DOSEN PENGAMPU:
Dr. Mardianto, M.Pd
DISUSUN OLEH:
YUSRINA ZAKIRA (0301223060)
HAMIDAH (0301222062)
ADRIAN NUR FARHAN (0301221064)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini selesai tepat
pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai “Teori Belajar” yang bertujuan untuk
mengetahui dan memahami pengertian Teori Belajar, serta mengetahui dan
memahami macam-macam Teori Belajar.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
kami. Namun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mencapai hasil yang baik. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan menuju kesemournaan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada berbagai pihak yang teah memberi bantuan berupa arahan dan
dorongan. Oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
bapak DR. Mardianto, M.Pd.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
pengetahuan bagi kami sendiri maupun bagi pihak yang memerlukan. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, kami ucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................5
A. Kesimpulan.........................................................................................................19
B. Saran....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang alamiah yang dilakukan oleh manusia.
Kegiatan ini sudah kita lakukan Ketika masih menjadi anak kecil hingga dewasa.
Salah satu tanda seseorang sedang belajar adalah adanya perubahan tingkah laku baik
kognitif, psikomotor, dan juga afektif. Sama hal nya dengan belajar, mengajar pun
pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memhami proses kompleks pembelajaran. Teori mana pun
pada prinsipnya , belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan,
informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Perubahan akibat proses
belajar adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung
lama. Belajar merupakan kegiatan aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan
sengaja, sadar dan bertujuan. Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal,
maka diusahakan factor penunjang seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas
dan lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar yang tepat.
Dalam dunia Pendidikan, sebenarnya banyak sekali teori belajar yang
dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori ini berguna untuk mengantarkan individu
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Beberapa teori belajar akan dibahas
dalam makalah ini seperti Teori belajar Behaviorisme, teori belajar Kognitivisme, teori
belajar Humanisme, dan teori belajar Konstruktivisme serta implikasi masing-masing
teori dalam pembelajaran.
4
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, diantaranya ialah:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behaviorisme?
3. Apa yang dimaksud teori belajar Kognitivisme?
4. Apa yang dimasud dengan teori belajar Humanisme?
5. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Konstruktivisme?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penilisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui definisi teori belajar.
2. Untuk mengetahui definisi teori belajar Behaviorisme.
3. Untuk mengetahui definisi teori belajar Kognitivisme.
4. Untuk mengetahui definisi teori belajar Humanisme.
5. Untuk mengetahui definisi teori belajar Konstruktivisme.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
1
Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Hal.72.
6
Menghadapi tantangan global dalam dunia pendidikan abad 21 seorang
pendidik harus mampu menghadirkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
bagi peserta didik. Pendidik harus memiliki kompetensi pedagogi yang matang
dengan menguasai teori-teori belajar. Beberapa macam-macam teori belajar yang
harus dikuasai oleh pendidik yaitu teori belajar Behaviorisme, teori belajar
Kognitivisme, teori belajar Humanisme, dan teori belajar Konstruktivisme. Berikut
penjelasan yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.2
B. Macam-macam Teori Belajar
1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme
Secara Etimologi, Behaviorisme berasal dari kata behavior yang artinya
tingkah laku dan isme yang berarti paham atau aliran. Sedangkan secara Terminologi,
dimaksud Behaviorisme adalah slah satu aliran dalam psikologi yang memandang
individu dari sisi fenomena jasmaniah atau prilaku nyata (overt behavior) yang
ditampilkannya.
Menurut teori Behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-
kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman
belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya
stimulasi dan respon yang dapat diamati. Karena itu, teori ini juga dinamakan teori
Stimulus-Respons. Stimulus atau ransangan adalah segala sesuatu yang dimunculkan
atau diberikan guru kepada peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Dalam perspektif Behaviorisme, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila
mampu menunjukkan perubahan tingkah laku nya. Sebagai contoh, anak belum dapat
shalat subuh. Walaupun ia sudah berusaha dengan giat, dan gurunya sudah
mengajarkan nya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat
mempraktikkan shalat subuh,maka ia belum dapat dianggap belajar. Karena ia belum
dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Inti atau esensi dari
proses belajar adalah terjadinya perubahan dalam perilaku. Perubahan perilaku itu
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan dalam perilakunya.
