Disusun Oleh :
Mata Kuliah :
Teori Belajar
Dosen Pengampu :
Drs. Ismail, M.pd.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan makalah
yang berjudul “Teori Belajar Perilaku” dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Teori Belajar Perilaku” dan sengaja dipilih karena menarik
perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli
terhadap proses pembelajaran.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Ismail, M.Pd., selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Belajar yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan yang kita ketahui, sejak kecil kita sudah mengenal kata belajar, baik
belajar di lingkungan formal maupun non-formal. Manusia dituntut untuk belajar guna
membekali diri di masa sekarang maupun masa mendatang. Dalam kehidupan selalu terjadi
suatu proses belajar, baik disengaja atau tidak, disadari maupun tidak. Dari proses ini
diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut sebagai hasil belajar. Belajar yang sering
kita lakukan yaitu belajar formal yang kita temui di bangku sekolah. Untuk memperoleh
hasil yang optimal, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja juga
terorganisasi dengan baik dan rapi. Dengan belajar kita bisa mendapatkan informasi yang
aktual dan juga hal-hal yang belum kita ketahui. Untuk itu, tentunya kita harus mengetahui
apa definisi dari belajar dan macam-macam teori mengenai belajar itu sendiri.
Pengertian belajar bermacam-macam, secara tradisional pengertian belajar yang
dikemukakan oleh J. Nasution M.A. dalam buku Asas-asas kurikulum bahwa belajar
adalah pengumpulan sejumlah ilmu. Pendapat ini terlampau sempit dan hanya berpusat
pada mata pelajaran belaka. Belajar tidaklah demikian, Lester D. Crow dan Alice Crow
mengemukakan bahwa belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan
dan sikap. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan
suatu proses dimana guru melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman
edukatif untuk mrncapai suatau tujuan. Untuk dapat memahami dan mengerti apa belajar
itu, kita mempelajari beberapa teori tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Pada makalah ini, akan membahas mengenai teori belajar, khususnya teori belajar perilaku.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata, dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno,
2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnya memuat
ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Ada beberapa jenis
teori belajar yaitu: Burrhus Frederick Skinner, Jean Piaget, Taksonomi Bloom, Jonh
Dewey, Vygotsky, dan Robert M. Gagne. Teori belajar berguna untuk memudahkan
1
seorang guru dalam proses belajar mengajar agar membuat siswa lebih memahami
pelajaran sehingga pelajaran itu lebih bermakna dan teori belajar juga merupakan cara yang
dilakukan peserta didik dan guru dalam memperoleh maupun menyampaikan ilmu
pengetahuan melalui proses belajar atau mengajar. Teori belajar juga sangat bermanfaat
karena dengan teori belajar, guru juga lebih mengetahui bagaimana siswanya termasuk
bagaimana perilaku (sikap), pengetahuan, dan keterampilan siswanya dalam belajar.
Sehingga dengan demikian guru dapat mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang terdapat
dalam tingkat pemahaman siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari teori belajar perilaku?
2. Bagaimana prinsip-prinsip teori belajar perilaku ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori belajar perilaku ?
4. Apa saja implementasi dari teori teori belajar perilaku?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Adapun tokoh tokoh teori belajar behavioristik :
4
Dari eksperimen dengan mengunakan anjing tersebut Pavlov menemukan hukum
pengkodisian yaitu :
a. Pemerolehan (acquisition)
Yaitu membuat pasangan stimulus netral dengan stimulus tidak bersyarat berulang-
ulang hingga muncul respon bersyarat atau biasa disebut acquisition training (latihan
untuk memperoleh sesuatu)
b. Pemadaman (extinction)
setelah respon terbentuk, maka respon akan tetap ada
selama masih diberikan rangsangan bersyarat yang dipasangkan dengan rangsangan
yang tidak bersyarat. Kalau rangsangan tersebut diberikan dalam jangka waktu yang
lama tanpa ada penguat maka besar kemungkinan respon bersyarat tersebut menurun
atau padam.
c. Generalisasi dan dikriminasi
dimana respon bersyarat dapat dikenakan pada kejadian
lain dengan situasi yang mirip gejala ini disebut generalisasi stimulus dan begitu juga
sebaliknya dapat juga dilakukan pembedaan atau diskriminasi yang dikondisikan
dapat timbul melalui penguatan dan pemadaman.
d. Conditioning tandingan (counter conditioning)
pada kondtioning jenis ini respon
bersyarat yang khusus digantikan respon bersyarat yang lain yang baru dan
bertentangan, tidak saling cocok dengan respon bersyarat sebelumnya misalnya
respon bersyarat berupa perasaan tidak suka diganti dengan respon bersyarat perasaan
suka sehingga reaksi tersebut dapat disebut dengan incompatible atau saling
mengganti.
5
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari
luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif.
Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box)
diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya
kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (errors) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar
dari belajar adalah trials and errors learning atau selecting and connecting learning.
