Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGEMBANGAN BAKAT DAN KREATIFITAS BAGI ABK

“ Pendekatan Behavioristik Dalam Pengembangan Bakat Dan Kreativitas”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd.
Gaby Arnez, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Arselya Amanda Jeska (22003008)
2. Sri Ulandari (22003061)
3. Reni Arum Sekar Wijaya (22003137)
4. Wahdina Rahma Annisa (22003221)
5. Khadisra Handayani (22003234)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Pengembangan Bakat dan Kreativitas” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Mega Iswari,
M.Pd., dan Gaby Arnez, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dan
memberikan tugas ini.
Pada kesempatan kali ini kami menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak pihak
yang membantu dalam penyusunan makalah ini dan telah memberikan motivasi untuk
pembuatan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Karena itu
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Pengembangan Bakat dan
Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Padang, 28 Februari 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... II
DAFTAR ISI..................................................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Konsep dasar pendekatan behavioristik dalam mengembangkan bakat
dan kreativitas ....................................................................................................... 3
B. Tujuan Pendekatan Behavioristik ......................................................................... 5
C. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Behavioristik .......................................... 5
D. Teori belajar behavioristic .................................................................................... 7
E. Implikasi dan penerapan pendekatan behavioristic dalam mengembangakat
bakat dan kreativitas ............................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus tidak terkecuali memiliki
berbagai potensi bawaan seperti bakat, minat, kreatifitas dan kemampuan lain yang ada
pada dalam diri mereka. Melalui wadah pendidikan berbagai potensi bawaan seperti
bakat, minat dan kemampuan lain yang ada pada diri mereka bisa mulai dikembangkan
agar bisa terlihat dan menjadi pegangan mereka dalam menjalani kehidupan setelah
sekolah. Pendekatan behavioristik dalam pengembangan bakat dan kreativitas
menekankan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan
respon. Teori ini menekankan kontrol belajar dari luar siswa, dengan penerapan metode
yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dalam konteks pengembangan
kreativitas, pendekatan behavioristik memandang kreativitas sebagai perilaku yang dapat
dibentuk melalui pengulangan, latihan, dan stimulus eksternal.
Dalam konteks pengembangan kreativitas siswa, model bimbingan belajar
behavioristik telah terbukti efektif dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa. Guru
perlu memperhatikan potensi siswa, menghargai kreativitas anak, bersikap terbuka
terhadap gagasan baru, serta mengakui perbedaan individual untuk mendukung
pengembangan kreativitas siswa.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa konsep dasar pendekatan behavioristik dalam mengembangkan bakat dan
kreativitas ?
2. Bagaimana implikasi dan penerapan pendekatan behavioristic dalam
mengembangakat bakat dan kreativitas ?
3. Apa itu teori belajar behavioristic ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan behavioristic ?
5. Bagaimana tujuan dari pendekatan behavioristic ?

1
C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui konsep dasar pendekatan behavioristik dalam mengembangkan
bakat dan kreativitas
2. Untuk mengetahui implikasi dan penerapan pendekatan behavioristic dalam
mengembangakat bakat dan kreativitas
3. Untuk mengetahui teori belajar behavioristik
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendekatan behavioristic
5. Untuk mengetahui tujuan dari pendekatan behavioristic

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. konsep dasar pendekatan behavioristik dalam mengembangkan bakat dan kreativitas


1. Pendekatan behavioristik.
Pendekatan behavioristik merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan
dalam pengembangan bakat dan kreativitas anak. Teori belajar behavioristik menekankan
perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran. Berikut adalah
beberapa poin penting terkait dengan pendekatan behavioristik dalam konteks
pengembangan bakat dan kreativitas. Umumnya behaviorisme adalah teori pembelajaran
yang menumpukan kajian tentang tingkah laku nyata yang boleh diperhatikan dan diukur
(Othman Mohamad, 2000). Ia dilihat satu gerak balas terhadap rangsangan yang boleh
dilihat secara kuantitatif. Pendekatan ini juga disebut sebagai rangsangan gerak atau
psikologi R-G (ringkasan) Contohnya apabila pelajar ketika diarah oleh guru. Berdiri
adalah gerak balas, rangsangan daripada arahan guru. Ahli psikologi dalam
perkembangan behaviorisme adalah Pavlov, I, Watson, J.B., Thorndike, E., Skinner, B.F.
Konsep yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon ini merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner. Kemudian teori ini dikembang lagi oleh beberapa tokoh psikologi diantaranya,
Ivan Pavlov, Skinner, dan Watson, hingga berkembang menjadi aliran psikologi yang
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Dalam pandangan behaviorisme ini, penulis mengangkat dua tokoh yang sangat
berpengaruh dengan teori mereka yaitu, teori operant conditioning dari B. F. Skinner,
pengkondisian klasikal dari Pavlov.

