpikir secara rasional. Menurut teori
kognitif, belajar merupakan suatu proses atau aktifitas mental yang terjadi dalam akal
pikiran manusia. Jadi, belajar adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, keterampilan, dan sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses
mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. Teori
belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti
mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.
Menurut pandangan teori kognitif bahwa manusia merupakan makhluk belajar yang aktif
dan selalu ingin tahu serta makhluk sosial. Teori ini menekankan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia, yang proses tersebut
tidak dapat mereka amati. Proses belajar bukan hanya sekedar interaksi antara stimulus
dan respon saja, melainkan melibatkan juga aspek psikologi lain (seperti: mental,emosi
dan persepsi) dalam memproses informasi yang tidak tampak, dalam memberikan respon
terhadap stimulus belajar. Oleh karena itu, faktor inilah (mental, emosi, persepsi dan
lain-lain) yang disebut dengan faktor internal. Menurut psikologi kognitif, belajar
dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu.

B. Landasan Filosofis Teori Belajar Menurut Pandangan Kognitif


1. Teori Kognitif menurut Piaget

6
Pengalaman berbeda dengan melihat yang hanya melibatkan mata, sedangkan
pengamatan melibatkan seluruh indra sehingga menyimpan kesan yang lebih lama dan
membekas. Pengetahuan dalam teori konstruktivistik tidak dapat ditransfer begitu saja
dari guru kepada siswa, tetapi siswa sendiri harus aktif secara mental dalam membangun
struktur pengetahuannya. Oleh karena itu, penting melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran secara nyata, serta dalam usaha meningkatkan kualitas kognitif
siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaran mesti lebih ditujukan pada kegiatan
pemecahan masalah. Perkembangan kognitif menurut Piaget melalui serangkaian proses,
yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium. Skema bukan benda yang dapat
dilihat, tetapi suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran seseorang. Contohnya:
seeorang anak mengenali ayam dari cerita orang tuanya atau melihat ayam secara
langsung, kemudian ia beranggapan bahwa ayam adalah hewan berkaki dua, warna putih
dan bentuknya besar (ayam kalkun). b. Asimilasi adalah proses kognitif dimana
seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema
atau pola yang sudah ada dipikirannya. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema
tetapi hanya mengembangakan skema yang sudah ada. c. Akomodasi adalah perubahan
skema ke dalam situasi yang baru karena skema lama tidak cocok dengan pengalaman
baru. Oleh karena itu, skema lama yang tidak cocok diubah dengan skema baru yaitu
“tidak semua benda padat tenggelam dalam air”. Perubahan yang dimaksud terjadi pada
saat informasi atau pengalaman baru yang diterima sesorang dimodifikasi sedemikian
rupa sehingga sesuai (asimilasi) dengan skema kognitif yang dimiliki sebelumnya.
Apabila asimilasi tidak terjadi karena adanya informasi baru yang tidak bersesuaian,
maka perlu adanya penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru yang
diterima. Menurut Piaget setiap individu pasti akan mengalami tahapan-tahapan
perkembangan kognitif sebagai berikut: a) Tahap Sensorik Motorik (0-2 tahun) Pada
tahap ini anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan
panca indera dan gerakannya. Dalam jangka waktu dua tahun tersebut, anak dapat
memahami sedikit lingkungannya dengan cara melihat. Namun, intelek anak akan
dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari bahwa orang lain terkadang
mempunyai pandangan yang berbeda dengannya. Ciri-ciri anak pada tahap Pra
Operasional: • Sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuan
berpikirnya belum secara logis. • Anak lebih cenderung berpikir subjektif dan tidak
mampu melihat objektivitas pandangan orang lain. • Sukar menerima pandangan orang
lain • Tidak mampu membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa, jumlah, atau