Menurut teori Behaviorisme, dalam belajar yang terpenting adalah masukan (in
put) yang berupa stimulus dan keluaran (out put) yang berupa respons seta penguatan
(reinforcement). Dalam contoh diatas, sitimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa misalnya gambar orang yang sedang mengerjakan shalat, poster yang
bertuliskan bacaan-bacaan shalat, alat- alat perlengkapan melaksanakan shalat, atau
tayangan Vidio yang diperlihatkan cara-cara melaksanakan shalat,untuk membantu
belajar peserta didik. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru dalam mengerjakan tentang shalat.
Menurut teori ini, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur,yang dapat
diamati
7
2
Al Rasyidin, Wahyudin Nur Nasution, Teori belajar & Pembelajaran (Medan: Perdana Publishing, 2011),
Hal. 20-21
8
hanyalah stimulus dan respons. Sebab itu, apa saja yang diberikan guru(stimulus) dan
apa saja yang dihasilkan siswa(respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran,sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku yang disebut belajar itu. 3
Sementara itu, penguatan (reinforcement) adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan maka respon akan
semakin kuat. Begitu juga bila Penguatan dikurangi respon pun akan dikuatkan.
Sejalan dengan itu, menurut Suciati dan Irawan, teori belajar Behaviorisme sangat
menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku, tidak memperhatikan apa
yang terjadi dalam pikiran manusia. Dengan kata lain, Behaviorisme lebih
mementingkan hasil dari pada proses belajar. Behaviorisme menekankan pada tingkah
laku objektif, emperis(nyata), konkret dan dapat diamati. Karena itu cenderung
mengabaikan proses belajar.
Adapun prinsip-prinsip teori belajar Behaviorisme yang banyak diterapkan di
dunia pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik, bila peserta didik ikut terlibat aktif di
dalamnya.
2. Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah
mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu.
3. Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung supaya pserta didik
dapat mengetahui apakah respon yang diberikannya telah benar.
4. Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu diberi penguatan.
Berikut ini akan dipaparkan teori-teori belajar beserta tokoh-tokoh psikolgi
belajar dalam kelompok Behaviorisme diantaranya:
1. Edwin Guthrie : Contiguity antara S-R (stimulus-respon) ada dalam proses
belajar. Reinforcement merubah kondisi stimulus sehingga memunculkan respon
tertentu yang diharapkan dan mencegah respon lain yang tidak diharapkan.
2. Clark Hull : teori deduktif-matematis, menjelaskan kecenderungan munculnya
respon berdasarkan dalil yang formal dan umum ( deduktif) dan diformulasi
dalam bentuk matematis. {sEr=sHr×V×D×K-(Ir+sIr)}.
3. Edward Tolman : teori behaviorisme purposive, yang mencakup segi positif dari
konsep behavioristik dan kognitif. Tolman berpendapat bahwa melalui prilaku
bertujuan, proses belajar bukanlah sesuatu situasi yang dapat diamati semuanya,
tetapi proses nyata dari belajar terdiri dari operasi kognitif yang terpusat.
4. B.F Skinner : operan conditioning, perilaku dapat dimanipulasi dengan mengelola
kondisi reinforcement.
5. Donald Hebb : physiological learning, bahwa didalam belajar terdapat proses
perubahan elektrokimia didalam satu atau lebih sinaps, yang berada diantara axon
dan dendrit yang dikendalikan oleh system syaraf pusat.
6. Thorndike : Connectionisme, yang mengnalkan bahwa belajar itu proses
hubungan stimulus dan respon yang mengikuti hukum-hukum belajar; law of
effect, law of readiness, dan law of exercise.
3
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2013), Hal 18-19.
9
7. Ivan Pavlov : Clssical conditioning, bahwa belajar itu dapat dimunculkan dengan
merekayasa stimulus tak bersyaraf dan stimulus bersyaraf untuk menghasilkan
respon belajar yang dikehendaki.
