Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI BEHAVIORISTIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Nur Anisa S.Pd., M.Pd.

Disusulkan Oleh kelompok 1:

1. Niken Ayu Pramesthi 210412624045


2. Nabila Shakira Salsabilla 210412624035
3. Mochammad Zakarya Mudzaky 210412624074
4. Maylaffaiza Ega Reygisa Prasetyo 210412624077
5. Muhammad Raihan Dermawan 210412624097

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Muhammad, Pencipta Yang Maha Esa,
Pemilik jiwa dan ruh seluruh makhluk hidup, Rasulullah saw, kepada seluruh umat
manusia di dunia dan di akhirat, ditujukan hanya bagi mereka yang dianggap
menjadi panutan dan penerus. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti
ajarannya hingga hari kiamat. Penulis berdoa semoga kita semua dalam Rahmat dan
Karunia-Nya serta dapat bermanfaat bagi orang banyak dalam kehidupan kita
sehari-hari, tidak sedikit ruang dan waktu, Amin.

Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik” ini,


tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Ibu Nur Anisa S.Pd., M.Pd. selaku Dosen dalam Proses Belajar Mengajar.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, dan editor
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan
makalah selanjutnya. Semoga Allah SWT selalu membalas kebaikan yang kalian
berikan. Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua yang membaca makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................................... 6
2.1 Teori Belajar yang berpijak pada Pandangan Behaviorisme......................................... 6
2.2 Belajar Menurut Teori Behavioristik ........................................................................... 10
2.3 Aplikasi Teori Belajar Behaviorisme Dalam Pembelajaran ......................................... 10
2.4 Kelebihan serta Kekurangan Teori Behavioristik ....................................................... 13
BAB III: PENUTUP .............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar dan belajar terus menjadi topik yang menarik ketika
mempelajari ilmu perilaku. Bagaimana proses pembelajaran benar-benar
bekerja dan bagaimana pembelajaran seharusnya berlangsung adalah topik
yang menarik bagi pendidik, guru, orang tua, konselor, dan mereka yang
terlibat dalam manajemen perilaku. Ketika belajar merupakan kegiatan yang
kompleks dan kompleks, belajar menjadi lebih kompleks dan kompleks
karena tujuan belajar adalah untuk merangsang (stimulate) dan memicu
(encourage) kegiatan belajar. Oleh karena itu, hasil belajar adalah tujuan
dan belajar adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar adalah proses upaya sadar yang dilakukan individu untuk
beralih dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari merasa tidak mampu menjadi
mampu melakukan sesuatu. Belajar bukan hanya pengetahuan yang
diberikan atau penggambaran informasi yang diberikan. Tetapi bagaimana
individu dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengubah atau
memodifikasi hasil belajar yang mereka terima menjadi pengalaman yang
bermanfaat bagi kepribadian mereka?
Belajar adalah suatu sistem yang membantu individu belajar dan
berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori adalah
seperangkat prinsip yang terdiri dari peristiwa-peristiwa tertentu di dunia
nyata. Teori adalah seperangkat preposisi yang berisi ide, konsep, prosedur,
dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling terkait yang
diperiksa, dianalisis, diuji, dan dibuktikan kebenarannya. Menurut dua
pendapat di atas, teori adalah seperangkat prinsip tentang peristiwa yang
mengandung ide, konsep, prosedur, dan prinsip yang kebenarannya dapat
dipelajari, dianalisis, dan diuji.
Teori belajar adalah teori yang didalamnya terdapat prosedur
penerapan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, suatu rancangan
bagaimana pembelajaran berlangsung di dalam dan di luar kelas. Teori
belajar selalu dimulai dari segi psikologi belajar. Untuk itu, dalam
pembahasan ini penulis menguraikan teori psikologi belajar berdasarkan
pandangan behavioris dan penerapannya dalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behaviorisme?
1.2.2 Bagaimana definisi belajar menurut pandangan teori Behaviorisme?
1.2.3 Apa saja kekurangan dan kelebihan dari teori Behaviorisme?
1.2.4 Bagaimana Aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengerti dan memahami mengenai teori pembelajara Behavioristik
1.3.2 Mampu mengkaji hakikat belajar menurut teori Behavioristik
1.3.3 Mengetahui apasaja yang menjadi kelemahan serta kelebihan teori
Behavioristik
1.3.4 Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori
Behavioristik dalam sistem pembelajaran
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar yang berpijak pada Pandangan Behaviorisme

Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar. Dalam
teori psikologi belajar, terdapat tiga aliran besar yaitu: psikologi behaviorisme,
psikologi kognitif, dan psikologi humanistik. Behaviorisme merupakan salah satu
pendekatan untuk memahami perilaku individu. dengan menggunakan metode
pelatihan, pembiasan, dan pengalaman. Pandangan ini menekankan bahwa perilaku
harus dijelaskan dengan pengalaman-pengalaman yang terobservasi, bukan oleh
proses mental. Jadi, peristiwa belajar berarti untuk melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai oleh individu.
Unsur – unsur Pandangan Behaviorisme :
- Bersifat mekanistis
- Menekankan peranan lingkungan
- Mementingkan pembentukan respon
- Menekankan pentingnya Latihan
- Mementingkan hasil belajar

a) Teori Behavioristik menurut Thorndike


Teori ini memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah
adanya asosiasi atau menghubungkan anatara kesan indra (stimulus) dengan
dorongan yang muncul untuk bertindak (respons) yang disebut dengan connecting.
Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar, yaitu:

 Hukum Kesiapan (Law of readiness)


Kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu stimulus yang dihadapi sehingga
reaksi tersebut menjadi memuaskan.
- Jika individu siap melakukan tindakan, maka melakukan tindakan itu akan
menimbulkan kepuasan. Contoh : Peserta didik yang merasa sangat siap
menghadapi ujian denga belajar keras, maka mengikuti ujia merupakan suatu
tindakan yang menyenangkan karena dapat mengerjakan dengan benar.
- Jika individu siap melakukan tindakan, maka tidak melakukan tindakan akan
menimbulkan kekesalan.
- Jika individu tidak siap melakukan tindakan, maka melakuka tindakan akan
menimbulkan kekesalan.
Jadi dalam melakukan suatu perbuatan (belajar) akan dicapai hasil yang
memuaskan apabila individu siap menerima dan melakukan sesuatau dengan tidak
ada hambatan.

 Hukum Latihan (Law of Exercise)


Prinsip dalam hukum latidan ini adalah tingkat frekuensi untuk
mempraktikan (seringnya menggunakan hubungan stimulus-respons), sehingga
hubungan tersebut seakin kuat. Hukum ini mengenai istilah law of use dan law of
desuse.
- makin sering hubunga stimulus dan respon dilakukan maka akan makin kuat
koneksinya (law of use).
- jika hubungan antara stimulus dan respons dihentikan untuk periode tertentu,
maka koneksinya akan melemah (law of dis-use).

 Hukum Akibat (Law of effect)


Suatu tindakan atau tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan yang
menyenangkan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diulangi, diingat, dan dipeljari
dengan sebaik-baiknya. Suatu tindakan atau tingkah laku yang mengakibatkan
suatu keadaan tidak menyenangkan (tidak cocok dengan tuntutan situasi) akan
dihilangkan atau dilupakan. tingkah laku ini terjadi secara otomatis.

b) Teori Behaviorisme menurut Skinner


B.F. Skinner terkenal dengan teori Pengkondisian operan (operant
conditioning), yaitu suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi perilaku
menghasilkan berbagai kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Penggunakaan
frekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku
itulah yang disebut dengan pengondisian operan ( Slavin, 1996). Prinsip teori
skinner ini adalah penguatan, hukum, dan konsekuensi.
1. Penguatan (reinforcement),
Penguatan adalah suatu konsekuensi yang meningkatkan peluang terjadinya
suatu perilaku. Menurut skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan
perilaku diperlukan penguatan (reirforcement). Ada dua jenis penguatan, yaitu:
penguatan positif dan penguatan negative (Santrock 2008).
1) Penguatan positif (positive reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi
dari suatu respons akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang
mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat
karena diikuti oleh stimulus menyenangkan.
2) Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respons akan meningkat karena diikuti dengan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku
yang diharapkan akan meningkat karena diikuti stimulus yang tidak
menyenangkan.
2. Hukuman (Punishment)
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang
tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah
laku. Proses punishment dapat digunakan sebagai berikut, Menurut Kazdin, ada dua
aspek dalam punishment.
1) Sesuatu yang tidak menyenangkan (aversive) muncul setelah sebuah repons
atau yang disebut dengan arrive stimulus. Misalkan seorang guru yang
menjewer siswa yang selalu ramai dikelas.
2) Sesuatu yang positif setelah sebuah respon tidak muncul, sesuatu yang tidak
menyenangkan mengikuti perilaku yang tidak diinginkan
Banyak penganut aliran behaviorisme awal yakni bahwa hukuman sangat efektif
untuk mengurangi prilaku yang bermasalah dan secara khusus bisa efektif
mengurangi prilaku yang bermasalah dan secara khusus berguna ketika siswa
kelihatanya kurang memiliki motivasi untuk mengubah prilakunya.