7
volume yang tetap meskipun bentuknya berupbah-ubah. Anak-anak sudah mampu
berpikir secara konkrit dan bisa menguasai sebuah pelajaran yang penting. Pada
umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memahami konsep konservasi (concept of
conservacy) yaitu meskipun benda berubah bentuknya namun masa, jumlah, atau
volumenya adalah tetap. Anak juga mampu melakukan observasi, menilai dan
mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya. Kemampuan berpikir
anak pada tahap ini masih berupa konkrit, mereka belum mampu berpikir abstrak,
sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat
konkrit.
2. Teori Kognitif menurut Vygotsky
Jadi dalam teori ini, bahasa dan orang lain yang terampil memainkan peran
dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa dan Pikiran Menurut Vygotsky, anak-anak
menggunakan bahasa percakapan tidak hanya untuk berkomunikasi sosial, tetapi juga
untuk membantu mereka menyelesaikan tugasnya. Bahasa tidak hanya untuk
komunikasi tetapi juga dapat membantu anak dalam mengerjakan tugasnya. b. Zona
perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) Zona perkembangan
proksimal (ZPD) adalah suatu area dimana anak merasa sulit mengerjakan tugas secara
sendirian, tetapi akan mudah jika dikerjakan dengan bantuan dan bimbingan orang lain
yang lebih dewasa atau lebih terampil. Jadi batas bawah (ZPD) adalah tingkat
keterampilan yang dapat diraih oleh anak yang dilakukan secara mandiri. Batas atas
ZPD adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan
bantuan orang lain seperti guru, orang tua atau teman. Pembelajaran dalam zona ini
mencerminkan konsep pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan kognitif
dengan mengambil keuntungan dari kecakapan mereka.
3. Albert Bandura (teori kognitif sosial melalui belajar pengamatan)
Teori Bandura menyatakan bahwa faktor-faktor sosial dan kognitif serta perilaku
berperan penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif meliputi harapan peserta didik
untuk berhasil, faktor sosial meliputi pengamatan peserta didik terhadap perilaku orang
lain. Bandura mengatakan bahwa ketika peserta didik belajar, peristiwa belajar tersebut
secara kognitif mampu mengubah pengalaman mereka. Teori pembelajaran sosial
terjadi melalui pembelajaran pengamatan (observating learning) , yaitu pembelajaran
yang meliputi perolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan dengan cara mengamati
orang lain. Bandura percaya bahwa ketika anak mengamati perilaku tetapi tidak
membuat respons seperti yang mereka amati, maka anak tersebut sesungguhnya telah

8
mendapatkan respon dalam bentuk kognitif. a. Proses Belajar Observasi Dalam
pembelajaran kognitif sosial melalui pengamatan model, terdapat suatu proses meliputi:
1) Perhatian (sebelum menirukan tindakan model, peserta didik harus mengamati apa
yang dilakukan oleh model). 2) Memori (untuk menirukan tindakan model, peserta
didik harus mengkodekan informasi dan menyimpan dalam memori sehingga mereka
mengingat dan memahami). 4) Motivasi (setelah anak memahami apa yang dilakukan
model, menyimpan informasi dalam memori, dan memproses keterampilan, tetapi tidak
termotivasi untuk melakukan tindakan. Contoh: anak mengembangkan strategi kognitif
untuk berpikir lebih praktis dalam menyelesaikan masalah matematika. Contoh:
perilaku belajar anak telah membuatnya memperoleh nilai bagus, sehingga perilaku
tersebut akan mempengaruhi harapan positif mengenai kemampuan dan kepercayaan
diri (kognisi). Program les tersebut mempengaruhi perilaku belajar anak lebih efektif.
4) Perilaku mempengaruhi lingkungan Contoh: program les yang diselenggarakan
berhasil karena dapat meningkatkan perilaku belajar siswa di kelas. Oleh kerena itu,
sekolah mengadakan program les secara menyeluruh agar semua peserta didik dapat
ikut berpartisipasi. Contoh: harapan positif dari guru dan kepala sekolah terhadap
keberhasilan perilaku belajar peserta didik, membuat sekolah untuk segera melakukan
program les pada pelajaran lain. Contoh : sekolah akan mengadakan les , anak dan
orang tuanya memanfaatkan program ini. Oleh karena itu, program bimbel/les ini
mempengaruhi kognisi anak dan orang tuanya tentang manfaat program tersebut.
Efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan
menciptakan hasil yang positif. Bandura mengatakan bahwa efikasi diri mempunyai
pengaruh yang kuat dalam perilaku (Santrock, 2008). Contoh: peserta didik yang
memiliki efikasi diri rendah kemungkinan tidak akan mencoba belajar untuk
menghadapi ujian karena mereka tidak percaya bahwa belajar itu akan membawa
kebaikan bagi dirinya. 2) Beri penghargaan pada anak→ agar termotivasi untuk
menirukan perilaku model.
C. Implikasi Pandangan Kognitif dalam Pembelajaran
Menurut teori kognitif, belajar dipandang sebagai upaya untuk memperoleh
informasi atau pengetahuan baru melalui proses pengolahan informasi dan akhirnya
informasi tersebut disimpan dalam memori jangka panjang, yang pada suatu ketika
informasi tersebut dapat dipanggil kembali jika diperlukan. Hal berikut yang perlu
diperhatikan guru agar dapat membantu melatih peserta didik mengaktifkan kognisi

