Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AKHIR PSIKOLOGI

UMUM

Disusun Oleh:
Novita D. Datusalam (232303086)

Dosen Pengampu:
Muhammad Erwan Syah, S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIDN. 0514039002

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD
YANI YOGYAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Kepada Bapak Muhammad Erwan Syah, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dan juga
kepada asisten dosen Bapak Muhammad Imam Abdulmu’min. Kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan yang diberikan
kepada saya untuk mengikuti mata kuliah yang dipandu oleh Bapak Muhammad
Erwan Syah, S.Psi., M.Psi., Psikolog, serta dibantu oleh asisten dosen, Bapak
Muhammad Imam Abdulmu'min. Mata kuliah ini tidak hanya memberikan
pengetahuan yang berharga, tetapi juga memperkaya pemahaman kami tentang
bidang psikologi. Bapak Muhammad Erwan Syah, sebagai dosen pengampu mata
kuliah ini, telah memberikan bimbingan yang sangat berharga, tidak hanya dalam
konteks akademik, tetapi juga dalam pengembangan diri secara pribadi.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada asisten dosen, Bapak
Muhammad Imam Abdulmu’min, yang telah membantu kami dalam menjalani
perjalanan belajar ini. Bapak Imam telah memberikan dukungan dan panduan
yang sangat berarti, dan kami sangat menghargai kontribusi Bapak dalam
membantu kami meraih pemahaman yang lebih baik. Kerja keras, dedikasi, dan
semangat Bapak Muhammad Erwan Syah serta Bapak Muhammad Imam
Abdulmu’min telah mendorong kami untuk meraih kesuksesan dalam mata kuliah
ini. Kami berharap agar ilmu dan pengalaman yang kami peroleh dalam mata
kuliah ini dapat bermanfaat dalam perjalanan akademik dan profesional kami di
masa depan.
Terima kasih sekali lagi kepada Bapak Muhammad Erwan Syah, S.Psi.,
M.Psi., Psikolog, dan Bapak Muhammad Imam Abdulmu’min atas segala
bimbingan dan dukungannya. Semoga Bapak selalu diberkati dalam menjalani
peran penting ini dalam membentuk generasi penerus yang berpengetahuan dan
siap untuk menghadapi tantangan di dunia psikologi.

