Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Pengembangan Bakat dan Kreativitas

“ Pendekatan behavioristik dalam pengembangan bakat dan kreativitas “

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hj. Mega Iswari, M.Pd

Gaby Arnez, M.PD

Oleh :

Kelompok 2

Albani Arcyta 21003074

Nurul Hanifah Aziz 21003222

PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah pengembangan
bakat dan kreativitas ini yang berjudul “ Pendekatan behavioristik dalam pengembanga bakat
dan kreativitas ” ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam kita kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Makalah ini ditulis sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah Pengembangan Bakat
dan Kreativitas. Dalam penyelesaian tugas ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Ibuk Prof. Dr. Hj Mega Iswari, M. Pd dan Ibuk Gaby Arnez, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengembangan Bakat dan Kreativitas telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah yang kelompok susun ini bisa menjadi sumber dan pedoman untuk
teman-teman dan orang yang membacanya dalam pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan
Bakat & Kreativitas. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sehingga baik penulis maupun pembaca mendapatkan
penambahan wawasan.

Padang, 25 Februari 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................... 3
A. Pengertian pembelajaran .................................................................... 3
B. Latar belakang behaviorisme ............................................................. 5
C. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran ........................................ 7
D. Analisis tentang teori behavioristik ..................................................... 10
E. Pengkondian opran ........................................................................................ 12
F. Prinsip umum aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran ......... 13
G. Aplikasi teori behavioristik dalam pendidikan dan pembelajaran ..... 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John
B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan
unsur subyek tunggal psikologi.Behaviorsime merupakan aliran revolusioner, kuat
dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam, behaviorisme
lahirr sebagai reaksi terhadap instrospeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).

Teori belajar behavioristik adalah salah satu teori belajar, teori


ini berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respons (Uno, 2006). Atau dengan kata
lain, belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respons. Oleh karena itu teori belajar behavioristik sangat
penting untuk dipahami oleh seorang pendidik.

Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pendidik mengenai teori


belajar behavioristik maka seorang pendidik dapat mengetahui bagaimana peserta
didik belajar, serta bentuk dan jenis belajar. Dengan mengetahui cara peserta
didik belajar maka pendidik dapat memilih cara yang lebih efektif untuk membantu
memberikan kemudahan, mempercepat, dan memperluas proses belajar
peserta didik.

1
2

B. Rumusan masalah

1. Pengertian pembelajaran ?
2. Bagaimanakah latar belakang behaviorisme ?
3. Bagaimanakah pendekatan behavioral untuk pembelajaran ?
4. Bagaimana analisis tentang teori behavioristik?
5. Bagaimanakah pengkondisian operan ?
6. Apa prinsip umum aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran ?
7. Bagaimana aplikasi teori behavioristik dalam pendidikan dan
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang apa itu pembelajaran
2. Dapat mengetahui bagaimana latar belakang behaviorisme
3. Dapat mengetahui pendekatan behavioral untuk pembelajaran
4. Dapat mengetahui analisis dari teori behavioristic
5. Dapat mengetahui apa itu pengkondiasian operan
6. Dapat mengtahui apa itu prinsip umum aplikasi teori behavioristik
dalam pembelajaran
8. Dapat mengetahui bagaimana aplikasi teori behavioristik dalam
pendidikan dan pembelajaran
BAB II
ISI
A. Pengertian pembelajaran

Proses belajar atau pembelajaran adalah focus utama dalam psikologi


pendidikan. Ketika orang ditanya apa fungsi sekolah itu, maka biasanya
akan menjawab, “membantu murid untuk belajar.”

1. Apa yang disebut belajar dan yang bukan

Saat anak belajar cara menggunakan computer, mereka mungkin


melakukan kesalahan dalam proses belajarnya namun pada titik tertentu
mereka akan terbiasa melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk
menggunakan computer secara efektif. Anak akan berubah dari seseorang
yang tidak bias mengoperasikannya. Setelah mereka mempelajari cara
menggunakan computer, mereka tidak akan kehilangan keahlian itu. Hal ini
mirip dengan belajar menyetir mobil. Setelah bisa menguasainya, tidak
harus belajar lagi. Jadi pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai
pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir,
yang diperoleh melalui pengalaman.

Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita
mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan itu ada sejak lahir, tidak
dipelajari. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makanan,
berteriak, atau berkedip saat silau. Tetapi, kebanyakan perilaku manusia
tidak diwariskan begitu saja. Saat anak menggunakan computer dengan
cara baru, bekerja lebih keras memecahkan masalah, mengajukan
pertanyaan secara lebih baik, menjelaskan jawaban dengan cara yang logis,
atau mendengar dengan lebih perhatian, maka berarti dia sedang menjalani
proses belajar.
Cakupan pembelajaran itu luas, pembelajaran melibatkan perilaku
akademik dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di
mana saja seputar dunia anak.

