Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT

PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4:

1. Nama :Krisman Khiardani Zega


2. Nama :Nobel Iman Setiawan Zega
3. Nama :Six Desman Jaya Gea
4. Nama :Nelvan Telaumbanua
5. Nama :Rekman Mendrofa (Tidak Aktif)

Mata Kuliah : Filsafat

Dosen Pengampu : Envilwan B. Harefa, S.Si., M.Pd.

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukut atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang Konseb, tujuan dan peranan Filsafat ini dengan baik.
Penulisan makalah yang berjudul ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Kejuruan.

Dalam penyelesaian makalah ini kami menyadari bahwa banyak hal yang kurang pas atau
sempurna dan tidak sesuai dengan kaidah yang seharusnya dalam laporan ini, dengan demikian,
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membagun demi kesempurnaan pada masa
yang akan datang.

Gunungsitoli, Maret 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II ISI.......................................................................................................................................2
A. Aliran Filsafat Pendidikan Tradisional.............................................................................2
1. Aliran Idealisme............................................................................................................2
2. Aliran Realisme.............................................................................................................3
B. Aliran Filsafat Modren......................................................................................................3
1. Religius-Rasional Humanisme......................................................................................3
2. Pragmatisme..................................................................................................................4
3. Aliran Eksistensialisme.................................................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................7
A. Kesimpulan.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8
LAMPIRAN I..................................................................................................................................9
LAMPIRAN II...............................................................................................................................11
LAMPIRAN III.............................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu hingga sekarang terus


berkembang. Hasil-hasil pemikiran tersebut disebut aliran atau gerakan baru dalam
pendidikan.Dalam perkembangannya, pendidikan menggunakan paham atau aliran guna
mencapai tujuan pendidikan pada masanya. Namun periodesasi perkembangan
pendidikan juga tak lepas dari paham-paham filsafat pendidikan yang
mempengaruhi metode, konsep, dan objek pendidikan. Hal ini menyebabkan
adanya dampak positif dan negatif dari pelaksanaan pendidikan tersebut.

Filsafat pendidikan sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki pendidikan di


Indonesia. Karena dalam memperlajari Filsafat Pendidikan Kita lebih tahu dasar-dasar
pendidikan. Dengan mempelajarinya maka generasi yang akan datang akan lebih memahami
tentang pendidikan dan aliran filsafat pendidikan, supaya kita dapat mengambil hikmah
pembelajaran dari aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksut dengan Teori-Teori Pendidikan Kontemporer?


2. Apa yang dimaks?ut dengan Humanisme?
3. Apa yang dimaksut dengan Behaviorisme?
4. Apa yang dimaksut dengan Progresivisme?
5. Apa yang dimaksut dengan Esensialisme?
6. Apa yang dimaksut dengan Rekonstruksivisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori-Teori Pendidikan Kontemporer

Teori belajar kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar


konstruktivisme. Pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa mengakses berbagai
informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Sesuai dengan prinsip belajar teori konstruktivisme,
maka dalam pembelajarannya nampak ada pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai
sumber informasi. Guru lebih berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi
informasi

B. Humanisme

Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahamilingkungannya dan dirinya sendiri.Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswatidak harus belajar
tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.Pengorganisasian bahan pelajaran
berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses
Teori pembelajaran humanisme adalah teori yang berorientasi pada aspekkemanusiaan.
Proses pembelajaran harus berasal dan berakhir pada manusia itusendiri. Teori ini terpusat
pada ide atau cara-cara dalam beajar agar para pesertadidik dapat merasa nyaman dan senag
untuk belajar, karena tujuan dari teori iniuntuk memanusiakan manusia.

2
C. Progresivisme

Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi
dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan
organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai
perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah
tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran.
Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi
tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan
proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandangindividu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadaplingkungan.Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih
lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipundidasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia,
aliran ini berkembang di AS,merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagaiobyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang
nyata.Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemenseperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah
melangkahlebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan
masihmemfokuskan diri pada proses-proses mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah
pemahamantentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang
munculnyaBehaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-
dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya

D. Progresivisme

Aliran Progresivisme ini merupakan salah satu aliran ilsafat pendidikan yang
berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan
pendidikan. Perkembangan tersebut terutama didorong terutama oleh aliran naturalisme dan
eksperimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme, dan pragmatisme sehingga
progresivisme sering disebut sebagai salah satu dari aliran tadi. Progresivisme dalam
pandangannya, selalu berhubungan dengan pengertian he liberal road to cultural yakni liberal
bersifal leksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin mengetahui
3
dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Progresivisme disebut sebagai
naturalisme, yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam
semesta ini (bukan kenyataan spiritual dan supernatural).
Naturalisme dapat menjadi materialisme, karena memandang bahwa jiwa manusia dapat
menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai hakikat seperti unsur-unsur materi.
Progresivisme identik dengan eksperimentalisme, yang berarti aliran ini menyadari dan
mempraktikkan eksperimen (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk menguji kebenaran
suatu teori dan suatu ilmu pengetahuan. Disebut juga dengan instrumentalisme, karena aliran
ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia (merupakan alat, instrument) sebagai
kekuatan utama untuk menghadapi dan memecahkan problem kehidupan manusia. Dengan
sebutan lain yakni environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup
sebagai medan berjuang menghadapi tantangan dalam hidup, baik lingkungan isik maupun
lingkungan sosial. Manusia diuji sejauh mana berinteraksi dengan lingkungan, menghadapi
realitas dan perubahan.
Sedangkan, disebut sebagai aliran pragmatisme karena aliran ini dianggap pelaksana
terbesar dari progresivisme dan merupakan petunjuk pelaksanaan pendidikan agar lebih maju
dari sebelumnya. Dari pemikiran demikian, maka tidak heran kalau pendidikan progresivisme
selalu menekankan pada tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan sikap mental, baik dalam
pemecahan masalah maupun kepercayaan diri peserta didik. Progres atau kemajuan
menimbulkan perubahan, sedangkan perubahan menghasilkan pembaruan. Kemajuan juga
adalah di dalamnya mengandung nilai yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan.
Kemajuan tampak kalau tujuan telah tercapai. Nilai suatu tujuan dapat menjadi alat, jika ingin
dipakai untuk mencapai tujuan lain. Misalnya, faedah kesehatan yang baik akan
mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyala, tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

4
E. Esensialisme

Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai


kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada
zaman Renaisance dengan ciri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan
aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-
nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai
tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme,
pada taraf permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk
memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel
Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsur apriori,
yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-
benda, bukan berarti semua itu sudah mempunyai bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk,
ruang, dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelumada pengalaman atau pengamatan.
Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada
budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan
pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan
menciptakan diri sendiri. Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof, menerangkan
tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang
pasif, hal ini berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah ditentukan
dan diatur oleh alam sosial. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-
sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan
diteruskan pada angkatan berikutnya.
Aliran ilsafat pendidikan Esensiahsme dapat ditelusuri dari aliran ilsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah
banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Kebudayaan lama telah ada semenjak peradaban
umat manusia dahulu, terutama semenjak zaman Renaissance mulai tumbuh dan berkembang
dengan megahnya. Kebudayaan lama melakukan usaha untuk menghidupkan kembali ilmu
pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani dan Romawi kuno. Pemikiran yang
esensialis dikembangkan oleh para pengikut dan simpatisan ajaran ilsafat tersebut sehingga
menjadi satu aliran ilsafat yang mapan. Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide
ilsafat idealisme dan realisme. Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya dengan
ide-ide, jika hanya mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran
5
itu bersifat eklektik, yakni keduanya sebagai pendukung, tidak melebur menjadi satu atau
tidak melepaskan identitas dan ciri masing-masing aliran.

F. Rekonstruksivisme

Perennialisme berasal dan kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the
whole year atau lasting for a very long time abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada
akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan ilsafat Perennial ialah berpegang pada nilai-nilai
atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya
manusia, seperti realitas sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim,
datang dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada
dan sama. Jika gejala dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-
olah merupakan benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama.
Selanjutnya, Perennialisme melihat akibat atau ujung dari kehidupan zaman modern
telah menimbulkan banyak krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Untuk
mengobati zaman yang sedang sakit ini, maka aliran ini memberikan konsep jalan keluar
”regressive road to cultural” yakni kembali atau mundur kepada kebudayaan masa lampau
yang masih ideal. Karena itu, Perennialisme masih memandang penting terhadap peranan
pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia sekarang kepada kebudayaan
masa lampau yang dianggap cukup ideal dan telah teruji kehandalannya, dalam menahan arus
cultural lag (keterbelakangan kultural).
Sikap yang dilakukan aliran ini, untuk kembali ke masa lampau bukanlah suatu sikap
nostalgia, sikap mengenang, dan membanggakan masa yang penuh kesuksesan, tetapi untuk
membina kembali keyakinan yang teguh kepada nilai- nilai asasi masa silam yang diperlukan
untuk kehidupan abad cybernetic ini.

6
BAB III
PENUTUP

7
8

Anda mungkin juga menyukai