Yogyakarta, 5 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Pengertian Belajar.........................................................................................4
B. Proses Belajar dan Memori...........................................................................6
C. Motivasi dan Pembelajaran.........................................................................10
D. Pembelajaran dan Pengembangan Keterampilan........................................11
E. Cara belajar dan prinsip belajar..................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata ‘belajar’ tentu tidak asing ditelinga setiap orang karena semua orang
pasti pernah belajar. Belajar bukan hanya berarti menempuh pendidikan
formal di sebuah instansi pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi, belajar bisa
dilakukan dari sumber mana saja. Berdasarkan kamus besar Bahasa
Indonesia, belajar bisa diartikan sebagai berusaha memperoleh kepandaian;
berlatih; dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Beberapa ahli juga mendefinisikan kata belajar dengan berbagai
pengertian. Menurut Walker dalam buku ‘Conditioning and Instrumental
Learning’, belajar didefinisikan sebagai perubahan perbuatan sebagai akibat
dari pengalaman.
Menurut C.T. Morgan, belajar adalah suatu perubahan yang relatif dalam
menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang
telah lalu. Sedangkan menurut Crow & Crow, belajar adalah upaya
pemerolehan kebiasaan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru. Teori adalah
seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh Mcalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat diKeachie dalam grendel 1991 : 5
(Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa
teori merupakan seperangkat proposisi yang didpelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya.
Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang
didalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara
guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di
kelas maupun di luar kelas. Latar belakang munculnya teori belajar karena
para ahli di bidang
pendidikan banyak melakukan penelitian tentang belajar dan pembelajaran
telah ditemukan fakta bahwa terdapat kesulitan atau hambatan dalam
menjelaskan proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan
pola pikir baru setiap individu sehingga mereka mendapatkan pengalaman
atau memori yang di ingat agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Proses
belajar dimulai sejak dini sampai manusia telah tiada. Setiap manusia
memiliki kapasitas proses belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu
munculah teori ini.
Pembelajaran adalah salah satu aspek kunci dalam perkembangan
manusia. Bagaimana manusia belajar, apa yang memotivasi mereka untuk
belajar, dan bagaimana informasi diproses dan dipahami adalah pertanyaan-
pertanyaan yang telah mendapat perhatian besar dari para ahli dan pendidik
selama bertahun-tahun. Teori-teori pembelajaran dan konsep-konsep terkait
merupakan pondasi penting dalam memahami dinamika di balik proses
pembelajaran manusia.
Seiring berjalannya waktu, pemahaman kita tentang pembelajaran telah
berkembang, dan berbagai teori telah muncul untuk menjelaskan bagaimana
manusia memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku baru. Setiap
teori membawa pandangan yang berbeda tentang proses pembelajaran,
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang mempengaruhi pembelajaran, dan
memberikan kerangka kerja bagi pendidikan dan pengembangan individu.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi berbagai teori pembelajaran
dan konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran manusia termasuk teori
behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan humanistik, serta konsep-
konsep seperti motivasi, pemrosesan informasi, dan pengembangan
keterampilan hidup. Pengetahuan tentang teori-teori ini adalah kunci dalam
merancang pendekatan pembelajaran yang efektif dan memahami berbagai
aspek dari proses pembelajaran individu.
Makalah ini akan memberikan pandangan menyeluruh tentang teori-teori
ini, menjelaskan prinsip-prinsip dasarnya, dan mencoba menghubungkan
teori- teori tersebut dengan praktik pendidikan dalam berbagai konteks.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang teori-teori pembelajaran,
pembaca
akan dapat menambah wawasan yang berguna untuk meningkatkan metode
pembelajaran dan pengajaran, serta membantu dalam pengembangan potensi
individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori belajar?
2. Apa saja teori yang membahas tentang konsep pembelajaran?
3. Mengapa dalam proses belajar terdapat karakteristik pendekatan?
4. Apa saja teori yang membahas tentang motivasi belajar?
5. Menjelaskan prinsip-prinsip dalam belajar
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu teori belajar?
2. Untuk mengetahui apa saja teori yang membahas tentang konsep
pembelajaran?
3. Untuk mengetahui mengapa dalam proses belajar terdapat karakteristik
pendekatan?
4. Untuk mengetahui apa saja teori yang membahas tentang motivasi belajar?
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam belajar
D. Manfaat Penulisan
Untuk memperluas pemahaman mengenai konsep belajar, prinsip,
motivasi dan penerapan-penerapannya. Dan penulisan ini diharapkan dapat
memberikan informasi-informasi dan pengetahuan kepada siswa maupun
mahasiswa yang membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu
secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari
sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas di sini
dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke
perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta
(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotorik).
Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat
manusia menurut pandangan john locke yaitu manusia merupakan organisme
yang pasif. Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih,
hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
Dari pandangan ini muncul aliran belajar behavioristik-elementeristik.
Sedangkan menurut Leibniz pandangan mengenai hakikat manusia adalah
organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan.
Pada dasarnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat
pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya
sendiri. Dari pandangan ini muncul aliran belajar yaitu belajar kognitif-holistik.
1. Teori Belajar Behaviorisme
Behavioristik dengan tokoh pendukungnya seperti J.B. Watson
(1878-1958), E.L. Thorndike (1874-1949), B.F. Skinner (1904), Ivan
Pavlov (1849-1936) memandang belajar adalah perubahan tingkah laku,
dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Tingkah laku yang
dimaksud ialah tingkah laku yang dapat diamati. Berfikir dan emosi tidak
termasuk dalam hal ini karena berfikir dan emosi tidak dapat diamati
secara langsung. Di antara kegiatan prinsipal behavioristik ialah setiap
anak lahir baik laki-laki maupun perempuan tanpa warisan kecerdasan,
bakat, perasaan, dan lain- lainnya. Semua kecakapan, kecerdasan, dan
perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontrak dengan alam
sekitar. Itulah sebabnya
behavioristik berkeyakinan bahwa dalam belajar yang paling berperan
adalah refleks, yaitu reaksi jasmaniah yang dianggap tidak memerlukan
kesadaran mental. Kegiatan belajar adalah kegiatan refleks yaitu reaksi
manusia, akan rangsangan-rangsangan yang ada sehingga peristiwa belajar
tidak lain adalah peristiwa melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai oleh anak laki-laki dan
perempuan yang memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan melalui
konstruksi sosial.
2. Teori Belajar Kognitivisme