3
4

2. Pendekatan untuk pembelajaran

Telah ada pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, di


antaranya pendekatan kognitif dan behavioral. Behavioral pendekatan
pembelajaran yang kita diskusikan pada bagian pertama bab ini
dinamakan behavioral. Behaviorisme adalah pandangan yang
menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang
diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris,
perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara
langsung: anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid
mengganggu murid lain, dan sebagainya.

Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran,


perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang
lain. Meskipun kita tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara
langsung, semua itu adalah sesuatu yang riil. Proses mental antara lain
pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan senang guru
terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya.
Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang
teapt untuk ilmu perilakusebab semuanya ini tidak bisa diobservasi secara
langsung.

Pengkondisian klasik dan operan, yang merupakan dua pandangan


behavioral yang akan segera kita diskusikan,menganut pandangan ini.
Kedua pandangan ini menekan pembejaran asosiatif (associative learning),
yang terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait.
5

Misalnya, pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid


mengasosiasikan atau memngaitkan kejadian yang menyenangkan dengan
pembelajaran sesuatudi sekolah, seperti guru tersenyum saat murid
mengajukan pertanyaan yang bagus. Diskusi dianalisis perilaku terapan
juga mencerminkan pandangan behavioral yang focus pada perilaku yang
dapat diamati dan pembelajaran asosiatif.

Kognitif. Psikologi semakin cenderung ke pandangan kognitif


selama decade terakhir abad ke-20 dan penekanan kognitif ini terus
berlanjut sampai sekarang. Penekanan kognitif menjadibasis bagi banyak
pendekatan untuk pembelajaran. Dalam buku ini kita akan mendiskusikan
empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran:kognitif sosial;
pemrosesan indormasi kognitif; konstruktivis kognitif; dan konstruktivis
sosial.

Pendekatan kognitif sosial, yang menekankan bagaimana faktor


perilaku, lingkungan,dan orang (kognitif) saling berinteraksi memengaruhi
proses pembelajaran. Pendekatan kedua, pemrosesan informasi,
menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi malalui
perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya. Pendekata
ketiga, konstruktivis kognitif, menekankan konstruksi kognitif terhadap
pengetahuan dan pemahaman. Pendekatan keempat, konstruktivis social,
focus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan
dan pemahaman.
B. Latar belakang behaviorisme

1. Refkelsologi Rusia dan dominasinya di Uni Soviet

Para peneliti Rusia tersebut adalah fisiolog, bukan psikolog, dan


reduksi proses-proses psikologis menjadi mekanisme fisiolog menjadi ciri
penelitian mereka.Mereka bukan filsuf yang berusaha mengartikulasi ilmu
pengetahuan baru psikologi.
6

Namun, mereka ingin memperluas pengetahuan fisiologi yang sudah


ada untuk mencakup proses-proses yang selama ini dianggap
psikologis.Sesuai dengan hal itu, mereka tidak banyak
memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan baru psikologi.Tradisi ini
berlanjut hingga kini di Rusia dan Eropa Timur, di mana penelitian-
penelitian terhadap proses-proses seperti pembelajaran, pengindraan, dan
persepsi sering kali dimasukkan dalam studi neurobiology daripada dalam
psikologi.

Pada tahun 1863, Sechenov memublikasikan Reflexes of the Brain,


berisi hipotesisnya bahwa semua aktivitas, termasuk proses-proses
yang tampak rumitseperti berpikir dan bahasa, dapat direduksi menjadi
reflex- refleks. Lebih jauh, ia menekankan peran mediasional
perangsangan dan penghambatan korteks serebral sebagai pusat tindakan-
tindakan refleks. Sechenov yakin bahwa sebab semua aktivitas intelektual,
serta aktivitas motoric, melibatkan stimulasi eksternal.

Dengan demikian, seluruh perbendaharaan perilaku merupakan hasil


respons terhadap stimuli lingkungan, yang dimediasi ditingkat
kortikal.Dalam sebuah makalah yang di publikasikan pada tahun 1870,
Schenov menolak pandangan-pandangan psikologi di masa itu dan
menyebutnya sebagai sekumpulan konsep yang tidak diperlukan yang
mencerminkan terjadinya pengabaian terhadap fisiologi. Dengan penelitian
lebih lanjut, Schenov berpendapat, konstruk psikologi akan hilang, setelah
direduksi menjadi penjelasan fisiologis sebagaimana seharusnya. Pada
tahun 1910, Bekhterev memublikasikan karyanya Objective