Jika keseluruhan teori di atas memilki kesamaan yang sama dalam ranah
psikologi kognitif, maka disisi lain juga memilki perbedaan jika diaplikasikan dalam
proses pendidikan. Misalnya, Teori bermaksa Ausubel dan discovery Learningnya
Bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar bermakna Ausubel
memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal
mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi
kebebasan untuk mengkontruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh
karena itu, menurut teori belajar bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas
membantu mengkoordinaskan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh
siswa namuntetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
4
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Hal.45-47
5
Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Untuk Pengembangan Strategi Pembelajaran ( Medan: Perdana
Publishing, 2016), Hal.62-63
1
0
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika,
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, tentang perkembangan syaraf.
Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks
dan memungkinkan kemampuannya meningkat. Karena itu, proses belajar seseorang
akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya.
Penejenjangan itu bersifr hierarki, yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan
umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu di luar kemampuan
kognitifnya.6
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu
asimilasi,akomodasi, dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses penyatuan
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Proses
Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Proses
equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitig yang dilalui siswa, yang dalam hal ini Piaget mambaginya menjadi empat
tahap, yaitu Pertama tahap sensorimotor, ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun.
Kedua tahap Pra-operasional, ketika anak berumur 2/3 tahun sampai 7/8 tahun. Ketiga
tahap operasional konkret, yaitu ketika anak berumur 7/8 sampai 12/14 tahun. Dan
Keempat tahap operasional formal, yaitu Ketika anak berumur 14 tahun atau lebih.
Proses belajar yang dialami anak pada tahap sensori motor tentu berbeda pula
denga napa yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua, dan
berbeda denga napa yang dialami anak lain yang sudah sampai ketahap yang lebih
tinggi. Secara umum, makin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur, dan
abstrak cara berpikirnya. Dengan demikian guru dapat mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan dan kematangan peserta didik.
Teori belajar Piaget dalam aplikasi praktisnya mementingkan keterlibatan
siswa dalam proses belajar, karena hanya dengan melibatkan atau mengaktifkan
siswa, maka proses asimilasi (informasi lama disatukan dengan informasi baru) dan
akomodasi (mengubah atau membentuk) pengetahuan dapat terjadi dengan baik.
Secara umum pengaplikasian teori Piaget dalam kegitan pembelajaran biasanya
mengikuti pola berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
b. Memilih materi pelajaran
c. Menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa (dengan
bimbinganminimum dari guru)
d. Menentukan dan merancangkan kegitan belajar yang cocok untuk topik-topik
yang akan dipeljari siswa (kegiatan belajar ini biasanya berbentuk eksprimentasi,
problem solving, role play, dan sebagainya).
e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa untuk
berdiskusi atau bertanya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar7.
6
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Hal 47-50
7
Al Rasyidin, Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar & Pembelajaran (Medan: Perdana Publishing, 2011) Hal.
11
23.
12
b. Teori Belajar menurut Ausubel
David P. Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang
berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh bermaknaan
bahan ajar yang dipelajari Hudoyono, H menyatakan bahwa Ausubel menggunakan
istilah “pengatur lanjut” (advance organizer) dalam penyajian informasi yang
dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa
“pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, Sebagian lagi merupakan
sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain.
David Ausubel memandang bahwa proses belajar terjadi jika pserta didik
mampu memaksimalkan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap yaitu:
a. Memperhatikan stimulus yang diberikan
b. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang
sudah dipahami.
Menurut Ausubel peserta didik akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipersentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta
didik (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa. Advamced organizer konsep atau informasi umum yang
mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer
memberikan tiga manfaat yaitu:
a. Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari.
b. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang
dipelajari dan yang akan dipelajari.
c. Dapat membantu siswa untuk memenuhi bahan belajar secara lebih mudah.
Ausubel mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar, yaitu: Pertama,
belajar dengan penemuan yang bermakna. Kedua, belajar dengan ceramah yang
bermakna. Ketiga, belajar dengan penemuan yang tidak bermakna. Keempat, belajar
dengan ceramah yang tidak bermakna.8
8
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Hal.50-51.