Dalam arti luas, kognitif merupakan perolehan, penataan, dan


penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan
selanjutnya istilah kognitif menjadi popular dan salah satu wilayah atau
ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berkaitan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).
3. Teori Belajar Konstruktivisme
1. Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa peserta didik akan
dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya
pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada
kebutuhan, latar belakang dan minatnya.
2. Konstruktivisme menekankan bahwa pembelajar membangun
pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan
dan pengalaman.
3. Fokus pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, di mana
mereka aktif dalam proses pembelajaran.
4. Tokoh terkenal dalam teori ini adalah Jerome Bruner dan Lev
Vygotsky.
5. Pembelajaran berlangsung melalui eksplorasi, refleksi, dan
konstruksi pemahaman yang unik pada setiap individu.
4. Teori Belajar Humanistik
1. Humanisme menekankan peran kebebasan, kreativitas, dan
aktualisasi diri dalam pembelajaran.
2. Fokus pada pengembangan penuh potensi manusia dan pemenuhan
kebutuhan psikologis.
3. Tokoh terkenal dalam teori ini adalah Abraham Maslow dan Carl
Rogers.
4. Pembelajaran berlangsung ketika individu merasa diberi
kebebasan, dihargai, dan memiliki kendali atas pembelajaran
mereka sendiri.
5. Teori Belajar Kecerdasan Ganda
1. Teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner dan menyatakan bahwa
ada berbagai jenis kecerdasan, bukan hanya satu jenis kecerdasan
umum.
2. Gardner mengidentifikasi delapan kecerdasan yang berbeda,
termasuk kecerdasan linguistik, logika-matematis, spasial, musikal,
interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan naturalis.
3. Pembelajaran dikustomisasi berdasarkan jenis kecerdasan individu
untuk lebih efektif memfasilitasi perkembangan mereka sesuai
potensinya.
B. Proses Belajar dan Memori
Pada proses belajar terdapat karakteristik pembelajaran karena menurut
Robert S. Siegler Strategi dan teknik mengatakan bahwa ada tiga karakteristik
utama, yaitu:
1. Proses Berpikir (Thinking)

Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah


pemrosesan informasi. Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas
tentang apa itu penyandian (encoding), merepresentasikan, dan
menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang
melakukan proses berpikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah sesuatu
yang sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam Lingkungan, tugas, dan
tujuan. Tetapi, ada
batas kemampuan berpikir manusia ini. Individu hanya dapat
memperhatikan sejumlah informasi yang terbatas pada satu waktu, dan
kecepatan untuk memproses informasi juga terbatas.
2. Mekanisme Pengubah (Change Mechanism)

Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi


fokus utamanya adalah Pada peran mekanisme pengubah dan
perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat mekanisme yang bekerja
sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak:
encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.
a. Encoding (penyandian)

Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam


memori seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi
dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan Informasi
yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan
adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak
membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar
dapat menyandi secara otomatis. Ada enam konsep yang dikenal
dalam encoding, yaitu
1) Atensi adalah mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber
daya mental.
2) Pengulangan (rehearsal) adalah repetisi informasi dari waktu ke
waktu agar informasi lebih lama berada di dalam memori.
3) Pemrosesan mendalam setelah diketahui bahwa pengulangan
(rehearsal) bukan cara yang efisien untuk menyediakan informasi
untuk memori jangka panjang menyatakan bahwa kita dapat
memproses Informasi pada berbagai level.
4) Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam
penyandian.
5) Mengkonstruksi citra (image) Ketika kita mengkonstruksi citra
dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi.
6) Penataan apabila murid menata (mengorganisasikan) informasi
ketika mereka menyediakan, maka memori mereka akan banyak
terbantu.
b. Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi
dengan sedikit atau tanpa usaha. Peristiwa ini terjadi karena
pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis dalam
memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau
hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang
sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan ide
atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c. Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk
memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak
perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan
sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
d. Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari
langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses
generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan
konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu
melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.
3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam
tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau
mengetahui tentang mengetahui, yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu
pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif. Pengetahuan kognitif
melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada
saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar
menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat
memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.
Pengaruh memori dan peran belajar tanpa memori, manusia tidak
bisa belajar apa-apa. Memori mengacu pada proses psikologis
memperoleh, menyimpan, mempertahankan, dan kemudian mengambil
informasi. Informasi ini mengambil banyak bentuk yang berbeda, seperti
gambar, suara atau makna. Kemampuan memori atau ingatan sangat
dibutuhkan seseorang di dalam kehidupannya terutama dalam kegiatan
belajar, seperti yang dijelaskan oleh Atkinson et al (2001, 343), bahwa
segala macam belajar melibatkan ingatan, tanpa ingatan seseorang tidak
dapat mengingat sesuatu mengenai pengalamannya. Memori dapat
diartikan sebagai ingatan.
Ingatan merupakan proses menarik kembali Informasi yang telah
didapat sebelumnya (Slameto, 2003). Sedangkan kemampuan
menyimpan memori dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang
untuk menerima, memasukkan informasi, menyimpan dan menampilkan
kembali hal-hal yang telah diperoleh sebelumnya sesuai dengan
keinginan. Kemampuan memori bersifat relatif, di mana masing-masing
siswa memiliki kemampuan memori yang berbeda-beda, yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar secara berbeda pula.
Hubungan antara kemampuan memori dan hasil belajar siswa
ditunjukkan oleh Widiyanto (2010) dan Andreas Demetriou et al (2002),
yaitu kemampuan memori dapat berpengaruh pada hasil belajar
khususnya hasil belajar ranah kognitif siswa. Siswa dengan kemampuan
memori tinggi akan lebih cenderung memperoleh hasil belajar yang
tinggi pula. Kekuatan memori yang dapat menunjang prestasi belajar
siswa bergantung pada kekuatan dan pemrosesan input awal. Berkaitan
dengan input awal yang diterima, Ekwal dan Shanker dalam Paul Ginnis
(2008) menemukan bahwa orang umumnya dapat mengingat tentang
10% dari apa yang mereka baca, 20% dari apa yang mereka dengar, 30%
dari apa yang
mereka lihat, 50% dari apa yang mereka lihat dan dengarkan, 70% dari
apa yang mereka ucapkan, dan 90% dari apa yang mereka ucapkan dan
lakukan bersama-sama.
C. Motivasi dan Pembelajaran
Beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang
digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan
perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-
konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasikebiasaan,
dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu. Apabila dilihat dari sumber
kemunculannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik bersumber dari rangsangan
dari dalam diri atau tidak memerlukan rangsangan luar disebabkan adanya
rangsangan dari dalam diri individu, karena sesuai dengan kebutuhannya.
Misalnya seseorang ingin belajar sejarah agar mendapatkan pengetahuan yang
sesuai dengan minat dan urgensi dari ilmu tersebut maka faktor ini berasal dari
dalam dirinya sendiri.
1. Teori motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang timbul karena adanya
rangsangan dari luar individu, misalnya seseorang yang mengikuti
perlombaan karena ingin menjadi juara satu. Jadi keinginan untuk
menjadi juara satu merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu.
2. Teori motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik dan bergantung pada waktu dan konteks yang
mencirikan individu-individu pada suatu waktu dalam kaitannya
dengan aktivitas tertentu. Aktifitas yang sama bisa jadi secara intrinsik
motivasi orang yang berbeda. Hal itu dikarenakan motivasi intrinsik
bersifat kontekstual, dan dapat berubah seiring waktu.
3. Pengaruh motif pada belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak diamati secara
langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu
tingkah laku tertentu
4. Praktek motivasi dalam pembelajaran
Berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa motivasi
berpengaruh terhadap prestasi belajar khususnya pembelajaran PAI,
maka sudah semestinya motivasi perlu dipertimbangkan atau perlu
dikembangkan agar motivasi peserta didik dalam belajar PAI terus
meningkat. Apabila dianalisis lebih lanjut, implikasi dari teori Mc
Clelland dalam pembelajaran PAI.
Motivasi berprestasi (nAch) dalam proses pendidikan, peserta didik
bukan hanya diberikan pengetahuan saja melainkan juga diberikan
nilai-nilai yang bersumber dari agama, sosial, budaya, teknologi, dan
lain-lain. Selain itu lembaga pendidikan sudah menyusun sistem
penilaian belajar sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik. Hal
tersebut akan memacu peserta didik untuk berprestasi dalam setiap
proses pembelajaran termasuk pembelajaran PAI. Motivasi tersebut
secara tidak langsung menjadi tantangan dan hambatan yang harus
dilewati oleh peserta didik
D. Pembelajaran dan Pengembangan Keterampilan
a. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses di mana individu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, pemahaman, atau sikap baru melalui
pengalaman dan studi. Proses ini mencakup:
1. Penciptaan Pengetahuan
Pembelajaran melibatkan perolehan informasi baru, konsep, atau
prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks. Ini bisa
berupa belajar dari guru di sekolah, membaca buku, mengikuti
pelatihan, atau berinteraksi dengan orang lain.
2. Pengembangan Pemahaman
Pembelajaran juga melibatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang subjek atau topik tertentu. Ini mencakup kemampuan untuk
menganalisis, mensintesis, dan menerapkan pengetahuan dalam
pemecahan masalah.
3. Perubahan Sikap
Selain pengetahuan dan keterampilan, pembelajaran juga bisa
mencakup perubahan sikap atau nilai-nilai individu. Misalnya,
seseorang mungkin mengubah pandangannya tentang suatu isu setelah
mempelajari informasi yang lebih mendalam.
b. Pengembangan Keterampilan
Pengembangan keterampilan adalah upaya yang diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan individu dalam suatu bidang tertentu. Ini
mencakup:
1. Keterampilan Akademik
Ini termasuk keterampilan dasar seperti membaca, menulis,
berhitung, dan pemecahan masalah. Pengembangan keterampilan
akademik penting dalam pendidikan formal.
2. Keterampilan Praktis
Keterampilan ini melibatkan kemampuan untuk melakukan
tindakan tertentu dalam kehidupan sehari-hari, seperti memasak,
mengemudi, atau merawat taman. Meningkatkan keterampilan praktis
dapat mempermudah kehidupan sehari-hari.
3. Keterampilan Profesional
Keterampilan ini diperlukan dalam konteks pekerjaan dan karir.
Contohnya bisa mencakup pemrograman komputer, keterampilan
manajemen, berbicara di depan umum, atau keterampilan dalam seni
dan desain.
c. Hubungan Antara Pembelajaran dan Pengembangan Keterampilan
Pembelajaran adalah fondasi bagi pengembangan keterampilan.
Individu harus terlebih dahulu mempelajari konsep, teori, atau instruksi
sebelum mereka dapat mengembangkan keterampilan yang berkaitan.
Misalnya, seseorang harus memahami dasar-dasar pemrograman sebelum
mereka dapat mengembangkan keterampilan pemrograman yang lebih
lanjut. Selain itu, pengembangan keterampilan sering melibatkan latihan,
latihan, dan pengalaman praktis yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan dalam konteks tertentu. Penggabungan pembelajaran yang
efektif dengan pengembangan keterampilan dapat membantu individu
mencapai tujuan mereka dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam
pendidikan formal maupun dalam pengembangan karier.
E. Cara belajar dan prinsip belajar
Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi karena interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Ini mencakup kegiatan yang dilakukan
setiap waktu sesuai dengan keinginan individu, termasuk di lembaga
pendidikan formal, di rumah, di masyarakat, dan dalam berbagai lembaga
pendidikan ekstra seperti kursus, les privat, dan bimbingan studi. (Dalyono
2009). Dalam perspektif psikologi, belajar adalah proses dasar dalam
perkembangan hidup manusia. Melalui belajar, manusia mengalami
perubahan kualitatif dalam dirinya, yang memungkinkan perkembangan
tingkah laku. Belajar bukan hanya pengalaman, tetapi juga merupakan
aktivitas aktif dan integratif yang melibatkan berbagai bentuk perbuatan
untuk mencapai tujuan.
Dengan kata lain, cara belajar mencakup ragam aktivitas yang dilakukan
individu sepanjang hidupnya, dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan perkembangan pribadi. Belajar terjadi melalui interaksi
dengan lingkungan dan mempengaruhi perkembangan individu.
Ada 3 prinsip belajar yang utama yakni:
1. Classical Conditioning
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan kebangsaan Rusia
Classical
conditioning merupakan suatu proses belajar melalui pembiasaan
(conditioning) terhadap suatu objek dengan menitikberatkan pada proses
pemberian rangsang (stimulus) guna mendapatkan suatu respon tertentu
(stimulus and response relationship), tanpa menggunakan penguat
(reinforcement) Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan respon.
2. Instrumental (Operant)
Penelitian conditioning operant dimulai dengan sejumlah
eksperimen oleh Thorndike. Beliau berpendapat bahwa dalam
conditioning operant, hukum efek menyeleksi, dari sejumlah respon acak,
hanya respon yang diikuti oleh konsekuensi positif. Proses ini mirip
evolusi yang hukum kelangsungan hidup bagi yang terkuat memilih dari
sekumpulan variasi spesies acak, hanya perubahan yang meningkatkan
kelangsungan hidup spesies. Dengan begitu hukum efek meningkatkan
kelangsungan hidup spesies. Sebagai contoh, tikus yang berada di dalam
sangkar bereksplorasi dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-
benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya.
3. Cognitive Learning, terminologi kognisi (cognitive)
Cognitive learning dan terminologi kognisi mengarah pada
pemrosesan informasi mengenai lingkungan, yang diterima melalui
panca indera. Sedangkan learning mengarah pada perubahan perilaku
yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan ataupun pengalaman.
Cognitive learning adalah perubahan cara memproses informasi sebagai
hasil pengalaman atau latihan (Syarifuddin, 2011).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
terdapat berbagai teori pembelajaran yang memiliki pendekatan dan konsep
unik dalam memahami proses belajar manusia. Proses pembelajaran dapat
dilihat sebagai pemrosesan informasi, terutama dalam teori kognitivisme, di
mana individu aktif dalam mengolah informasi untuk mencapai pemahaman
yang lebih baik.
Motivasi memainkan peran kunci dalam pembelajaran, dengan motivasi
intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi hasil belajar. Keterampilan
hidup, termasuk keterampilan sosial, emosional, dan moral, penting dalam
perkembangan individu. Terdapat tiga prinsip utama belajar, yaitu Classical
Conditioning, Instrumental (Operant) Conditioning, dan Cognitive Learning.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang teori-teori ini, pendidik dan
individu yang belajar dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran mereka, sambil memahami pentingnya motivasi dan
pengembangan keterampilan hidup dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Bagi pembaca disarankan untuk menggali lebih dalam setiap teori
pembelajaran yang telah dijelaskan. Menggunakan studi kasus atau contoh
konkret juga akan membuat makalah lebih relevan.
Selanjutnya, penting untuk menjelaskan bagaimana teori-teori ini dapat
diterapkan dalam praktik pendidikan sehari-hari, serta menghubungkannya
dengan perkembangan teknologi dan tren dalam pendidikan. Disarankan juga
untuk mengingatkan pembaca tentang pentingnya penelitian lebih lanjut
dalam masing-masing teori atau konsep. Mengulas dampak sosial dari
berbagai pendekatan pembelajaran dan menyoroti pembelajaran seumur hidup
juga akan memperkaya makalah.
Terakhir, memberikan sumber daya tambahan atau referensi untuk
pengembangan lebih lanjut akan menjadi tambahan yang berguna bagi
pembaca yang ingin mendalami topik ini lebih lanjut. Keseluruhan saran-
saran ini akan memperkaya makalah dan menjadikannya lebih bermanfaat
bagi pembaca yang berminat dalam pemahaman mendalam tentang teori-teori
pembelajaran dan aplikasinya dalam pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah. (2019). Pendidikan Multikultural: Konsep, Strategi, dan Implementasi. PT