c) Teori Behaviorisme menurut Pavlov


Ivan Pavlov terkenal dengan teori kondisionig klasik (classical conditioning),
yaitu sejenis pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk
menghubungkan atau mengasosiasikan stimulus dengan respon. Untuk memahami
teori kondisioning klasik secara menyeluruh perlu dipahami bahwa ada dua jenis
stimulus dan dua jenis respon. Dua jenis stimulus tersebut adalah stimulus yang
tidak terkondisi (unconditioned stimulus-UCS), yaitu stimulus yang secara
otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran apapun. Dan
stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), Yaitu stimulus yang sebelumnya
bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi setelah
diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi.
Dua respons tersebut adalah respons yang tidak terkondisi (unconditioned
respons-UCR), yaitu sebuah respons yang tidak dipelajari secara otomatis
disebabkan oleh stimulus yang tidak terkondisi. Dan respon terkondisi (conditioned
respon-CR), yaitu sebuah respons yan dipelajari terhadap stimulus yang terkondisi
yang terjadi setelah stimulus tidak terkondisi dipasangkan dengan stimulus
terkondisi.
Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengondisian klasik
Pavlov adalah generalisasi, diskriminasi, dan pelemahan (Santrock, 2008)

- Generalisasi. Melibatkan kecendrungan dari stimulus baru yang serupa dengan


stimulus terkondisi asli untuk menghasilkan respons serupa. Contoh : seorang
peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek pada mata
pelajaran fisika. Ketika mempersiapakan ujian statistika peserta didik tersebut akan
merasakan gugup karena kedua pelajaran tersebut sama-sama berupa hitungan.
Jadi, kegugupan peserta didik tersebut karena hasil generalisasi dari melakukan
ujian mata pelajaran satu dengan yang lainya mirip.

- Diskriminasi. Organisme merespons stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang


lainnya. Contoh : dalam melaksanakan ujian dikelas yang berbeda, peserta didik
tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian bahasa indonesia dan
sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.

- Pelemahan(extinction). Proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara


menghilangkan stimulus tak terkondisi. Contoh : kritikan guru yang terus-menerus
pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar.
Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan
sangat termotivasi belajar.

Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk


mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk
termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta
didik.

d) Teori behaviorisme menurut E.R. Guthrie


Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan
rangkaian tingkah laku yang terdiri atas unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini
merupakan respns-respons dari stimulus sebelumnya dan kemudian unit respons
tersebut menjadi stimulus yang kemudian akan menimbulkan respons bagi unit
tingkah laku yang berikutnya. Demikian seterusnya sehingga merupakan deretan
tingkah laku yang terus-menerus. Jadi, proses terbentuknya rangkaian tingkah laku
tersebut terjadi dengan kondisioning melalui proses asosiasi antara unit tingkah
laku yang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip
belajar pembentukan tingkah laku ini disebut “law of Association”.
Menurut Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak baik harus
dilihat dari rentetan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk
menghilangkan atau mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan tingkah
laku yang seharusnya.
Selain dengan cara diatas, Guthrie menyarankan tiga metode untuk
mengubah tingkah laku yaitu:
1. Metode respons bertentangan (Incompatible Respons Method). Cara mengubah
tingkah laku dengan jalan memberikan stimulus yang dapat menimbulkan reaksi
yang berlawanan drngan reaksi yang akan dihilangkan.
2. Metode membosankkan (Exhaustion Method). Contoh, anak kecil suka menghisap
rokok. Mereka disuruh merokok terus sampai bosan dan setelah bosan, mereka akan
berhenti merokok dengan sendirinya.
3. Metode mengubah lingkungan (Change of Enviromental Method). Contoh, anak
bosan belajar, maka lingkungan belajarnya dapat diubah-ubah sehingga ada suasana
lain dan memungkinkan mereka senang belajar

2.2 Belajar Menurut Teori Behavioristik


Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari
interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa
menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Contoh, seorang anak mampu berhitung
penjumlahan dan pengurangan, meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih
belum bisa mempraktekkan penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakan belajar
karena ia belum menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar.
Dalam teori Behavioristik, yang terpenting itu adalah masukan atau input yang
berupa stimulus serta output yang berupa respon.
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat respon. Jika penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon akan tetap dikuatkan. Misal
jika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan, maka ia
akan lebih giat belajarnya (positive reinforcement). Apabila tugas-tugas dikurangi
justru akan meningkatkan aktifitas belajarnya (negative reinforcement). Jadi
penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambah)
atau dihilangkan (dikurang) untuk memungkinkan mendapat respon.

2.3 Aplikasi Teori Belajar Behaviorisme Dalam Pembelajaran


Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran, perlu dipahami
terlebih dulu mengenai prinsip belajar menurut teori behaviorisme (Mukminan,
1997). Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena
hubungan stimulus dan respons., sedangkan proses yang terjadi antara stimulus dan
respons, yang tidak dapat diamati itu tidak penting.
3. Perlunya Reinforcement untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Respons
akan semakin kuat jika reinforcement (baik positif maupn negative) ditambah.
Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah hubungan
stimulus dan respons.

