Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI BELAJAR PERILAKU

Disusun Oleh :

Anggita Auni (20030174001)

Niken ayu Ningtiyas (20030174002)

Sofyan Rahardian Dewantara (20030174006)

Ulinnuha Purwoningtiyas (20030174021)

Nur Hanifah (20030174031)

Alifia Rachma Putri (20030174041)

Cika Noviana Putri (20030174050)

Mata Kuliah :
Teori Belajar

Dosen Pengampu :
Drs. Ismail, M.pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan makalah
yang berjudul “Teori Belajar Perilaku” dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Teori Belajar Perilaku” dan sengaja dipilih karena menarik
perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli
terhadap proses pembelajaran.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Ismail, M.Pd., selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Belajar yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 6 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Definisi Teori Belajar Perilaku ......................................................................................................... 3
1. Teori Belajar Menurut Ivan Pavlov .................................................................................................. 4
2. Teori Belajar Menurut E.L. Thorndike : Hukum Perilaku ........................................................... 6
3. Teori Belajar Menurut Skinner ..................................................................................................... 7
B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Perilaku .............................................................................................. 9
1. Konsekuensi - konsekuensi ............................................................................................................... 9
2. Kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi ....................................................................... 10
3. Pembentukan (shaping) ................................................................................................................... 10
C. Kelebihan dan Kekurangan teori belajar perilaku ........................................................................... 11
1. Kelebihan ........................................................................................................................................ 11
2. Kekurangan ..................................................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan yang kita ketahui, sejak kecil kita sudah mengenal kata belajar, baik
belajar di lingkungan formal maupun non-formal. Manusia dituntut untuk belajar guna
membekali diri di masa sekarang maupun masa mendatang. Dalam kehidupan selalu terjadi
suatu proses belajar, baik disengaja atau tidak, disadari maupun tidak. Dari proses ini
diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut sebagai hasil belajar. Belajar yang sering
kita lakukan yaitu belajar formal yang kita temui di bangku sekolah. Untuk memperoleh
hasil yang optimal, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja juga
terorganisasi dengan baik dan rapi. Dengan belajar kita bisa mendapatkan informasi yang
aktual dan juga hal-hal yang belum kita ketahui. Untuk itu, tentunya kita harus mengetahui
apa definisi dari belajar dan macam-macam teori mengenai belajar itu sendiri.
Pengertian belajar bermacam-macam, secara tradisional pengertian belajar yang
dikemukakan oleh J. Nasution M.A. dalam buku Asas-asas kurikulum bahwa belajar
adalah pengumpulan sejumlah ilmu. Pendapat ini terlampau sempit dan hanya berpusat
pada mata pelajaran belaka. Belajar tidaklah demikian, Lester D. Crow dan Alice Crow
mengemukakan bahwa belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan
dan sikap. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan
suatu proses dimana guru melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman
edukatif untuk mrncapai suatau tujuan. Untuk dapat memahami dan mengerti apa belajar
itu, kita mempelajari beberapa teori tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Pada makalah ini, akan membahas mengenai teori belajar, khususnya teori belajar perilaku.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata, dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno,
2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnya memuat
ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Ada beberapa jenis
teori belajar yaitu: Burrhus Frederick Skinner, Jean Piaget, Taksonomi Bloom, Jonh
Dewey, Vygotsky, dan Robert M. Gagne. Teori belajar berguna untuk memudahkan

1
seorang guru dalam proses belajar mengajar agar membuat siswa lebih memahami
pelajaran sehingga pelajaran itu lebih bermakna dan teori belajar juga merupakan cara yang
dilakukan peserta didik dan guru dalam memperoleh maupun menyampaikan ilmu
pengetahuan melalui proses belajar atau mengajar. Teori belajar juga sangat bermanfaat
karena dengan teori belajar, guru juga lebih mengetahui bagaimana siswanya termasuk
bagaimana perilaku (sikap), pengetahuan, dan keterampilan siswanya dalam belajar.
Sehingga dengan demikian guru dapat mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang terdapat
dalam tingkat pemahaman siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari teori belajar perilaku?
2. Bagaimana prinsip-prinsip teori belajar perilaku ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori belajar perilaku ?
4. Apa saja implementasi dari teori teori belajar perilaku?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari teori belajar perilaku
2. Untuk mempelajari prinsip-prinsip teori belajar perilaku
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar perilaku
4. Untuk mengetahui dan mampu mengimplementasikan teori belajar perilaku.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Belajar Perilaku


Teori belajar perilaku adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah
laku pembelajar. Oleh karena itu teori belajar perilaku disebut juga teori belajar
behavioristik. Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon (Budiningsih, 2004). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat
berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun sudah
mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan
perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Dalam contoh diatas, stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman
kerja, atau cara – cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah
reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut
teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus),
dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin
kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap
dikuatkan. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya
ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut
merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar.Bila tugas – tugas
dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam
belajar.Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons.