Remaja Rosdakarya
Christopher, G. (2018). Peranan Psikologi dalam Proses Pembelajaran Siswa di Sekolah.
Jurnal Warta, Edisi 58, ISSN 1829-7463.
Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta
Dany, A. I. (2015). Pengaruh Kebutuhan Prestasi, Kekuasaan, Dan Afiliasi Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
1912 Cabang Batu). Jurnal Administrasi Bisnis, 24(2).
Demetriou. (2002). Perkembangan proses mental: efisiensi, memori kerja, dan pemikiran.
Monog. sosial. Res. Pengembang Anak. 67 , 1–167.
Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. Ag. (2016). Buku strategi pembelajaran.
Elihami, and Abdullah Syahid. (2018). Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 2(1).
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah Uno. (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi.
Aksara.
Marinda, L. (2018). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Problematikanya pada
Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 3(1), 1-10
Mustika Habsari et al. (2012). Hubungan antara Kemampuan Memori dan Motivasi
Belajar Biologi dengan Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif Siswa SMA Negeri
2 Madiun Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi, 4(1), 89-96.
Nahar. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran.
Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), 1, 64. ISSN 2541-657X.
Neisser. (1976). Cognition and reality: Principles and implications of cognitive
psychology. W H Freeman/Times Books/ Henry Holt & Co.
Nurjan & Editor Wahyudi Setiawan. (2015). Psikologi Belajar. Penerbit WADE GROUP.
Nuryatno, (. A. (2008). Mazhab Pendidikan Kritis: Menyingkap Relasi Pengetahuan
Politik dan Kekuasaan. Yogyakarta: Resist Book.
Paul Ginnis. (2008). Trik dan Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian
Pengajaran di Kelas. Jakarta: Indeks
Qodir. (2017). Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal Pedagogik, 04(02), ISSN 2354-7960, E-ISSN 2528-5793.
Ridho et al. (2020). Teori motivasi mc clelland dan implikasinya dalam pembelajaran pai.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rita L. Atkinson dan Richard L. Atkinson. (2001). Pengantar Psikologi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Setyawan. (2012). Peran Keterampilan Belajar Kontekstual dan Kemampuan Empati
Terhadap Adversity Intelligence Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 9(1).
Siegler and Carey. (1989). Critical Thinking: A Semiotic Perpective. ERIC Journal.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syarifuddin. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya. TA’DIB, Vol. XVI, No. 01, Edisi Juni, 115.
Tria Meisya Ziti. (2019). Pengaruh Motivasi Kekuasaan, Motivasi Afiliasi, Dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Kinerja Karyawan PT X. Management and
Entrepreneurship Journal, 2(2), 71-82
Widyanto. (2010). Penerapan Laboratorium Riil dan Virtuil pada Pembelajarn Biologi
ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Memori Siswa. Thesis. Surakarta:
UNS

Anda mungkin juga menyukai