3
a. Teori Operant Conditioning dari B.F.Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu
mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia
mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan
konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang
kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah
laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara
stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan
dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons
tersebut.
b. Teori Pavlov Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)
Perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-
eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari
perilakunya.
2. Perkembangan.
a. Konsep Pengembangan
Perkembangan boleh didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang
tersusun dan teratur. Semua perubahan dalam perkembangan ini akan membantu
individu dalam proses menccapai kematangan. Perkembangan merupakan perubahan
kualitatif yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Perubahan menunjukkan sifat
yang berbeza daripada tahap perkembangan yang terdahulu.
Menurut Crow dan Crow, perkembangan merupakan perubahan secara
kualitatif serta cenderung ke arah lebih baik dari segi pemikiran, rohani, moral dan
sosial. Manakala menurut Karl E. Garrison, perkembangan adalah dihasilkan daripada
tindakan yang saling berkaitan di antara perkembangan jasmani dan pembelajaran.
Sementara D.S Wright dan Ann Taylor mentakrifkan perkembangan sebagai

4
perubahan yang berlaku dalam warisan hayat (baka) dan organisasi kepada struktur
organisma dalam keadaan saling berkait serta berhubng dengan pertambahan umur.
b. Ciri-ciri perkembangan.
Antara ciri-ciri perkembangan ialah:
a) Secara umumnya perkembangan berlaku secara berperingkat-peringkat iaitu
bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua.
b) Semua kanak-kanak mengikut perkembangan yang sama tetapi dalam kadar
yang berlainan.
c) Proses perkembangan bersifat berterusan iaitu sepanjang hayat seseorang
individu itu.
d) Perkembangan merupakan satu proses perubahan yang berlaku akibat
tindakan yang saling berkait di antara perkembangan jasmani dan
pembelajaran.
e) Perkembangan dipengaruhi faktor baka dan persekitaran. Baka menentukan
had perkembangan manakala persekitaran akan menolong perkembangan.
B. Tujuan Pendekatan Behavioristik.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak .Dengan pendekatan behavioristik, pengembangan
bakat dan kreativitas anak dapat difokuskan pada perubahan perilaku yang diinginkan
melalui penguatan positif, penghargaan negatif, dan evaluasi berdasarkan perilaku yang
tampak.
C. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Behavioristik
1. Kelebihan Teori Behavioristik:
a. Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
belajar.
b. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang
bersangkutan.

5
c. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan
positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang
didasari pada prilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya.
Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi
dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih
optimal.
e. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu
menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya
sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya
tahan.
h. Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
2. Kekurangan Teori Behavioristik:
a. Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap.
b. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.

6
f. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga
inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak
bisa diselesaikan oleh siswa.
g. Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
h. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cenceredlearning) bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
i. Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai
center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan
apa yang harus dipelajari murid..
D. Teori belajar behavioristic.
1. Pengertian teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan
perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan
tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini
berorientasi pada perilaku yang lebih baik . Teori belajar behavioristik menjelaskan
belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori Behavioristik mementingkan
faktor lingkungan, menekankan pada faktor bagian, menekankan pada tingkah laku
yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif, sifatnya mekanis dan
mementingkan masa lalu.
Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran di aplikasikan dari beberapa
hal seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Pembelajaran