Psychology, yang menyarankan untuk menghapus konsep-konsep


Mentalistik dalam deskripsi peristiwa-peristiwa psikologis.Meskipun

7
Bekhterev melakukan beberapa eksperimen inovativ tentang
hukuman, kontribusi utamanya adalah tulisan-tulisannya yang ekstensif,
yang memberikan pengetahuan lebih luas dan penerimaan refleksology pada
perilakuabnormal yang dilakukannya menunjukkan manfaat psikologi
objektif.
Bekhterev adalah sejawat sekaligus sering menjadi saingan Pavlov.
Karena mengenal psikologi Wundt, ia lebih sensitive terhadap isu-isu
yang menjadi pemikiran para psikolog daripada Pavlov. Sesuai
dengan itu, tulisan-tulisannya secara umum tentang refleksologi lebih
cepat diterima oleh psikolog daripada karya-Pavlov yang lebih sistematis.

C. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran

Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak


membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku, pendekatan behavioris
pertama yang akan kita bahas adalah pengkondisian klasik. Pada awal 1900-
an, psikolog Rusia Ivan Pavlov tertarik pada cara tumbuh mencerna
makanan. Dalam eksperimennya, dia secara rutin meletakkan bubur
daging di depan mulut anjing, yang menyebabkan anjing mengeluarkan air
liur. Anjing itu berliur saat merespons sejumlah stimuli yang diasosiakan
dengan makanan, seperti ketika ia melihat piring makanan, orang yang
membawa makanan, dan suara pintu tertutup saat makanna tiba. Pavlov
menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan
ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal
sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning).

8
Pengkondisian Klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu
organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam
pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang)
diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan
menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama. Untuk
memahami teori pengkondisian klasik Pavlov (1927) kita harus memahami
dua tipe stimuli dan dua tipe respons:unconditioned stimulus (US),
unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), dan conditioned
response (CR).

Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara


otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih
dahulu.Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US.Unconditioned
Response (UR) adalah respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis
dihasilkan oleh US.Dalam eksperiman Pavlov, air liur anjing yang
merespons makanan adalah UR. Sebuah conditioned stimulus (CS) adalah
stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned
response setelah diasosiasikan dengan US. Di antara stimuli yang
terkondisikan dalam eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan
suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan, sepeeti suara pintu
tertutup sebelum makanan ditempatkan di piring anjing.Conditioned
response (CR) adalah respons yang dipelajari, yakni respons terhadap
stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.

Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negative dan


positif dalam diri anak di kelas.Di antara hal-hal di sekolah anak yang
menghasilkan kesenangan karena telah dikondisikan secara klasik adalah
lagu favorit, perasaan bahwa kelasadalah tempat yang aman dan
menyenangkan, dan kehangatan dan perhatian guru.

9
Misalnya, lagu bisa jadi merupakan hal netral bagi murid sebelum murid
bergabung dengan murid lain untuk menyanyikannya dengan diiringi oleh
perasaan yang positif. Anak-anak akan merasa takut di kelas jika mereka
mengasosiasikan kelas dengan teguran, dan karenanya teguran atau kritik
menjadi CS untuk rasa takut. Pengkondisian klasik juga dapat terjadi dalam
kecemasan menghadapi ujian. Misalnya, anak gagal dalam ujian dan
ditegur, dan ini menghasilkan kegelisahan; setelah itu, anak
mengasosiasikan ujian dengan kecemasan, sehingga menjadi CS untuk
kecemasan.
Beberapa problem kesehatan anak mungkin juga mengandung
pengkondisian klasik.Keluhan fisik tertentu asma, sakit kepala, borok,
tekanan darah tinggi, mungkin berhubungan dengan pengkondisian
klasik.Kita biasanya mengatakan bahwa problem kesehatan itu disebabkan
oleh stress. Tetapi, sering kali yang terjadi adalah bahwa stimuli tertentu,
seperti teguran keras dari orang tua atau guru, merupakan conditioned
stimuli untuk respons psikologis. Dari waktu ke waktu, frekuensi respons
psikologis bisa menghasilkan respons problem kesehatan.Teguran guru
yang terus menerus terhadap murid bisa menyebabkan murid sakit kepala,
otot kaku, dan sebagainya.Segala sesuatu yang diasosiaskan dengan guru,
seperti latihan soal di kelas dan pekerjaan rumah, mungkin memicu stress
anak dan karenanya menimbulkan bisul atau respons fisiologis lainnya.
Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan. Dalam mempelajari
respons anjing terhadap berbagai stimuli, Pavlov membunyikan bel
sebelum memberi bubur daging kepada anjing. Dipadukan dengan US
(daging), bel itu menjadi CS dan membuat anjing mengeluarkan air liur.
Setelah beberapa waktu, Pavlov menemukan bahwa anjing itu juga
merespons suara lain, seperti peluit. Semakin mirip suara itu dengan suara
bel, semakin kuat respons si anjing.