13
belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses institutive kemudian dapat menghasilkan suatu kesimpulan
(discovery learning).
Dalam teori belajarnya, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri atau kesimpulan
tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap, yaitu : Pertama, tahap
informasi ialah tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru.
Kedua, tahap transformasi ialah tahap memahami, mencerna dan menganalisi
pengetahuan baru seta ditransformasikan dalam entuk baru yang mungkin bermanfaat
untuk hal-hal yang lain. Dan Ketiga, tahap evaluasi ialah untuk mengetahui apa hasil
transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Teori belajar Bruner ini dalam aplikasinya sangat membebaskan siswa untuk
belajar sendiri. Karena itulah teori Bruner ini dianggap sangat cenderung bersifat
discovery (belajar dengan cara menemukan).Disamping itu juga terdapat pengulangan-
pengulangan maka desain ini disebut dengan kurikulum spiral Bruner.
9
Al Rasyidin, Wahyudin Nur Nasution, Teori belajar & Pembelajaran (Medan: Perdana Publishing, 2011),
Hal. 37-39.
14
kognitif siswa. Keadaan internal menunjukkan pengetahuan dasar (yang berkaitan
dengan bahan ajar), sedangkan proses kognitif menunjukkan bagaimana kemampuan
siswa mengelola mencerna bahan ajar.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikat nya merupakan prinsip
umum baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau
membimbing siswa belajar terdapat Tindakan sebagaimana tingkatan belajar tersebut
terbagi dalam Kedelapan tipe yaitu:
a. Belajar isyarat (Signal Elearning) yaitu Tipe belajarnya dilakukan dengan
merespons suatu isyarat. Jadi, respons yang dilakukan itu bersifat umum,
kabur dan emosional.
b. Belajar Stimulus-respons (Stimulus Respons Elearning) yaitu tipe
belajarnya S-R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu
hubungan S-R. Misalnya, mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itu
disebut ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi
(S-R bond.
c. Belajar rangakaian (Chaining) yaitu semacam rangkaian antar S-R yang
bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motoric, sperti Gerakan
dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau Gerakan verbal seperti
selamat tinggal, bapak-ibu.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation) yaitu hubungan yang terbentuk jika
unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang
lain. Misalnya, suatu kamlimat “ unsur itu berbangun limas”. Seseorang
dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalua ia mengetahui
berbagai bangun, seperti balok, kubus, ataupun kerucut.
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning) tipe belajar ini adalah
pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai
bentuk wajah, waktu, Binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
f. Belajar Konsep (Concept Learning) merupakan konsep simbol berpikir.
Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan
konsep ini digolongkan Binatang bertulang belakang menurut ciri-ciri
khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung dan ikan.
Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau
kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan
membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
g. Belajar Aturan (Rule Learning) yaitu tipe belajarnya terdapat dalam semua
pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut
dalam segitiga sam dengan 180 derajat. Belajar aturan mirip dengan verbal
chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui
artinya. Oleh karena itusetiap dalil atau rumus yang dipelajari harus
dipahami artinya.
h. Belajar Pemecahan Masalah (Problema Solving Learning) yaitu
pemecahan masalah nya dilakukan dengan menghubungkan berbagai
urusan yang relevan dengan masalah itu. 10
10
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Hal.52-54.
15
Kedelapan tipe belajar tersebut ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan
prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya, perlu
dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai
semua konsep dalam aturan itu.
Menurut Gagne ada tiga tahap dalam belajar yaitu: Pertama, persiapan untuk
belajar dengan melakukan Tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan
mendapatkan Kembali informasi. Kedua, Pemerolehan dan unjuk perbuatan
(performasi) digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan
Kembali, respon, dan penguatan. Ketiga, alih belajar (transfer of learning) yaitu
pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum.11
11
Al Rasyidin, Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar & Pembelajaran (Medan: Perdana Publishing,2011),
Hal.44.