9
dengan memahami, mengingat, dan menerapkan informasi dalam praktik. 2. Guru perlu
memberikan suatu stimulus yang relevan dengan materi pembelajaran untuk mengaktifkan
pengetahuan sebelumnya dengan cara sebagai berikut (Suciati, 2001). Cara ini digunakan
untuk mengarahkan peserta didik pada materi yang akan dipelajari dan membantu
mengingat informasi terkait yang dapat membantu menyatukan informasi tersebut (seperti
proses asimilasi). Sama dengan organisator awal, tetapi jika diorganisator awal
menekankan pada cara mengarahkan peserta didik dengan pertanyaan pengait. Analogi
menekankan pada mem- bandingkan konsep atau cerita informasi baru dengan informasi
yang telah dikuasai peserta didik. Dalam menghubungkan informasi baru dengan
informasi yang dikuasai bisa sama atau sedikit berbeda (peserta didik melakukan
modifikasi seperti proses di akomodasi). 5. Guru memotivasi peserta didik agar merasa
bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban.
D. Metode Pembelajaran yang Berpijak pada Teori Belajar Kognitif
Misalnya untuk mencapai tujuan pembelajaran ‘‘Mampu mengaplikasikan prinsip-
prinsip ilmu gizi, ke dalam bentuk pelayanan gizi, tidak mungkin dicapai melalui metode
ceramah dan evaluasi dilakukan melalui tes tulis‘‘.
Metode Problem Solving Metode problem solving (metode pemecahan masalah)
bukan hanya sekadar metode pembelajaran, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,
sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Dalam langkah ini peserta didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-
betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.
Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya
seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
2. Metode Diskusi Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
peserta didik pada suatu permasalahan.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat
suatu keputusan (Killen, 1998).
Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi
dalam proses pembelajaran.
Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi (Arends, 2007): (1) diskusi merupakan
metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antarpeserta didik muncul

10
secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya
memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas
sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu
secara runtas.
a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Ada beberapa kelebihan metode diskusi,
manakala diterapkan dalam kegiatan pembelajaran: 1) Metode diskusi dapat merangsang
peserta didik untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
Di samping itu, diskusi juga bisa melatih peserta didik untuk menghargai pendapat
orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 (dua) atau 3 (tiga) orang
peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara.
b. Jenis-jenis Diskusi Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran (Slavin, 1996), antara lain: 1) Diskusi Kelas Diskusi kelas atau
disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh
seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.
Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru membagi tugas
sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang
menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru, peserta didik, atau ahli tertentu dari luar)
memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit; (3) peserta didik diberi
kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator; (4)
sumber masalah memberi tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh
setiap kelompok kecil.
Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik.
Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah
ditentukan sebelumnya.
4) Diskusi Panel Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan
oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens.
Peserta didik disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
c. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi Agar penggunaan diskusi berhasil dengan
efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Langkah Persiapan Hal-

11
hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya: a) Merumuskan tujuan
yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan
tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
3) Menutup Diskusi Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut: a) Membuat pokok-pokok pembahasan
sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
E. Implementasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa. Hal ini akan sangat
bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang
dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik
mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta
didik untuk memahami arah dan tujuannya. Transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan
yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-
prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian
digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain. Pemberian contoh pada siswa
akan membantu siswa dalam mengamati dan memahami suatu masalah. 4. Pemahaman
tentang hubungan antara bagian-bagian dengan suatu keseluruhan penting bagi peragaan
keterampilan yang efektif. Jadi peserta didik harus mampu memahami tiap-tiap bagian dan
keterkaitannya secara keseluruhan.
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri Dengan teori belajar kognitif siswa
dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima

12
rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan.
Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal
siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya
sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
d. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah Teori belajar
kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta
didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara
peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya.
e. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan
yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan
karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta
didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
d. Jika sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode
pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi teori kognitif dalam pembelajaran merupakan teori yang mementingkan proses
belajar, dari pada hasil belajar, artinya penerapan teori ini memiliki peranan sangat penting dalam
siswa memahami materi.
Teori belajar kognitif memiliki kelebihan dan kekurangan. Sedangkan kekurangan teori
belajar kognitif yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan
khususnya ditingkat lanjut, lebih menekankan pada ingatan masing-masing peserta didik.
B. Saran
Penerapan teori belajar kognitif, perlu diperhatikan bahwa setiap kemampuan dan
daya pikir antara satu dengan yang lain berbeda-beda sehingga sebagai calon pendidik
hendaknya perlu memahami karakter setiap peserta didik agar dapat membagi ilmu secara
seimbang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C.A. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Iswasi. 2019. Pendidikan dan Pembelajaran. Jakarta: CV. Bunda Ratu.

Karwono, H Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada, Depok.

Wisman, Yossita. 2020. “Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran” dalam Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang Vol 11 Nomor 1 halaman: 2012-
2013. FKIP Universitas Palangka Raya.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/06/07/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
kognitif-dan-konstruktivistik-4/

https://www.scribd.com/document/432088734/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
kognitif

15

Anda mungkin juga menyukai