10
Generalisasi dalam pengkondisian klasik asli untuk menghasilkan
respons yang sama. Misalkan murid dimarahi karena ujan biologinya buruk.
Saat murid itu mulai bersiap untuk ujian kimia., dia juga menjadi gugup
karena dua mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi, murid itu
menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya.
Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika
organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespons stimuli
lainnya.Untuk menghasilkan diskriminasi, Pavlov memberi makan anjing
setelah bel berbunyi dan tidak memberi makan setelah membunyikan suara
lainnya.Akibatnya, anjing itu hanya merespons suara bel. Dalam kasus
murid yang ikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian
pelajaran bahasa inggris atau sejarah karena dua mata pelajaran itu jauh
berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi.

D. Analisis tentang teori behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses


perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang
masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan
kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu.Kemudian, bagian-bagian
tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek
(Paul, 1991).

11
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang
paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus- respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner. Prinsip-prinsip teori
behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley &
Davies, 1978 dalam Toeti, 1997).

Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut


berpartisipasi secara aktif didalamnya. Materi pelajaran dibentuk dalam
bentuk unit- unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si
belajar mudah mempelajarinya.Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik
secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons
yang diberikan telah benar atau belum.Setiap kali si belajar memberikan
respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif
ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik dari pada penguatan
negative.
Teori behavioristik banyak dikritik karena tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-
hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah
menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan
respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya
variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman
penguatan yang sama. Pandangan tidak dapat menjelaskan mengapa
dua anak mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, dalam
memilih tugas berbeda tingkat kesulitannya.
12

Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan


respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati
tersebut.Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa
perubahan tingkah laku yang bisa diamati, juga dianggap terlalu
menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya.Tidak semua hasil
belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalam tempo seketika. Teori
ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks.

E. Pengkondisian operan

Pengkondisian operan (juga dinamakan pengkondisian instrumental)


adalah sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan
diulangi arsitek utama dari pengkondisian operan adalah B.G. Skinner,

yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L. Thorndike. Hokum


Efek Thorndike. Pada saat yang hampir sama dengan dilakukannya
sebuah eksperimen pengkondisian klasik anjing Ivan Pavlov, E.L. Thorndike
(1906) sedang mempelajari kucing dalam kotak. Thorndike menempatkan
kucing yang lapar dalam sebuah kotak dan meletakkan ikan di luar kotak.
Untuk bisa keluar dari kotak, kucing itu harus mengetahui cara membuka
palang di dalam kotak tersebut.

Pertama-tama kucing itu melakukan beberapa respons yang tidak


efektif. Dia mencakar atau menggigit palang. Akhirnya, kucing itu secara

tidak sengaja menginjak pijakan yang membuka palang pintu. Saat


kucing dikembalikan ke kotak, dia melakukan aktivitas acak sampai dia
menginjak pijakan itu sampai sekali lagi. Pada percobaan berikutnya,

kucing itu semakin sedikit melakukan gerakan acak, sampai dia akhirnya
bisa langsung menginjak pijakan itu untuk membuka pintu.

13
Hukum efek (law effect) Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang

diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti
hasil negative akan diperlemah. Pengkondisian Operan Skinner.
Pengkondisian operan, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari
behaviorisme Skinner (1938).

F. Prinsip umum aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara


stimulus(S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti
yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru
banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan
cara ini siswa akan merespon secara positif apa lagi jika diikuti dengan
adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap
respons yang telah ditunjukkan).

Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh
behavioristik terhadapbinatang, maka dalam konteks pembelajaran ada
beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997:
23), beberapa prinsip tersebut adalah:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah
perubahantingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika
yangbersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar
adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati.
Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena
tidak dapat diamati.

14

3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya


respons,merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan
semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun egative)
ditambah.
G. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pendidikan dan Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap


arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri
kuat yang mendasarinya yaitu mementingkan pengaruh lingkungan,
mementingkan bagian-bagian, mementingkan peranan reaksi,
mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respon, mementingkan peranan kemampuan yang sudah
terbentuk sebelumnya, mementingkan pembentukan kebiasaan
melalui latihandan pengulangan, hasil belajar yang dicapai adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah.

15

Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar


adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar
atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis
dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid. Sebagai konsekuensi teori ini, para
guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran
yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru
tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang
kompleks.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap
sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan
kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Santrok,W. John. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Brennan, F. James. Sejarah dan Sistem Psikologi Edisi Ke Enam. Jakarta: Raja

Grafindo Persada http://guraru.org/guru-berbagi/aplikasi-teori-behavioristik-dalam


pendidikan-dan-pembelajaran
18

Anda mungkin juga menyukai