12
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Hal.56-58
16
1. Tahap pengalaman kongkret
2. Tahap pengamalan aktif dan reflektif
3. Tahap konseptualisasi
4. Tahap eksperimentasi aktif
b. Pandangan Honey dan Mumford Terhadap Belajar
Honey dan mumford menggolong-golongkan orang yang belajar ke dalam
empat macam golongan yaitu:
1. Kelompok aktivis
2. Kelompok reflektor
3. Kelompok teoritis
4. Kelompok pragmatis
c. Pandangan Hubernas terhadap Belajar
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud disini adalah lingkungan alam
maupun lingkungan social, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan
pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga yaitu:
1. Belajar Teknis (Tevhnica learning)
2. Belajar praktis (Practical learning)
3. Belajar emansipatoris (emancipatory learning)
d. Pandangan Bloom dan Krathwohl Terhadap Belajar
Mereka lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu(sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar.
Tujuan belajar yang dikemukakannyadirangkum dalam tiga kawasan yang dikenal
dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil
memberikan insipirasi kepada banyak pakar Pendidikan dalam mengembangkan
teori-teori maupun praktek pembelajaran. Dalam taksonomi Bloom ada tiga
kawasan yaitu:
1. Domain kognitif, terdiri dari 6 tingkatan yaitu: Pengetahuan (mengingat,
menghafal), Pemahaman (menginterpretasikan), Aplikasi (menggunakan
konsep untuk memecahkan masalah), Analisis (menjabarkan suatu
konsep), Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh), Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dll).
2. Domain psikomotor, terdiri dari 5 tingkatan yaitu: Peniruan (menirukan
gerak), Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak),
Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), Perangkaian (melakukan
beberapa Gerakan sekaligus dengan benar), Naturalisasi (melakukan gerak
secara wajar).
3. Domain afektif, terdiri dari 5 tingkatan yaitu: Pengamalan (ingin
menerima, sadar akan adanya sesuatu), Merespon (aktif berpartisipasi),
Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu),
Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya), Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagin dari
pola hidupnya).13
e. Pandangan Carl Rongers terhadap Belajar
Carl Rongers berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat
15
berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta
didik.
15
Oleh karena itu, menurut teori belajar humanism bahwa motivasi belajar harus
bersumber pada diri peserta didik.
Carl Rongers membedakan dua ciri belajar, yaitu: Pertama, belajar yang
bermakna. Dan Kedua, belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna
terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan
peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek
perasaan peserta didik.
16
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk peserta didik bahwa belajar adalah tanggungbjawab
peserta didik itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.15
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah pendidik tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik
15
Makmum Khairani, Psikologi Belajar (yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), Hal.74-77
17
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi peserta didik, dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide
dan dengan mengajak peserta didik agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara
pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar.
2. Teori belajar Behaviorisme ialah teori yang menekankan pada apa yang dilihat,
yaitu tingkah laku tidak memperhatikan apa yang terjadi dalam pikiran manusia.
3. Teori belajar Kognitivisme ialah teori yang menyatakan bahwa proses belajar
terjadi karena ada variable penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
4. Teori belajar Humanisme ialah teori yang proses belajar nya harus dimulai dan
ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori belajar
ini lebih bersifat abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, psikoterapi, dari pada bidang kajian-kajian psikologi belajar.
5. Teori belajar konstrutivisme ialah teori pembelajaran yang bersifat generative,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan maka
dari itu, kami meminta kritik dan saran kepada pembaca untuk membangun lebih baik
lagi mengenai makalah ini. Semoga makalah ini bisa menjadi referensi dan wawasan
unruk para pembaca pada umumnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyidin, Wahyudin Nur Nasution. 2011. Teori Belajar & Pembelajaran. Medan: Perdana
Publishing.
Khairani, Makmum. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Afiatin, T. 2007. Strategi Pembelajaran dengan Paradigma Student Centered Learning
(makalah dalam Lokakarya Peningkatan Pembelajaran melalui SCL, FPISB UII.
Yogyakarta
Mahmud, 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Adlan, Aidin, 2002. Hubungan Sikap Guru terhadap Matematika dan Motivasi Berprestasi
dengan Kinerja, Jakarta : Matahari
20