Anda di halaman 1dari 12

TEORI TEORI PERILAKU DAN BELAJAR

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Pisikologi Pendidikan

DOSEN PENGAMPU
Yanti Sam Amir M.Pd.

Oleh:

HILAL MUHAROM [NIM: 202102002]


HAIKAL AL MUQODAS [NIM: 202102093]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PERSATUAN ISLAM GARUT
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadapan Allah Yang Maha Esa atas izin-Nya
makalah ini selesai Kami susun. Makalah ini berisi tentang ringkasan materi yang
membahas tentang Teori-teori Perilaku dan Belajar
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Uraian materi dalam makalah ini sengaja dibuat dalam bentuk teks
sederhana dengan maksud agar mahasiswa yang mempelajarinya dapat mandiri dan
aktif.
Kami sadar banyak kekurangan dalam menyusun buku makalah ini, oleh karena
itu kami mohon maaf yang atas kelalaian dan kesalahan yang terjadi, hanya semata
keterbatasan dari pengetahuan yang masih sangat sempit dan sifat manusia yang
tidak luput dari segala kesalahan yang diperbuatnya.
Demikian beberapa kata, sekedar pengantar dari penyusun, yang segalanya
disertai maksud baik demi kebaikan kita semua.

Garut, 24 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2

A. Definisi Teori Prilaku (Teori Behavior) ......................................... 2


B. Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik ................................................ 3
C. Implemen Dari Teori teori Yang Terkandung Di dalam Teori
Belajar Perilaku (Behavioristik) ..................................................... 6
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 7
A. Kesimpulan ..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar
tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.
Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi
hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi
pribadinya.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah
Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan
seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian
yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya
terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar
kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari teori belajar perilaku?
2. Siapa sajakah yang mengemukakan teori belajar perilaku?
3. Apa saja implementasi dari teori teori blajar prilaku?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi teori belajar perilaku
2. Untuk menegetahui siapa saja yang mengemukakakn teori belajar perilaku
3. Agar bisa mengimplementasikan teori blajar prilaku

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Perilaku ( Teori Behavior)
Terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an
diAmerika Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang
perspektif psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa
teknik pengkondisian perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi
psikoanalitik.
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
danBerliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Kemudian teoriini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagaihasil belajar.
Menurut teori behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulasi dan
respons.Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental
yang berasaldari lingkungan.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkanorang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu denganmenggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akansemakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupastimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan gurukepada siswa, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulusyang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yangdapat diamati
adalah stimulus dan res pon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan

2
diukur.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal pentinguntuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinfoihhrcement). Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan (negativereinforcement) maka responpun akan semakin
kuat. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor faktor kondisional yang
diberikan lingkungan.
B. Tokoh tokoh aliran behavioristik
1. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon
untukmenjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa
stimulustidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis
sebagaimanayang dijelaskan olehClark dan Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan
antarastimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu
dalamkegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus
agarhubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Edwin Guthrie
jugamengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan
menetap,maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan
respontersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment ) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Tiga metode
pengubahantingkah laku yang dikemukakan oleh Edwin Guthrie adalah sebagai
berikut:
a. Metode respon bertentangan. Misalnya saja, jika anak takut terhadap
sesuatu,misalnya kucing, maka letakkan permainan yang disukai anak
dekatdengankucing. Dengan demikian, lambat laun anak akan tidak takut lagi pada
kucing,namun hal ini dilakukan berulang-ulang.
b. Metode membosankan.misalnya seorang anak mencoba-coba mengisap
rokok,minta kepadanya untuk merokok terus sampaibosan; setelah bosan, ia akan
berhenti merokok dengan sendirinya.

3
c. Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar, ubahlah lingkungan
belajarnya dengan suasana lain yang lebih nyaman dan menyenangkan
sehinggamembuat ia menjadi betah belajar.
Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan
pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarnya, maka hukuman
tidaklagi dipentingkan dalam belajar.
2. Teori Belajar Menurut Watson
John Watson 1878-1958; adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannyatentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisikaatau
Biologi yangsangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukurTeori Watson secara umum sama dengan teori
Thorndike, tetapiada perbedaan yang cukup signifikan yaitu pengakuan adanya
terhadap stimulus danrespon yang dapat diamati dan dikukur.
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudahThorndike.
Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang
dapatdiamati (observabel ) dan dapat diukur.
Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-
perubahanmental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-haltersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetep
mengakui behwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting,
namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seorang telah belajar atau belum
karena tidak dapat diamati. Pandangan utama waston:
a. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang
dimaksuddgn stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga
perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai
jawabanterhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi,
jugatermasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned
danunlearned
b. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu
perilaku.Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat
penting(lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada

4
Lundin,1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik,
perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
c. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya,
mindmungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan
dijelaskanmelalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak
mindsecara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah.
Penolakandari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme
dan kelakdipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda- beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak
jamanfilsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind.
Tidakheran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun
dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
d. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi
harusmenggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi
adalahobservation, conditioning, testing, dan verbal reports.
e. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari
karakteristiknyasebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang
tergantikan olehhabits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex
seperti bersin merangkak dan lain lain
f. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandanganWatson,
juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku
adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recencydan frequency.
Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari
Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia
menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelakterbukti bahwa teori
belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak
Thorndike salah
g. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan denganWilliam
James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukanoleh seringnya
sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauh smanasesuatu dijadikan
habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan

5
h. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking.Artinya
proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat
Disamakan dengan proses bicara yang „tidak terlihat‟, masih dapat diidentifikasi
Melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainya
i. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku
dapatdikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang
bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahlidan
diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dankesadaran,
Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang
membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimenterkontrol.
C.Implementasi Dari Teori-Teori Yang Terkandung Di Dalam Teori Belajar
Perilaku (Behavioristik)
1. Teori Pengkondisian Klasikal (Classical Conditioning Theory) dari Pavlov Dalam
lingkup pemerolehan bahasa pertama, classical conditioning ini dapat menjelaskan
bagaimana kita belajar makna kata. Seperti diketahui dalam lingkungan banyak
rangsangan yang dapat menimbulkan emosi positif atau negatif. Jika rangsangan-
rangsangan bahasa, misalnya kata, frasa, atau kalimat, sering terjadi bersamaan
dengan rangsangan-rangsangan lingkungan, maka ada akhirnya rangsangan bahasa
tersebut dapat menimbulkan respon emosional walaupun tidak ada rangsangan
lingkungan.
Contohnya, Yudi yang berumur sekitar 15 bulan akan menarik taplak meja makan.
Ibunya segera mengatakan, “Tidak! Tidak!” sambil menepis tangannya dengan
harapan Yudi akan menghubungkan sakit di tangannya dengan kata “Tidak! Tidak!”
akan menimbulkan respon makna yang tidak menyenangkan bagi Yudi. Jika hal ini
terjadi berulang kali dan respon emosional sudah ditransferkan dari
hukuman fisik ke ujaran “Tidak! Tidak!”, maka pembiasaan telah berhasil. Jadi, kata
“Tidak” menghasilkan respon emosional, sama halnya dengan bunyi bel
menimbulkan respon air liur. Dengan demikian, ibu tersebut telah berhasil
mengajarkan makna “Tidak”. Dengan kata lain, Yudi memahami makna “Tidak”
yang berarti suatu larangan.
2. Teori Koneksionisme (Connectionism Theory) dari Thorndike Menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau

6
yang nonkonkret (tidak bisa diamati). Di dalam belajar praktik misalnya, perubahan
tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati. Pengamatan
ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek
yang dikerjaakannya. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk
melakukan kegiatan praktik merupakan ”stimulus” dan siswa dengan menggunakan
pemikirannya, melakukan kegiatan praktik merupakan ”respon” yang hasilnya
langsung dapat diamati. Dengan demikian, kegiatan belajar yang tampak dalam teori
belajar tingkah laku dalam pandangan Thorndike mengarah pada hasil langsung
belajar, atau tingkah laku yang ditampilkan
3. Teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning Theory) dari B.F. Skinner
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun.Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan
pandangan Skinner. Dalam menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan
dua hal yang penting, yaitu pemilihan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan
penguatan
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori pengkondisian operan sebagai
berikut:
a. Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku
siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku
negatif diperlemah atau dikurangi.
b. b Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih
disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang
dapat jadi penguat.
Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya.
Keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi
urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan
penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi
catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutny.

7
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dimyati & Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ratumanan, Tanwey Gerson.2002. Belajar dan Pembelajaran. Ambon: Unesa
University Press.
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Uno, Hamzah B.2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

8
9

Anda mungkin juga menyukai