3
Adapun tokoh tokoh teori belajar behavioristik :

1. Teori Belajar Menurut Ivan Pavlov


Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mempelopori
munculnya proses kondisioning responden (respondent conditioning) atau pengkondisian
atau persyaratan klasik (classical conditioning).

Classical conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang


ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan
netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan
ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala
kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya .Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan
arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai
dengan apa yang di inginkan.

Ivan Pavlov melakukan penelitian terhadap anjing yaitu melakukan pengamtan


terhadap keliuarnya air liur pada anjing. Pavlov melakukan eksperimen pertama dengan
meletakkan daging di dekat mulut anjing yang lapar dan respon anjing adalah
mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan kepada
anjing secara otomatis meskipun tanpa latihan. Dalam percobaan ini daging disebut
stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus) begitu juga dengan air liur yang
keluar secara otomatis akibat adanya maka respon tersebut disebut respon yang tidak
dikondisikan (unconditioned response). Pada eksperimen kedua Pavlov membunyikan
sebuah bel dan respon anjing tidak mengeluarkan air liur. Karena stimulus yang terjadi
tidak menimbulkan respon maka bel disebut stimulus netral (neutral stimulus). Pada
pengamatan ketiga Pavlov menggabungkan kedua stimulus, yaitu membunyikan bel dan
memberi daging pada anjing dan respon anjing adalah mengeluarkan air liur. Setelah
melakukan eksperimen ke tiga secara berulang ulang maka Pavlov melakukan eksperimen
ke empat dengan membunyikan bel tanpa memberi daging kepada anjing dan respon yang
terjadi anjing mengeluarkan air liur. Sehingga, Menurut eksperimen Pavlov jika bel
(neutral stimulus) dipasangkan dengan daging (unconditioning stimulus) dan dilakukan
secara berulang-ulang maka stimulus netral berubah menjadi stimulus yang tidak
terkondisikan dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respon anjing seperti
ketika ia melihat daging. Proses ini dinamakan clasicalmconditioning. (Baharudin, 2007 ;
58)

4
Dari eksperimen dengan mengunakan anjing tersebut Pavlov menemukan hukum
pengkodisian yaitu :
a. Pemerolehan (acquisition)

Yaitu membuat pasangan stimulus netral dengan stimulus tidak bersyarat berulang-
ulang hingga muncul respon bersyarat atau biasa disebut acquisition training (latihan
untuk memperoleh sesuatu)
b. Pemadaman (extinction)
setelah respon terbentuk, maka respon akan tetap ada
selama masih diberikan rangsangan bersyarat yang dipasangkan dengan rangsangan
yang tidak bersyarat. Kalau rangsangan tersebut diberikan dalam jangka waktu yang
lama tanpa ada penguat maka besar kemungkinan respon bersyarat tersebut menurun
atau padam.
c. Generalisasi dan dikriminasi
dimana respon bersyarat dapat dikenakan pada kejadian
lain dengan situasi yang mirip gejala ini disebut generalisasi stimulus dan begitu juga
sebaliknya dapat juga dilakukan pembedaan atau diskriminasi yang dikondisikan
dapat timbul melalui penguatan dan pemadaman.
d. Conditioning tandingan (counter conditioning)
pada kondtioning jenis ini respon
bersyarat yang khusus digantikan respon bersyarat yang lain yang baru dan
bertentangan, tidak saling cocok dengan respon bersyarat sebelumnya misalnya
respon bersyarat berupa perasaan tidak suka diganti dengan respon bersyarat perasaan
suka sehingga reaksi tersebut dapat disebut dengan incompatible atau saling
mengganti.

- Kelebihan Teori Pavlov


Kelebihan dari teori ini adalah, subjek dari teori ini membiasakan diri dengan kondisi-kondisi
tertentu sehingga pada akhirnya, pembiasaan ini menjadi suatu pola hidup yang dapat terjadi
secara tidak sadar. Teori ini juga baik diterapkan pada anak yang masih membutuhkan banyak
peran orang tua untuk belajar dengan banyak pengulangan.