Dengan demikian, agar pembelajaran di kelas menjadi efektif, hendaknya gguru


perlu memerhatikan hal-hal berikut:
1. Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada peserta
didik agar dapat memberikan respons yang diharapkan.
2. Guru hendaknya menentukan jenis respons yang harus dimunculkan oleh peserta
didik.
3. Guru perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan perilaku yang
diharapkan muncul dari peserta didik.
4. Guru hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung, sehingga si
belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum.

Metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran antara lain: ceramah,
demonstrasi, dimana aktivitas ada pada guru sedangkan peserta didik pasif
menerima sesuai yang diberikan guru.
1. Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Enam strategi pengondisian operan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
yang diinginkan, yaitu:
a. Memilih penguat yang efektif
Guru harus mampu menemukan penguat mana yang berhasil paling baik untuk
setiap peserta didiknya, yaitu membedakan setiap individu dalam menggunakan
penguat tertentu.
b. Membuat penguat menjadi bergantung pada tepat waktu
Agar penguat efektif, guru harus memberikan penguat secara tepat waktu dan
segera mungkin setelah anak menampilkan perhilaku tertentu yang diharapkan.
c. Pilih jadwal terbaik untuk penguatan
Guru harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai dengan tuntutan perilaku
peserta didik yang diharapkan guru.
d. Pertimbangkan untuk membuat kontrak
Analisis perilaku terapan menyarankan bahwa kontrak kelas seharusnya merupakan
hasil masukan dari guru maupun peserta didik. Pembuatan kontrak melibatkan
pembuatan ketergantungan penguatan secara tertulis.
e. Gunakan penguatan negative secara efektif
Penguatan negative, meningkatkan frekuensi respons dengan menghilangkan
stimulus yang tidak disukai. Contoh: stimulus guru yang sering mengkritik jawaban
serta pertanyaan peserta didik harus dihilangkan agar frekuensi bertanya dan
frekuensi menjawab semakin meningkat.
f. Gunakan arahan dan pembentukan
Arahan merupakan stimulus ditambahkan sebelum terjadinya kemungkinan
peningkatan respons yang diinginkan. Jika arahan belum mampu membuat peserta
didik menampilkan perilaku yang diharapakan, guru perlu membantu dengan
pembentukan.

2. Mengurangi perilaku yang tidak diinginkan


Ada beberapa langkah yang dapat digunakan guru untuk mengurangi perilaku
peserta didik yang tidak diinginkan (Alberto & Troutman dalam Santrock, 2008) :
a. Gunakan penguatan Diferensial
Gdalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan
apa yang dilakukan anak tersebut. Contoh: guru dapat memperkuat peserta didik
untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan computer dari pada
computer hanya dipakai untuk memainkan game.
b. Gunakan penguatan Diferensial
Tanpa disengaja guru memberikan penguatan positif yang justru membuat perilaku
peserta didik yang tidak diharapkan semakin terpelihara. Dengan demikian, guru
harus segera menghentikan penguatan positif tersebut agar perilaku yag tidak
diharapkan menurun atau hilang dan guru memberikan peguatan positif lagi setelah
perilaku yang diharapkan muncul.
c. Hilangkan stimulus yang diinginkan
Jika memberikan penguatan tetap tidak berhasil meingkatkan respons diharapkan,
penghilangan stimulus yang diinginkan harus dilakukan oleh guru, dengan cara
time-out dan respons-cost. Time out adalah penghentian penguatan positif terhadap
seseorang untuk sementara, yaitu hamper sama dengan penghentian penguatan,
yang berbeda adalah waktu penghilangan penguatan positif lebih lama sampai
terbentuk lagi perilaku yang diinginkan.
d. Biaya respons (Respons cost)
Adalah menjauhkan atau mengambil penguatan-penguatan positif dari seseorang,
seperti peserta didik kehilangan hak istimewa tertentu. Biasanya biaya respons
melibatkan sejumlah sanksi atau denda.
e. Hadirkan stimulus yang tidak disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru adalah teguran
verbal serta disertai dengan kerutan dahi atau kontak mata. Tindakan ini lebih
efektif digunakan ketika guru berada dekat dengan peserta didik.

2.4 Kelebihan serta Kekurangan Teori Behavioristik

 Kelebihan Teori Behavioristik


 Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
belajar.
 Murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
 Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya
tahan.
 Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung.

 Kekurangan Teori Behavioristik


 Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan teori ini.
 Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
 Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
 Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
 Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
 Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai
center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan maslah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada
perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon.
Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian,
penguatan, dan Operant conditioning.
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

B. Saran
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode dan teori yang tepat,
sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu sebagai
calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari teori-teori pembelajaran yang
ada, agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.

Karwono. Mularsih, Heni. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.

Anda mungkin juga menyukai