Anda di halaman 1dari 22

Teori Belajar Dan Penerapannya

Dalam Pembelajaran

Oleh Kelompok 6:

1. Heryan Pandu P (14020046)


2. Luci Dahlia (14020060)
3. Maria Ulfa (14020048)
4. Nova Devita Sari (14016085)
5. Putri Anandita (14002027)
6. Restu Yulia Suhanta (14020052)
7. Yogi Refia Pratama (1206255)

Universitas Negeri Padang


2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam Psikologi Pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 06 Maret 2015

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................………....……………..........................................i

DAFTAR ISI.......................………………………………………............................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik..............................................3


1. Tokoh-tokoh Aliran Behavioristik..............................................................4
2. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik...........................................................7
B. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik...........................8
C. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran.........................12
D. Implikasi teori belajar behavioristik...............................................................13
E. Tujuan pembelajaran bahavioristik.................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................17

KEPUSTAKAAN........................................................................................................

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
Mengkaji latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan
sebagai kajian dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Pengertian belajar menurut teori belajar behavioristik
2. Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik
3. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
4. Implikasi teori belajar behavioristik
5. Tujuan pembelajaran bahavioristik
C. Tujuan
Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini supaya membuat kita
semua mengetahui bagaimana pengertian dari behavioristik juga membuat kita
semua paham apa implikasi dan tujuan dari pembelajaran salah satu ilmu
psikologi pendidikan yaitu behavioristik. Sehingga kita semua dapat memahami
juga dapat menerapkan ilmu pesikolog ini.
D. Manfaat
Setelah membahas makalah ini diharapkan memberi manfaat kepada
pembaca yaitu:
1. Mengetahui maksud dari pembelajaran dari teori behavioristik
2. Memahami prisip-prinsip belajar menurut teori behavioristik
3. Mengetahui bagaimana penerapan teori belajar behavioristik dalam
pembelajaran
4. Mengetahui bagaimana implikasi teori belajar behavioristik
5. Mengetahui tujuan dari pembelajaran behavioristik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavioristik
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh
John B. Watson pada tahun 1913. Sama halnya dengan psikoanalisa,
behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh
serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah ilmuwan sebelum
Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-gagasan
mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan
pandangan yang mekanistis dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi
ciri utama dari behavioristik.
Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan
dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan
menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behavioristik merupakan
kunci dalam mengembangkan keterampilan dan dasar-dasar pemahaman dalam
semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa
teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dinilai secara konkret.
Dalam teori behavioristik menganalisa hanya perilaku yang nampak saja,
yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoristik lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behavioristik tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek,
rasional atau emosional. Behaviorisme hanya mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan.

3
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon
terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini,
timbulah konsep manusia mesin.
1. Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya
adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut
merupakan para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya
dalam pembelajaran.
a. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi, perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang
tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula
dengan teori koneksionisme.
Ada tiga hukum belajar yang utama menurut Thorndike yakni (1)
hukum efek, (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991).
Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat
respon.

4
b. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat
diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi, walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain
seperi Fisika dan Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
c. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan
respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh
oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Oleh karena itu, Hull mengatakan kebutuhan
biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk
dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
d. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Hukum
kontiguiti adalah gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama.
Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar.

5
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi
stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar
tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan
antara stimulus dan respon bersifat sementara. Oleh karena itu, dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi
stimulus respon secara tepat. Peelajar harus dibimbing melakukan apa yang
harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas
yang mungkin diabaikan oleh anak.
e. Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner
hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus
itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.

6
Oleh karena itu, dalam memahami tingkah laku seseorang secara
benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya,
serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian seterusnya.
2. Ciri Teori Belajar Behavioristik
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan
dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori belajar ini dikatakan bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut
pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang peelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih
menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum
dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut
disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek.

7
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Namun, dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan
teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
B. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik
1. Reinforcement dan Punishment
Reinforcement dan Punishment merupakan perlakuan pendidik
kepada anak didiknya. reinforcement dan punishment juga merupakan strategi
untuk mengajar dan mendidik siswa. Reinforcement dalam dunia pendidikan
anak diartikan sebagai penghargaan yang diharapkan bisa meningkatkan
sikap dan perkembangan positif pada anak didik. Biasanya reinforcement
berupa hadiah, pujian dan hadiah kejutan untuk kesuksesan ulangan harian.
Misalnya, anda adalah seorang ibu atau ayah yang sedang menjemput pulang
anak anda.
Di dalam perjalanan pulang atau boleh juga pada saat tiba di rumah,
tanyakan pada anak anda apakah hari ini ada ulangan atau tidak, jika ada
ulangan bagaimana hasilnya, misalnya anak anda mendapatkan nilai 8 atau 9,
maka ajaklah anak anda untuk merayakan keberhasilannya mencapai nilai
tersebut.