2. Dengan adanya sistem pemberian apresiasi (hadiah) maka akan timbul rasa senang
terhadap anak didik dan anak didik seperti memiliki sebuah pengalaman yang
berharga. Dengan ini anak didik akan lebih tertarik melakukan sesuatu yang dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya.
7
penghargaan pada perilaku yang diinginkan & tidak memberi ingatan apa pun pada
perilaku yang tidak tepat.
1. Konsekuensi - konsekuensi
Prinsip yang paling penting dari teori-teori belajar perilaku ialah, bahwa perilaku
berubah menurut konsekuensi - konsekuensi langsung.Konsekuensi-konsekuensi yang
menyenangkan “memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang
tidak menyenangkan “melemahkan” perilaku. Bila seekor tiukus yang lapar menerima
butiran makanan waktu ia menekan sebuah papan, tikus itu akan menekan papan itu
lebih kerap kali. Tetapi bila tikus itu menerima denyutan listrik, tikus itu akan menekan
papan itu makin berkurang, atau berhenti sama sekali.
Ada beberapa konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan antara lain :
a. Reinforser – reinforser
Reinforser-reinforser dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu primer dan
sekunder. Reinforser primer memuaskan kebutuhan - kebutuhan dasar manusia,
misalnya makanan, air, keamanan, kemesraan, dan seks. Reinforser sekunder
merupakan reinforser yang memperoleh nilainya setelah diasosiasikan dengan
reinforser primer atau reinforser lainnya yang sudah mantap. Uang baru mempunyai
nilai bagi seorang anak bila ia mengetahui, bahwa uang itu dapat digunakannya untuk
membeli makanan, misalnya. Angka-angka dalam rapor baru mempunyai nilai bagi
siswa, bila orang tuanya memberikan perhatian dan penilaian, dan pujian orang tua
mempunyai nilai sebab pujian itu terasosiasi dengan kasih saying, kemesraan, dan
reinforser-reinforser lainnya. Uang dan angka rapor adalah contoh-contoh reinforser
sekunder, sebab keduanya tidak mempunyai nilai sendiri, melainkan baru
mempunyai nilai setelah diasosiasikan dengan reinforser primer atau reinforser
lainnya yang lebih mantap.
Ada tiga kategori dasar reinforser sekunder yaitu reinforsr sosial (pujian,
senyuman, atau perhatian), reinforser aktivitas (pemberian mainan, permainan, atau
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan), dan reinforser simbolik (uang, angka,
bintang, atau points yang dapat ditukarkan untuk reinforser-reinforser lainnya). Hal
ini merupakan hal - hal yang sering diberikan pada siswa-siswa. Reinforser-reinforser
ini disebut reinforser positif, dan berupa pujian, angka, dan bintang. Tetapi, ada
kalanya untuk memperkuat perilaku ialah dengan membuat konsekuensi perilaku
pelarian dari situasi yang tidak menyenangkan, misalnya, seorang guru dapat
membebaskan para siswa dari pekerjaan rumah, jika mereka berbuat baik dalam
9
kelas.Jika pekerjaan rumah diangap siswa sebagai suatu tugas yang tidak
menyenangkan, maka bebas dari pekerjaan rumah ini merupakan
reinforser.Reinforser-reinforser yang berupa pelarian dari situasi yang tidak
menyenangkan disebut reinforser negative.
Suatu prinsip perilaku penting ialah kegiatan yang kurang diingini dapat
ditingkatkan dengan menggabungkannya pada kegiatan-kegiatan yang lebih
disenangi atau diingini. Sebagai contoh misalnya, seorang guru berkata pada
muridnya “Jika kamu telah selesai mengerjakan soal ini, kamu boleh keluar.” atau
“Bersihkan dahulu mejamu, nanti Ibu bacakan cerita.” Kedua contoh ini merupakan
contoh-contoh dari suatu prinsip yang dikenal dengan Prinsip Premack (Premack,
1965).
b. Hukuman (punisher)
Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut hukuman.
Para teoriwan perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini.Ada yang
berpendapat, bahwa hukuman itu hanya temporer, bahwa hukuman menimbulkan
sifat menentang atau agresi.Ada pula teoriwan-teoriwan yang tidak setuju dengan
pemberian hukuman. Pada umumnya mereka setuju bahwa hukuman itu hendaknya
digunakan, bila reinforsemen telah dicoba dan gagal, dan bahwa hukuman diberikan
dalam bentuk selunak mungkin, dan hukuman hendaknya selalu digunakan sebagai
bagian dari suatu perencanaan yang teliti, tidak dilakukan karena frustasi.
3. Pembentukan (shaping)
Selain kesegeraan dari reinforsemen, apa yang akan diberi reinforsemen juga
perlu diperhatikan dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian
tujuan dengan memberikan reinforsemen pada langkah-langkah yang menuju pada
keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik yang disebut pembentukan. Istilah
pembentukan atau “shaping” digunakan dalam teori-teori belajar perilaku dalam
mengajarkan keterampilan-keterampilan baru atau perilaku - perilaku dengan
10
memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang
diinginkan.