- Kelemahan Teori Pavlov


Kelemahan dari teori ini adalah memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, tidak mengakui adanya kecerdasaan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedekimian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang di kuasai individu.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih

5
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari
luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif.

2. Teori Belajar Menurut E.L. Thorndike : Hukum Perilaku


Edward Lee Thorndike (1874-1949) Seorang pendidik & psikolog berkebangsaan
Amerika, mengemukakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat, sedang respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Teori belajar yang dikemukakan Thorndike sering
disebut dengan teori koneksionisme atau teori asosiasi.

Thorndike melakukan eksperimen menggunakan hewan kucing dengan cara kucing


yang telah dilaparkan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka
secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Serta
menaruh makanan yang diletakkan di luar sangkar. Pada percobaan tersebut kucing
memeberi respon dengan meloncat-loncat sampai tidak sengaja menyentuh kenop,
sehingga pintu sangkar terbuka lalu kucing lari menuju makanan yang diletakkan di luar
sangkar. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap respons
menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respons
lagi, demikian selanjutnya. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau
“selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan
membuat salah. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10
sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut
apabila di luar diletakkan makanan.

Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box)
diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya
kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (errors) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar
dari belajar adalah trials and errors learning atau selecting and connecting learning.

Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991; Resnick, 1981) mengemukakan bahwa


terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:

a. Hukum kesiapan (law of readiness),


Semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga
asosiasi cenderung diperkuat.
6
b. Hukum latihan (law of exercise)
Yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon sering terjadi, maka asosiasi itu akan
terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu
pengetahuan yang telah terbentuk akibat tejadinya asosiasi antara stimulus dan respon
yang dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat
c. Hukum akibat (law of effect)
Yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh kepuasan
maka asosiasi akan semakin meningkat.

- Kelebihan Teori Thondrike


1. Seseorang dapat dengan mudah menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya sehingga seseorang terbiasa mengembangkan pikiran nya oleh
karena itu teori ini sering disebut teori trial dan error

2. Dengan adanya sistem pemberian apresiasi (hadiah) maka akan timbul rasa senang
terhadap anak didik dan anak didik seperti memiliki sebuah pengalaman yang
berharga. Dengan ini anak didik akan lebih tertarik melakukan sesuatu yang dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya.

- Kelemahan Teori Thondrike


1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka
disamakan dengan hewan.
2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon.

3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka penegertian tidak


dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar.

4. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang


memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi
dan mengembangkan kemampuannya sendiri.

3. Teori Belajar Menurut Skinner


Burrhus Frederic Skinner (1904- 1990) merupakan tokoh behavioris berkebangsaan
Amerika serikat dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) , dia
menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning . Gaya mengajar
guru dilakukan secara searah & dikontrol melalui pengulangan (drill) & latihan (exercise).
Manajemen kelas menurut Skinner berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior
modification ) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi

7
penghargaan pada perilaku yang diinginkan & tidak memberi ingatan apa pun pada
perilaku yang tidak tepat.

Skinner melakukan eksperimen dengan memasukkan tikus yang telah dilaparkan


dalam kotak yang disebut Skinner box, kemudian binatang tersebut akan akan menekan
sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperoleh penguatan dalam
bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk
perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat
pertama kali masuk kedalam Box, yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya
sambil melihat-lihat kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut
tikus menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus
melakukanhal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian
makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentudengan
penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akanbelajar bahwa setiap
kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikustersebut akan sering kali
mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadamanatau penghilangan dengan
menghilangkan penguatannya.

Sehingga disimpulkan pengetahuan yang terbentuk melalaui stimulus-respon akan


semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi 2 yaitu
penguatan positif & penguatan negative. Bentuk –bentuk penguatan positif antara lain
:hadiah, permen, kado, makanan, perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol) atau penghargaan. Bentuk –bentuk
penguatan negative berupa menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.

- Kelebihan Teori Skinner


1. Menghargai semua pekerjaan anak didik sehingga anak didik lebih termotivasi
untuk menyelesaikan semua masalahnya.
2. Menghilangkan sistem hukuman, sehingga tidak menimbulkan trauma pada anak
didiknya
3. Membentuk lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
- Kelemahan Teori Skinner
1. Dengan dihilangkan sistem hukuman akan menurunkan tingkat kedisiplinan
anak didik.
2. Menyulitkan kegiatan belajar karena anak didik menyepelekan pelajaran.
3. Kekeliruan dalam menetapkan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan anak didik.
8
4. Kesalahan dalam reinforcement positif dengan penggunaan rangking Juara di
kelas.