8
Langkah ini telah terbukti mampu memacu semangat belajar siswa,
maka di sinilah terjadi reinforcement. Perlu diketahui bahwa untuk
melakukan reinforcement tidak harus menunggu anak mendapatkan nilai 8
atau 9 namun berapapun nilainya orang tua harus mensupport anaknya.

Ada beberapa wujud reinforcement yang sering dilakukan oleh


pendidik. Pertama, reinforcement perayaan keberhasilan dengan memberikan
hadiah berupa makanan, kedua, berupa ucapan selamat, dan ketiga berupa
hadiah yang lain seperti menonton film kesukaannya, dan pergi piknik.

Punishment atau hukuman bukan hal yang baru lagi dalam dunia
pendidikan. Hukuman sudah terlalu mengakar tunggang dalam benak para
pendidik dari zaman pendidikan yang penuh kekerasan hingga sekarang yang
meskipun sudah di sana sini digembar gemborkan penghapusan kekerasan
pada siswa tetap saja hukuman yang tidak membangun baik berupa kekerasan
dan lainnya diterapkan dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Contoh
dari bentuk punishment yang tidak membangun banyak sekali ditemukan di
sekolah, sebut saja siswa kena strap, harus berdiri dibawah tiang bendera.
Hukuman seperti demikian itu sama sekali tidak membangun. Mestinya,
ketika siswa melakukan sebuah pelanggaran, hukumlah mereka dengan
sesuatu yang justru memberikan manfaat yang positif bagi mereka, Misalnya
dengan menghafalkan kosa kata bahasa inggris dengan jumlah tertentu dan
masih banyak hukuman lainnya yang jauh lebih memberikan kontribusi
positif.

2. Primary and Secondary Reinforcement

Reinforcers primer hampir selalu nyata. Mereka biasanya terdiri dari


sesuatu yang anak bisa memegang atau merasa tetapi mereka selalu
melibatkan keinginan langsung.
9
Contohnya termasuk bola favorit, terowongan, mainan, video, atau hal-hal
lain yang membangkitkan indra seperti gelembung, menggelitik, pelukan atau
meremas, tekstur, atau musik. Salah satu penguat utama yang paling
mendasar adalah makanan. Makanan bisa menjadi penguat bahkan ketika
anak tidak lapar jika camilan yang disukai. Strategi ini adalah untuk
memberikan jumlah yang sangat kecil dari makanan setelah menetapkan
jumlah tanggapan sukses atau tugas.
Camilan favorit bisa pergi sepanjang jalan jika dikelola dengan tepat.
Hal ini juga penting untuk tidak membiarkan hal itu camilan atau objek
menjadi terlalu memanjakan.
Reinforcers sekunder, sebagaimana disebutkan di atas dipelajari.
Mereka intrinsik dan bermanfaat pada tingkat internal. Memberikan siswa
perasaan atau anticiaption sesuatu yang mereka akhirnya bergaul dengan
suatu kegiatan. Sebagai contoh, pembacaan cerita pengantar tidur dapat
dikaitkan dengan perasaan mengantuk jika selalu membaca pada sekitar
waktu yang sama, di tempat tidur dan sebelum tidur. Beberapa contoh lain
dari penguatan sekunder meliputi pujian verbal, tersenyum, token, thumbs up,
dan bertepuk tangan. Untuk siswa yang khas, pujian lisan biasanya cukup.
Anak-anak menyadari bahwa mereka melakukan sesuatu yang baik ketika
mereka mendapatkan kegembiraan dan senyum dari orang dewasa atau teman
sebaya di sekitar mereka. Dengan anak-anak yang kekurangan empati sosial
dan kemampuan untuk berhubungan dengan perasaan orang lain, pujian lisan
ini perlu dipasangkan dengan sesuatu yang lain. Jika anak suka dipeluk atau
diperas, Anda mungkin ingin memasangkan pujian lisan dengan pelukan
besar untuk menciptakan yang baik, perasaan hangat.
3. Schedules of Reinforcement
Jadwal penguatan adalah aturan yang tepat yang digunakan untuk
menyajikan (atau menghapus) reinforcers (atau punishers) mengikuti perilaku
operant tertentu.

10
Aturan-aturan ini didefinisikan dalam hal waktu dan jumlah tanggapan yang
diperlukan dalam rangka untuk menyajikan (atau menghapus) sebuah penguat
(atau Punisher). Jadwal yang berbeda jadwal penguatan menghasilkan efek
berbeda pada perilaku instrumental.