1. Kelebihan
a. Sangat cocok dalam memperoleh kemampuan yang butuh praktek dan pembiasaan
Dalam teori belajar perilaku / teori behavioristik menekankan pada pengarahan dan
bimbingan yang diberikan secara terus menerus sehingga dapat membuat peserta didik
paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik. Dengan bimbingan yang
dilakukan telaten serta disiplin maka peserta didik akan memiliki memori jangka
panjang dalam materi yang disampaikan tersebut dan pada tahap tertentu dapat
menjadi sebuah kebiasaan,
b. Materi yang diberikan sangat detail
Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan
banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan
mampu mengikuti setiap pembelajarannya. Karena pemberian materi yang detail
maka peserta didik tidak hanya mengerti akan sebuah pengetahuan yang disampaikan
terbentuk tetapi juga mengetahui darimana asal mula materi / pengetahuan yang
disampaikan tersebut, sehingga siswa tidak hanya tahu tetapi paham akan materi
yang dibicarakan. Hal ini membantu siswa untuk dapat mengimplementasikan materi
jika diberikan sebuah permasalahan yang berbeda dari materi yang telah disampaikan
karena siswa mengetahui proses terbentuknya materi tersebut.
c. Membangun konsentrasi pikiran
Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan
membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Dengan
adanya penguatan maka siswa akan berusaha mengikuti proses penguatan tersebut
sehingga dapat membangun konsentrasi pikiran. Misalnya, pemberian post-test pada
setiap pertemuan dengan batas waktu yang telah ditentukan membuat siswa
memberikan respon berupa mempelajari materi untuk pertemuan tersebut
sebelumnya, sehingga konsentrasi pikiran siswa saat pembelajaran berlangsung akan
meningkat karena sudah mempelajari materi yang disampaikan serta tidak mudah
bosan atau mengantuk mengingat dia harus tetap berkonsentrasi untuk melaksanakan
post-test. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga
peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik. Hukuman yang bersifat
membangun seperti diberikan sebuah pertanyaan terkait materi yang disampaikan
sehingga konsentrasi berpikir siswa akan terbangun.
11
2. Kekurangan
a. Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru
Dalam teori belajar perilaku atau teori behavioristik memusatkan pada arahan dan
bimbingan sehingga Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa
yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Hal tersebut menyebabakan Peserta didik cenderung pasif dan
tidak dapat bereksplorasi dengan mengatakan ataupun menuangkan ide serta
pemikirannya. Mereka hanya focus pada bimbingan yang diberikan.
b. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru
Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa
peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus
menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak
menyukai guru dan bahkan malas belajar.
Suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil menurut teori ini ditentukan oleh
adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh para siswa/i. Indikasi
adanya suatu keberhasilan menurut teori ini adalah adanya perubahan tingkah laku yang
nyata dalam kehidupan peserta didik. Perubahan tidak dilihat dari perspektif
intelektualnya saja tetapi lebih pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari atau
kehidupan sosialnya. Dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, tetap, pasti,
12
dan tidak berubah. Pengetahuan menurut teori ini sudah sangat terstruktur secara rapi
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang telah belajar atau siswa.
Teori belajar behavioristik ini menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang
menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Menurut
Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut yaitu:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :
Teori belajar perilaku atau teori belajar behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku
yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan
dengan tingkah laku pembelajar. Dengan menggunakan teori dari para tokoh seperti Ivan
Pavlov, E.L. Thorndike, dan Skinner.
3. Implementasi dari teori belajar perilaku ini ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah
laku yang nyata dalam kehidupan peserta didik. Perubahan tidak dilihat dari perspektif
intelektualnya saja tetapi lebih pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari atau
kehidupan sosialnya. Dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, tetap, pasti, dan
tidak berubah.
B. Saran
Sebaiknya, kita selaku calon pendidik pada nantinya dapat menerapkan teori belajar perilaku
kepada peserta didik, akan tetapi tetap harus diimbangi dengan teori teori belajar lainnya agar
tercipta peserta didik yang berkualitas
14
DAFTAR PUSTAKA
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
behavioristik-dan-humanistik-2/, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
http://psycholocious.blogspot.com/2013/11/eksperimen-skinner-operant-conditioning.html,
Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
https://intanwidyasaricom.wordpress.com/2019/02/04/48/, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
https://oktavianipratama.wordpress.com/makalah-makalah/teori-belajar-ivan-petrovich-pavlov/,
Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
http://digilib.uinsby.ac.id/6464/2/Bab%201.pdf, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-
perilaku.html#:~:text=Teori%20belajar%20perilaku%20adalah%20upaya,disebut%20juga%20te
ori%20belajar%20behavioristik, Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
https://anwar-math.blogspot.com/2014/10/kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar.html?m=1,
Diakses pada tanggal 7 Februari 2021
Referensi : Ibrahim, Hervino. 2012. Mister Physics Education
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-
perilaku.html#:~:text=Prinsip%20yang%20paling%20penting%20dari,tida,
%20menyenangkan%20%E2%80%9Cmelemahkan%E2%80%9D%20perilaku, Diakses pada
tanggal 7 Februari 2021
15