B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Perilaku


Beberapa prinsip yang melandasi teori-teori perilaku antara lain :

1. Konsekuensi - konsekuensi
Prinsip yang paling penting dari teori-teori belajar perilaku ialah, bahwa perilaku
berubah menurut konsekuensi - konsekuensi langsung.Konsekuensi-konsekuensi yang
menyenangkan “memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang
tidak menyenangkan “melemahkan” perilaku. Bila seekor tiukus yang lapar menerima
butiran makanan waktu ia menekan sebuah papan, tikus itu akan menekan papan itu
lebih kerap kali. Tetapi bila tikus itu menerima denyutan listrik, tikus itu akan menekan
papan itu makin berkurang, atau berhenti sama sekali.
Ada beberapa konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan antara lain :

a. Reinforser – reinforser
Reinforser-reinforser dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu primer dan
sekunder. Reinforser primer memuaskan kebutuhan - kebutuhan dasar manusia,
misalnya makanan, air, keamanan, kemesraan, dan seks. Reinforser sekunder
merupakan reinforser yang memperoleh nilainya setelah diasosiasikan dengan
reinforser primer atau reinforser lainnya yang sudah mantap. Uang baru mempunyai
nilai bagi seorang anak bila ia mengetahui, bahwa uang itu dapat digunakannya untuk
membeli makanan, misalnya. Angka-angka dalam rapor baru mempunyai nilai bagi
siswa, bila orang tuanya memberikan perhatian dan penilaian, dan pujian orang tua
mempunyai nilai sebab pujian itu terasosiasi dengan kasih saying, kemesraan, dan
reinforser-reinforser lainnya. Uang dan angka rapor adalah contoh-contoh reinforser
sekunder, sebab keduanya tidak mempunyai nilai sendiri, melainkan baru
mempunyai nilai setelah diasosiasikan dengan reinforser primer atau reinforser
lainnya yang lebih mantap.
Ada tiga kategori dasar reinforser sekunder yaitu reinforsr sosial (pujian,
senyuman, atau perhatian), reinforser aktivitas (pemberian mainan, permainan, atau
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan), dan reinforser simbolik (uang, angka,
bintang, atau points yang dapat ditukarkan untuk reinforser-reinforser lainnya). Hal
ini merupakan hal - hal yang sering diberikan pada siswa-siswa. Reinforser-reinforser
ini disebut reinforser positif, dan berupa pujian, angka, dan bintang. Tetapi, ada
kalanya untuk memperkuat perilaku ialah dengan membuat konsekuensi perilaku
pelarian dari situasi yang tidak menyenangkan, misalnya, seorang guru dapat
membebaskan para siswa dari pekerjaan rumah, jika mereka berbuat baik dalam
9
kelas.Jika pekerjaan rumah diangap siswa sebagai suatu tugas yang tidak
menyenangkan, maka bebas dari pekerjaan rumah ini merupakan
reinforser.Reinforser-reinforser yang berupa pelarian dari situasi yang tidak
menyenangkan disebut reinforser negative.
Suatu prinsip perilaku penting ialah kegiatan yang kurang diingini dapat
ditingkatkan dengan menggabungkannya pada kegiatan-kegiatan yang lebih
disenangi atau diingini. Sebagai contoh misalnya, seorang guru berkata pada
muridnya “Jika kamu telah selesai mengerjakan soal ini, kamu boleh keluar.” atau
“Bersihkan dahulu mejamu, nanti Ibu bacakan cerita.” Kedua contoh ini merupakan
contoh-contoh dari suatu prinsip yang dikenal dengan Prinsip Premack (Premack,
1965).

b. Hukuman (punisher)
Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut hukuman.
Para teoriwan perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini.Ada yang
berpendapat, bahwa hukuman itu hanya temporer, bahwa hukuman menimbulkan
sifat menentang atau agresi.Ada pula teoriwan-teoriwan yang tidak setuju dengan
pemberian hukuman. Pada umumnya mereka setuju bahwa hukuman itu hendaknya
digunakan, bila reinforsemen telah dicoba dan gagal, dan bahwa hukuman diberikan
dalam bentuk selunak mungkin, dan hukuman hendaknya selalu digunakan sebagai
bagian dari suatu perencanaan yang teliti, tidak dilakukan karena frustasi.

2. Kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi


Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah bahwa konsekuensi
konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari
pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya.
Prinsip kesegeraan konsekuensi-konsekuensi ini penting artinya dalam kelas.
Khususnya bagi murid-murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera setelah anak
itu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, dapat merupakan suatu reinforser yang
lebih kuat dari pada angka yang diberikan kemudian.

3. Pembentukan (shaping)
Selain kesegeraan dari reinforsemen, apa yang akan diberi reinforsemen juga
perlu diperhatikan dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian
tujuan dengan memberikan reinforsemen pada langkah-langkah yang menuju pada
keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik yang disebut pembentukan. Istilah
pembentukan atau “shaping” digunakan dalam teori-teori belajar perilaku dalam
mengajarkan keterampilan-keterampilan baru atau perilaku - perilaku dengan

10
memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang
diinginkan.

C. Kelebihan dan Kekurangan teori belajar perilaku

1. Kelebihan
a. Sangat cocok dalam memperoleh kemampuan yang butuh praktek dan pembiasaan

Dalam teori belajar perilaku / teori behavioristik menekankan pada pengarahan dan
bimbingan yang diberikan secara terus menerus sehingga dapat membuat peserta didik
paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik. Dengan bimbingan yang
dilakukan telaten serta disiplin maka peserta didik akan memiliki memori jangka
panjang dalam materi yang disampaikan tersebut dan pada tahap tertentu dapat
menjadi sebuah kebiasaan,
b. Materi yang diberikan sangat detail

Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan
banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan
mampu mengikuti setiap pembelajarannya. Karena pemberian materi yang detail
maka peserta didik tidak hanya mengerti akan sebuah pengetahuan yang disampaikan
terbentuk tetapi juga mengetahui darimana asal mula materi / pengetahuan yang
disampaikan tersebut, sehingga siswa tidak hanya tahu tetapi paham akan materi
yang dibicarakan. Hal ini membantu siswa untuk dapat mengimplementasikan materi
jika diberikan sebuah permasalahan yang berbeda dari materi yang telah disampaikan
karena siswa mengetahui proses terbentuknya materi tersebut.
c. Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan
membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Dengan
adanya penguatan maka siswa akan berusaha mengikuti proses penguatan tersebut
sehingga dapat membangun konsentrasi pikiran. Misalnya, pemberian post-test pada
setiap pertemuan dengan batas waktu yang telah ditentukan membuat siswa
memberikan respon berupa mempelajari materi untuk pertemuan tersebut
sebelumnya, sehingga konsentrasi pikiran siswa saat pembelajaran berlangsung akan
meningkat karena sudah mempelajari materi yang disampaikan serta tidak mudah
bosan atau mengantuk mengingat dia harus tetap berkonsentrasi untuk melaksanakan
post-test. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga
peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik. Hukuman yang bersifat
membangun seperti diberikan sebuah pertanyaan terkait materi yang disampaikan
sehingga konsentrasi berpikir siswa akan terbangun.
11
2. Kekurangan
a. Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru

Dalam teori belajar perilaku atau teori behavioristik memusatkan pada arahan dan
bimbingan sehingga Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa
yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Hal tersebut menyebabakan Peserta didik cenderung pasif dan
tidak dapat bereksplorasi dengan mengatakan ataupun menuangkan ide serta
pemikirannya. Mereka hanya focus pada bimbingan yang diberikan.
b. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru

Pembelajaran seperti ini bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena


menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.
c. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa
peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus
menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak
menyukai guru dan bahkan malas belajar.

D. Implementasi dari Teori Belajar Perilaku


Implementasi teori belajar perilaku ini (behaviorisme) secara umum melihat sosok
atau pun kualitas manusia dari aspek kinerjanya atau perilaku yang dapat dilihat secara
empirik. Inti dari teori behavioris ini terletak pada upaya memahami perilaku secara
totalnya. pada teori ini seseorang dianggap telah belajar jika ia sudah bisa menunjukkan
perubahan perilakunya. Teori behavioris merupakan salah satu teori yang memiliki
kontribusi cukup signifikan dalam proses pembelajaran. Teori ini juga adalah teori yang
selama ini dipakai oleh kebanyakan guru di negara Indonesia sendiri. Hingga kini teori ini
yang masih tetap merajai praktek pembelajaran yang ada di Indonesia. Pembentukan
perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement (hukuman) masih
sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pada negara ini.

Suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil menurut teori ini ditentukan oleh
adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh para siswa/i. Indikasi
adanya suatu keberhasilan menurut teori ini adalah adanya perubahan tingkah laku yang
nyata dalam kehidupan peserta didik. Perubahan tidak dilihat dari perspektif
intelektualnya saja tetapi lebih pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari atau
kehidupan sosialnya. Dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, tetap, pasti,
12
dan tidak berubah. Pengetahuan menurut teori ini sudah sangat terstruktur secara rapi
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang telah belajar atau siswa.

Pada kegiatan pembelajaran yang menganut teori ini seorang siswa/siswi


diharapkan harus mempunyai pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang sudah
diajarkan. Serta dalam proses belajar dan pembelajarannya cukup terlihat bahwa yang
cenderung memiliki keaktifan adalah hanya seorang guru. Disini seorang murid dalam
kegiatan belajar mengajar cenderung bersifat pasif dan harus mematuhi serta
mempercayai bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan disampaikan guru adalah suatu
kebenaran yang tidak bisa diubah maupun diganggu gugat.

Teori behaviorisme juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier,


konvergen, tidak produktif dan tidak kreatif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar
tidak sekedar pembentukan atau shaping. Oleh karena itu, implikasi dari teori
behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang
bebas bagi para siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis
dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka sendiri.

Teori belajar behavioristik ini menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang
menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Menurut
Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut yaitu:

1. Teori belajar behavioristik beranggapan yang dinamakan belajar adalah perubahan


tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku.
2. Teori ini beranggapan yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons,
karena hal ini yang dapat diamati, sedangkan apa yang terjadi dianggap tidak penting
karena tidak dapat diamati.
3. Penguatan yaitu apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons merupakan faktor
penting dalam belajar. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa ke arah yang
lebih baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami peserta didik yang beranjak dewasa.
Perkembangan perilaku merupakan objek pengamatan dari aliranaliran behaviorisme.
Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku ini
merupakan bagian.
13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :

Teori belajar perilaku atau teori belajar behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku
yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan
dengan tingkah laku pembelajar. Dengan menggunakan teori dari para tokoh seperti Ivan
Pavlov, E.L. Thorndike, dan Skinner.

1. Prinsip-prinsip teori belajar perilaku yaitu :


 Konsekuensi-konsekuensi, yang di bagi menjadi Reinforser -reinforser dan
hukuman.
 Kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi.
 Pembentukan (shaping).

2. Memiliki kelebihan serta kekurangan seperti :


Kelebihan
 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan.
 Materi yang diberikan sangat detail.
 Membangun konsentrasi pikiran.
Kekurangan
 Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru.
 Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.
 Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

3. Implementasi dari teori belajar perilaku ini ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah
laku yang nyata dalam kehidupan peserta didik. Perubahan tidak dilihat dari perspektif
intelektualnya saja tetapi lebih pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari atau
kehidupan sosialnya. Dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, tetap, pasti, dan
tidak berubah.

B. Saran
Sebaiknya, kita selaku calon pendidik pada nantinya dapat menerapkan teori belajar perilaku
kepada peserta didik, akan tetapi tetap harus diimbangi dengan teori teori belajar lainnya agar
tercipta peserta didik yang berkualitas

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9534836/Teori_Belajar_Perilaku, Diakses pada tanggal 7 Februari


2021

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
behavioristik-dan-humanistik-2/, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021

http://psycholocious.blogspot.com/2013/11/eksperimen-skinner-operant-conditioning.html,
Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
https://intanwidyasaricom.wordpress.com/2019/02/04/48/, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021

https://oktavianipratama.wordpress.com/makalah-makalah/teori-belajar-ivan-petrovich-pavlov/,
Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
http://digilib.uinsby.ac.id/6464/2/Bab%201.pdf, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021

http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-
perilaku.html#:~:text=Teori%20belajar%20perilaku%20adalah%20upaya,disebut%20juga%20te
ori%20belajar%20behavioristik, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021

https://anwar-math.blogspot.com/2014/10/kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar.html?m=1,
Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
Referensi : Ibrahim, Hervino. 2012. Mister Physics Education
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-
perilaku.html#:~:text=Prinsip%20yang%20paling%20penting%20dari,tida,
%20menyenangkan%20%E2%80%9Cmelemahkan%E2%80%9D%20perilaku, Diakses pada
tanggal 7 Februari 2021

15

Anda mungkin juga menyukai