4. Contingency Management
Manajemen kontingensi atau penggunaan sistematis penguatan adalah
jenis perawatan yang digunakan di bidang kesehatan atau penyalahgunaan zat
mental. Perilaku pasien dihargai (atau, lebih jarang, dihukum).
Umumnya,kepatuhan terhadap atau kegagalan untuk mematuhi aturan
program dan peraturan atau rencana pengobatan mereka.
Sebagai pendekatan untuk pengobatan, manajemen kontingensi
muncul dari terapi perilaku dan diterapkan analisis perilaku tradisi dalam
kesehatan mental. Dengan sebagian besar evaluasi, prosedur manajemen
kontingensi memproduksi salah satu efek ukuran terbesar dari semua
kesehatan mental dan intervensi pendidikan.
5. Stimulus Control in Operant Learning
Kontrol stimulus dikatakan terjadi ketika organisme berperilaku
dalam satu cara dengan adanya stimulus yang diberikan dan cara lain dalam
ketiadaan. Misalnya, adanya tanda berhenti meningkatkan kemungkinan
bahwa "pengereman" perilaku akan terjadi. Biasanya perilaku tersebut
disebabkan oleh memperkuat perilaku di hadapan satu stimulus dan
menghilangkan penguatan dengan adanya stimulus lain. Banyak teori percaya
bahwa semua perilaku berada di bawah beberapa bentuk kontrol stimulus.
perilaku verbal adalah berbagai rumit perilaku dengan berbagai rangsangan
pengendali.

11
Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat
dipergunakan ciri-cirinya yaitu:

1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)


2. Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)
3. Mementingkan peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal.  
C. Penerapan Blajar Behavioristik Dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal yaitu: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pelajar.

12
Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah
ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna
yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut.
Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau
guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai
objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur
dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang
harus dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar
pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga
hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
D. Impliksi Teori Belajar Behavioristik
Kurikulum berbasis filsafat behavioristik tidak sepenuhnya dapat
diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang
pendidikan usia dewasa. Namun, behavioristik dapat diterapkan untuk metode
pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena hasil eksperimentasi
behavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek potensial dan
kemampuan manusia yang dilahirkan. Bahkan behavioristik cenderung
menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek
maupun objek pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi
spiritualitas sebagai fitrah manusia. Oleh karena itu, behavioristik cenderung
antropomorfis skularistik.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
13
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot.
Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Peserta
didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pembelajar.
E. Tujuan Pembelajaran Behavioristik
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut
pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku wajib
dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar.
14
Maksudnya bila peelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru,
hal ini menunjukkan bahwa pelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori
ini menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar secara individual.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori behviorisme dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam
teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment
(2) Primary and Secondary Reinforcement
(3) Schedules of Reinforcement
(4) Contingency Management
(5) Stimulus Control in Operant Learning
(6) The Elimination of Responses

16
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid.
B. Saran
Kami menyadri bahwasannya penyusun dari makalah ini hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT hingga dalam penulisan dan
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan
dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan
manfaat atau bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca, dan bagi semua
mahasiswa.

17
KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Muhsin.1998. Strategi Belajar Mengajar Kreatif. Malang: IKIP Malang

Bell Gredler, E. margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali

“Teori behavioristik”. http//google.com/teoribehavioristik. 2 Maret 2015

“TeoriBelajarBehavioristikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik.
2 Maret 2015
Sesi pertanyaan:

1. Sri Wahyuni: Bagaimana sikap dan peranan guru dalam pembelajaran


behavioristik?

2. Fika Marta Sari: Jelaskan kekurangan dan kelebihan teori behavioristik!

3. Yudha: Bagaimana cara dan metode seorang guru membentuk karakter


siswa yang keterbelakangan mental dalam teori behavioristik beserta
contoh?

4. Widya: Mengapa model pembelajaran itu penting dalam keefektifan


dalam belajar?

5. Merli Yuridha: Bagaimana dampak langsung dari teori behavioristik dan


tujuan yang diharapkan?

6. :Apa-apa saja faktor penting dalam teori pembelajaran behavioristik, baik


bagi peserta didik maupun pendidik?

7. Ade: Bagaimana pendapat kelompok tentang teori behavioristik dengan


kurikulum 2013?

8. Yufi Rahim: Selama 12 tahun kita telah mempelajari Bahasa Inggris,


tetapi kenapa siswa tidak bisa berpidato Bahasa Inggris? Apakah tidak
sia-sia pembelajarn yang selama 12 tahun tersebut?

Anda mungkin juga menyukai