KELOMPOK 6
Della Pratiwi (
Eni Tri Sundari (
Syfaur Rohmah (
Wulan Puspita (2213053232)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “kerangka
teoritik dan implementasi praktek pendidikan dan pembelajaran berdasarkan landasan Sudut
Pandang Behaviorisme”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang praktek pendidikan dan pembelajaran berdasarkan landasan Behaviorisme. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah landasan Pendidikan dan
Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Harapan
penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi dan pembaca.
.......................
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................................4
C. Manfaat....................................................................................................................................4
BAB 2...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertia Teori Behaviorisme.................................................................................................5
B. Implikasi Teori Behaviorisme.................................................................................................6
C. Penerapan Dalam Teori Behaviorisme..................................................................................8
D. Prinsip Pembelajaran Teori Behaviorisme............................................................................9
E. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Behaviorime.................................................................10
a. Kelebihan Teori Behavioristi............................................................................................10
b. Kekurangan Teori Behaviorisme......................................................................................10
BAB 3..................................................................................................................................................12
KESIMPULAN..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu.
Belajarmerupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia.
DenganPendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh,dan dengan Pendidikan juga seseorag bisa merumuskan tujuan hidup.
4
seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah
teori belajar Behavioristik.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orangyang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
denganmenggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
akansemakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa
setiapperilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Sangat banyak para ahli
yangberbicara mengenai teori ini, di antaranya Ivan Pavlov, Skinner,
Bandura,Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah seharusnya kita menguasai
secaramendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu kami menulis sebuah makalah
yangberjudul “Teori belajar behavioristik”.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa aitu teori behaviorisme
2.Mengetahui implikasi teori behaviorisme
3.Untuk mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme
4.Untuk mengetahui Prinip pembelajaran teori behaviorisme
5.Untuk mengetahui teori – teori yang mendukung teori behaviorisme
C. Manfaat
Adapaun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui
implikasi pembelajaran dari teori behaviorisme, untuk mengetahui penerapan
dalamteori behaviorisme, dan untuk mempermudah kita dalam mengetahui
pembelajaranserta teori – teori yang mendukung teori behaviorisme tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN
Teori behavioristik hanya mengamati stimulus dan respons. Untuk itu, setiap
materi atau perilaku yang ditunjukkan oleh guru disebut stimulus, dan setiap tindakan
yang ditunjukkan oleh peserta didik atas tindakan guru disebut respon. Rangkaian
perilaku tersebut harus dapat diamati dan dapat diukur. Behavioristik sangat
mengedepankan aspek pengukuran, karena dengan melakukan pengukuran maka
setiap hal yang penting terkait perubahan tingkah laku dapat dilihat dan dinilai.
Adapun ciri dari teori behavioristik yakni lebih mengutamakan unsur bagian
kecil yang bersifat mekanistis, mengutamakan peranan lingkungan, memprioritaskan
pembentukan reaksi atau respon, mengedepankan pentingnya latihan, mengutamakan
hasil belajar, dan keberhasilan dalam mendapatkan perilaku yang diinginkan. Teori
behavioristik sering disebut S-R (Stimulus – Respon). Secara sederhana bahwa
pembelajaran dengan teori ini lebih mengedepankan aksi dan rekasi dalam proses
pembelajaran di kelas.
6
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada keberhasilan
dalam menambah pengetahuan, dan peserta didik harus menunjukkan ketercapaian
hasil belajar dalam bentuk menyusun laporan, kuis, atau tes. Menurut Thorndike
(Schunk, 2012), peran yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
Evaluasi pembelajaran menurut teori ini lebih mengutamakan jawaban benar dan
salah. Artinya, bila peserta didik menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya
dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan hasil evaluasi
terletak pada kemampuan peserta didik secara individual.
Setelah mengkaji tentang teori behavioristik maka kita ketahui bahwa istilah-
istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau peserta didik pasif, perilaku
sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan
kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur
yang sangat penting. Teori ini hingga sekarang masih mendominasi praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok bermain, Taman Kanak-
kanak, Sekolah-Dasar, Sekolah Menengah, bahkan Perguruan Tinggi, pembentukan
perilaku dengan cara pembiasaan (drill) disertai dengan hukuman atau reinforcement
masih sering dilakukan. Mari kita kaji bersama bagaimanakah implikasi dari teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran?
Implikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta
didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang
dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
7
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau peserta didik. Peserta didik
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pendidik atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna
yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan tersebut. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu
yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka peserta didik atau
orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan
lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Peserta didik
atau peserta didik adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan,
sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri peserta
didik.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang
menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan
dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Thorndike (Schunk, 2012) kemudian merumuskan peran yang harus
dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
1) Membentuk kebiasaan peserta didik. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk
dengan sendirinya.
2) Berhati-hati jangan sampai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah,
karena mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
3) Jangan membentuk kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana
kebiasaan itu akan digunakan.
4) Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu
akan digunakan.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu
jawaban benar. Maksudnya, bila peserta didik menjawab secara “benar” sesuai
dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari
8
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan peserta didik secara
individual.
Salah satu contoh pembelajaran behavioristik adalah pembelajaran terprogram
(PI/Programmed Instruction), dimana pembelajaran terprogram ini merupakan
pengembangan dari prinsip-prinsip pembelajaran Operant conditioning yang di bawa
oleh Skinner. Schunk (2012) menyatakan bahwa pembelajaran terprogram melibatkan
beberapa prinsip pembelajaran. Dalam pembelajaran terprogram, materi dibagi
menjadi frame-frame secara berurutan yang setiap frame memberikan informasi
dalam potongan kecil dan dilengkapi dengan test yang akan direspon oleh peserta
didik.
Pada jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada
pembelajaran dengan powerpoint dan multimedia. Pembelajaran dengan powerpoint,
cenderung terjadi satu arah. Materi yang disampaikan dalam bentuk powerpoint
disusun secara rinci dan bagian-bagian kecil. Sementara itu pada pembelajaran
dengan multimedia, peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan
pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang rinci dan ketat dengan urutan
yang jelas, latihan yang diberikan pun cenderung memiliki satu jawaban benar.
Feedback pada pembelajaran dengan multimedia cenderung diberikan sebagai
penguatan dalam setiap soal, hal ini serupa dengan program pembelajaran yang
pernah dikembangkan Skinner (Collin, 2012). Skinner mengembangkan model
pembelajaran yang disebut “teaching machine” yang memberikan feedback kepada
peserta didik bila memberikan jawaban benar dalam setiap tahapan dari pertanyaan
test, bukan sekedar feedback pada akhir test. Anda untuk lebih mengetahui tentang
penerapan implikasi toeri belajar behavioristik dalam proses pembelajaran,
C. Penerapan Dalam Teori Behaviorisme
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru
akan segera diperbaiki.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
9
D. Prinsip Pembelajaran Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus dengan re
spons secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih
keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses
pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika
diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement . Oleh karena teori
ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka
dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan.
Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa Siswa sebagai subjek yang
akan diharapkan mampu memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, perlu kiranya dianalisis
kemampuan awal dan karakteristik nya. Hal ini dilakukan mengingat siswa yang belajar
di sekolah tidak datang tanpa berbekal apapun sama sekali . Selain itu, setiap siswa juga
memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal mengakses dan atau merespons sejumlah
materi dalam pembelajaran. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika
melakasanakan analisis terhadap kemampuan dan karakteristik siswa, yaitu: Akan
memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal para
siswa, yang berfungsi sebagai prasyarat bagi bahan baru yang akan disampaikan. Akan
memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.
10
Menurut Abdurakhman dan Rusli (2017, hlm. 4), kelebihan dari teori
behavioristik adalah sebagai berikut.
1. Membiasakan guru agar memiliki sikap yang teliti dan lebih peka atas keadaan
pembelajaran.
2. Guru tidak terlalu sering memberikan ceramah sehingga siswa dapat terbiasa
belajar secara mandiri.
3. Dapat membentuk suatu tingkah laku yang diharapkan mendapatkan penilaian
positif dan tingkah laku yang kurang pantas mendapat pengakuan negatif yang
mendasar atas prilaku yang terlihat.
4. Dengan pengulangan, pelatihan yang berkelanjutan, bisa memaksimalkan
kecerdasan dan bakat yang sudah terbangun dalam diri siswa.