7
yang berpedoman pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah
objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah tersusun dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. “Siswa di harapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.”
Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku.
Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha
giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut
belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar.
Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
2. Prinsip Teori Belajar Behavioristik:
a. Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka
dikatakan sudah belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa
perubahan perilaku tidak dianggap belajar menurut teori ini.
b. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon.
c. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta
maaf.
d. Menganggap latihan itu penting.
E. Implikasi dan penerapan pendekatan behavioristic dalam mengembangakat bakat dan
kreativitas.
Dalam dunia pendidikan, terdapat berbagai metode dalam proses pembelajaran
guna mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimulai
dari pembentukan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita yang
harus dibentuk oleh pendidik (guru) dan masyarakat. Guru sebagai pendidik bertugas
memperkuat motivasi belajar pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat
motivasi belajar sepanjang hayat.
Langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori behaviorisme
dalam proses pembelajaran adalah

8
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2. Melakukan analisis pembelajaran.
3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll).
6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu).
7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan
sejenisnya).
8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar.
9. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif, serta
10. Merevisi kegiatan pembelajaran.
Prinsip Aplikasi Teori Behavirostik Dalam Pembelajaran Teori behaviorisme
yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum
dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih Keberhasilan belajar.
Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara
ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang
berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan).
Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap
binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus
diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya
stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa
yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat
diamati.
Pendekatan behavioristik dapat diaplikasikan dalam pengembangan bakat
dengan menggunakan reinforcement (penguatan) untuk memperkuat perilaku yang
diinginkan dan hukuman untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Berikut
adalah beberapa contoh penerapan pendekatan behavioristik dalam pengembangan bakat:

9
1. Memberikan penguatan positif: Penguatan positif dapat diberikan ketika
anak berhasil melakukan suatu tindakan atau mencapai suatu prestasi
dalam pengembangan bakatnya. Penguatan positif dapat berupa pujian,
hadiah, atau pengakuan atas prestasi yang telah dicapai.
2. Memberikan hukuman: Hukuman dapat diberikan ketika anak melakukan
perilaku yang tidak diinginkan dalam pengembangan bakatnya. Hukuman
dapat berupa penarikan hak istimewa atau kegiatan yang diinginkan, atau
memberikan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
3. Menggunakan shaping: Shaping adalah teknik yang digunakan untuk
membentuk perilaku baru dengan memberikan penguatan secara bertahap.
Misalnya, jika anak ingin belajar bermain piano, maka guru atau orang tua
dapat memberikan penguatan ketika anak berhasil memainkan satu nada,
kemudian dua nada, dan seterusnya.
4. Menggunakan chaining: Chaining adalah teknik yang digunakan untuk
mengajarkan suatu keterampilan dengan memecahnya menjadi beberapa
langkah yang lebih kecil. Misalnya, jika anak ingin belajar menari, maka
guru atau orang tua dapat memecah gerakan-gerakan tari menjadi beberapa
langkah yang lebih kecil dan memberikan penguatan ketika anak berhasil
melakukan setiap langkah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Pendekatan behavioristik dalam pengembangan bakat dan kreativitas menekankan
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini
menekankan kontrol belajar dari luar siswa, dengan penerapan metode yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dalam konteks pengembangan kreativitas,
pendekatan behavioristik memandang kreativitas sebagai perilaku yang dapat dibentuk
melalui pengulangan, latihan, dan stimulus eksternal
Penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran melibatkan langkah-langkah
seperti mengidentifikasi tujuan pembelajaran, menganalisis pembelajaran,
mengidentifikasi karakteristik pembelajar, menentukan indikator keberhasilan belajar,
mengembangkan bahan ajar, serta strategi pembelajaran
B. Saran.
Kami berharap makalah ini dapat lebih baik kedepannya dan bermanfaat bagi
banyak orang. Serta juga bisa melihat dari sumber sumber lain dikarenakan dalam
penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih berhati hati dalam menjelaskan tentang makalah dengan
sumber sumber dan dapat dipertanggung jawabkan.

11
DAFTAR ISI

Anam.M.S., Dwiyogo.W.D., TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLIKASINYA


DALAM PEMBELAJARAN. Hal 1-5
Educational psychology. 2. Teaching--Psychological aspects. I. Azizi Yahaya. II. Shahrin
Hashim. III. Yusof Boon. IV. Judul. 370.15
Ledang, I. (2015). Pembentukan dan Proses Kreatif Perspektif Beaviorisme. HIKMAH: Jurnal
Pendidikan Islam, 4(1), 67-80.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN.
Mohammad Syamsul Anam Wasis D. Dwiyogo

12

Anda mungkin juga menyukai