5. Bahan ajar yang sudah tersusun secara terstruktur dari yang biasa hingga yang
rumit dengan memiliki tujuan pembelajaran yang terpecah pada unsur-unsur kecil
yang dibuktikan melalui raihan suatu keterampilan yang dapat menciptakan
tingkah laku yang konsisten berkenaan suatu bidang tertentu.
6. Mampu merubah stimulus yang satu dengan stimulus lain dan seterusnya sampai
respon yang diharapkan tampak.
7. Teori behavioristik sangat tepat untuk mendapatkan kemampuan yang
memerlukan praktek dan penyesuaian yang memuat komponen kecepatan,
spontanitas, dan ketahanan.
8. Teori behavioristik sangat tepat dikenakan pada anak yang masih memerlukan
pengaruh dari orang dewasa, senang mengulang dan perlu pembiasaan, senang
meniru, dan senang dengan berbagai penghargaan secara langsung.
1. Menjadi sebuah konsekuensi untuk membuat bahan ajar dengan bentuk yang telah
siap digunakan.
2. Tidak semua pelajaran bisa memakai metode ini.
3. Siswa dalam hal ini berkedudukan menjadi pendengar pada saat pembelajaran
berlangsung dan mengingat apa yang di dengar dengan apa yang di pandang
menjadi cara ampuh.
4. Untuk menertibkan siswa para tokoh behavioristik memiliki metode yang paling
efektif, yaitu dengan menghindari penggunaan hukuman.
5. Siswa yang dianggap pasif, memerlukan dorongan dari luar, dan penguatan yang
diberikan guru sangat berpengaruh.
6. Siswa hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru, dengan mendengarkan
apa yang harus didengar dan apa yang harus dilihat menjadi sistem pembelajaran
yang ampuh sehingga inisiatif siswa dalam menghadapi masalah yang timbul
secara temporer tidak dapat dibereskan oleh siswa.
7. Lebih condong dalam memfokuskan siswa dalam berpikir linier, konvergen,
kurang produktif, kurang kreatif dan memperlihatkan siswa sebagai individu yang
kurang aktif.
11
8. Proses pembelajaran yang lebih terpusat kepada guru (teacher centered learning)
memiliki sifat sistematis dan cenderung hanya kepada hasil saja yang bisa
diperhatikan.
9. Penggunaan metode yang tidak tepat pada proses pembelajaran dapat berakibat
berjalannya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan untuk siswa, guru
menjadi pusat, otoriter, komunikasi berjalan searah, guru hanya melatih, dan
memutuskan apa yang perlu dipelajari dan tidak perlu dipelajari oleh siswa.
12
BAB 3
KESIMPULAN
Teori belajar memiliki beberapa fungsi dalam proses pembelajaran, antara lain fungsi
pemahaman, fungsi prediktif, fungsi kontrol, dan fungsi rekomendatif. Melalui fungsi
rekomendatif, teori behavioristik dapat merekomendasikan pedoman instruksional kepada
pendidik, yang berupa stimulus-stimulus yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga
memunculkan respon peserta didik yang merupakan hasil belajar yang diinginkan. Teori
belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dari beberapa teori belajar
behavioristik yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa untuk memunculkan respon yang
diharapkan dibutuhkan penguatan (reinforcement). Aplikasi teori belajar behavioristik sangat
cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya sehingga model yang paling cocok adalah Drill dan Practice, contohnya:
dimanfaatkan di pendidikan anak usia dini, TK untuk melatih kebiasaan baik, karena anak-
anak sangat mudah meniru perilaku yang ada dilingkungannya dan sangat suka dengan pujian
dan penghargaan. Sedangkan untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi teori
behavioristik ini banyak digunakan antara lain untuk melatih percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
PROGRAM KERJA EKSTRAKURIKULER KARYA ILMIAH REMAJA (KIR) Penyusun:
MUHAMAD ALI MUIS, S.Pd https://www.edukasinfo.com/2021/03/pengertian-teori-belajar-
behavioristik.html Diakses pada 07 Oktober 2022 Pukul 08.25
13
Teori Belajar Behavioristik dan implikasinya dalam pembelajaran
Source: https://www.mandandi.com/2021/05/teori-belajar-behavioristik-dan.html Diakses
pada 07 Oktober 2022 Pukul 08.50
14