Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU : Ahmad Sholeh, S.Pd.I., M.Pd.

DI SUSUN OLEH :
Muhammad Farhan R (222410259)

Nazhifa (222410266)

Devi Indriani (222410256)

Mata Kuliah : Teori Belajar danPembelajaran

Kelas 3-D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang ,kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya ,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah dan
inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kewirausahaan yang
berjudul ”Teori Belajar Dan Pembelajaran”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini,untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.terlepas dari semua itu ,kami menyadari bahwa sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dai segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritikandari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi
pembaca.

Ttd

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut tampak dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan,
daya pikir dan kemampuan lainnya.Teori-teori tentang belajar dan pembelajaran tersebut
sangat perlu diketahui dan dipahami oleh para pendidik maupun calon pendidik, agar
mereka mampu memahami bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang baik,
sehingga mereka dapat mendidik para peserta didik dengan baik. Secara umum
berdasarkan orientasinya teori tentang belajar dan pembelajaran diklasifikasikan menjadi
empat yang meliputi teori belajar kognitif, teori belajar behavioristik, teori belajar
humanistik, teori belajar sosial dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Teori Belajar Humanistik?
2. Siapa Saja Tokoh Teori Belajar Humanistik?
3. Apa Saja Isi Teori Belajar Humanistik
4. Apa Saja Langkah Dan Implementasi Teori Belajar Humanistik?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Teori Belajar Humanistik
2. Untuk mengetahui Tokoh Teori Belajar Humanistik
3. Untuk mengetahui Isi Teori Belajar Humanistik
4. Untuk Mengetahui Langkah Dan Implementasi Teori Belajar Humanistik
Contents
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
1. Pengertian Teori Belajar Humanistik...............................................................................................5
2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik..........................................................................................7
1) Abraham Maslow........................................................................................................................7
2) Carl Rogers..................................................................................................................................8
3) Arthur Combs..............................................................................................................................8
3. Isi Teori Belajar Humanistik............................................................................................................8
1) Teori belajar humanistik Abraham Maslow.................................................................................8
2) Teori Belajar menurut Rogers....................................................................................................12
3) Arthur Combs............................................................................................................................14
4) Langkah dan Implementasi Teori Belajar Humanistik...................................................................14
BAB III..................................................................................................................................................18
KESIMPULAN.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Belajar Humanistik


Teori belajar humanistik pertama kali dicetuskan pada tahun 1940an oleh para
pekerja sosial, konselor, dan ahli psikologi klinik dan bukan merupakan hasil penelitian
dalam bidang proses belajar. Kemudian mulai tahun 1960-1970an muncul psikologi
pendidikan yang beraliran humanistik. Kata humanistic berasal dari kata human yang
berart manusia, kemudian diserap menjadi kata humanism yang berarti perikemanusiaan.
Penganut paham humanisme ini sering disebut dengan humanistik. Humanistik adalah
memandang manusia sebagai manusia, artinya makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan
fitrah fitrah tertentu. Sebagai mahkluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan
dan mengembangkan hidupnya dengan potensi potensi yang dimilikinya.
Teori humanisme berfokus pada sikap dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib
sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar
pencarian. Maka yang unik di dalam dunia yang tidak bermakna, berada sendirian
dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan, kematian, dan
kecenderungan mengaktualisasikan diri. Perkembangan kepribadian yang muncul
berdasarkan keunikan masing-masing individu. Dalam terapinya pendekatan ini
menyajikan kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan perkembangan.
Menghapus penghambat aktualisasi potensi pribadi. Membantu siswa menemukan
dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri, bertanggung
jawab atas arah kehidupannya sendiri.
Para ahli psikologi pendidikan berpandangan bahwa pada dasarnya pendidikan
humanistik bukan hanya suatu strategi belajar, tetapi sebagai sebuah filosofi belajar
yang sangat memperhatikan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh siswa, bahwa setiap
siswa memiliki cara sendiri dalam mengkonstruk pengetahuan yang dipelajarinya.
Tujuan teori humanistik adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dikatakanberhasil apabila siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dalam
proses belajar siswa diharapkan lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Aplikasi dari teori
humanistik belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat
eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi,
membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan
pendapatnya masing-masing di depan kelas.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang
mengerti terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Konsep utama dari pemikiran pendidikan humanistic menurut
Mangunwijaya adalah menghormati harkat dan martabat manusia.
Freire mengatakan; “Tidak ada dimensi humanistik dalam penindasan, juga
tidak ada proses humanisasi dalam liberalisme yang kaku. Pendidikan humanistik
diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi manusia yaitu mengembalikan
manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik makhluk. Maka, manusia “yang
manusiawi” yang dihasilkan oleh pendidikan yang humanistik diharapkan dapat
mengembangkan dan membentuk manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan
bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat
individualistik, egoistik, egosentrik dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia,
sifat menghormati dan dihormati, sifat ingin memberi dan menerima, sifat saling
menolong, sifat ingin mencari kesamaan, sifat menghargai hak -hak asasi manusia,
sifat menghargai perbedaan dan sebagainya.
2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik
1) Abraham Maslow
Bagi penganut teori humanistic, rangkaian pembelajaran berangkat dan
kembali kepada individu. Dan teori-teori belajar behavioristic, kognitif dan
kunstrukvistik, teori inilah yang paling abstrak, yang mendekati dunia filsafat.
Realistasnya pandangan ini membahas pembelajaran dan segala aspeknya dalam
kemasan paling ideal. Artinya pandanga ini menaruh minat pada pemikiran
pembelajaran yang paling ideal dan paling relevan dari pada pembelajaran pada
umumnya.
Maslow hidup di masa dimana banyak pandangan dan aliran psikologi baru
yang hadir sabagai cabang keilmuan. William James mengembangkan aliran
Fungsionalisme yang berkembang di Amerika. Di Jerman lahir psikologi gestalt,
di wina hadir Sigmund Freud serta aliran behaviorisme John B Watson yang mulai
popular di Amerika. Di tahun 1954 Abraham Maslow mempublikasikan karyanya
berapa buku dengan judul Motivation and Personality, dua aliran yang mendapat
tempat di perguruan tinggi Amerika ialah Sigmund Freud dengan Psikoanalisanya
dan John B. Watson dengan Behaviorismenya.
Sedangkan Maslow ialah psikolog yang oleh banyak pihak digelari sebagai
bapak psikologi humanistic. Kepopulerannya dapat ditemukan melalui
sumbangsihnya dalam ilmu geografi serta demografi. Berkat teori hierarki
kebutuhan yang dicetuskannya, namanya menjadi popular. Teori kebutuhan adalah
pemikiran kesehatan rohani berdasarkan pemenuhan kebutuhan alami manusia
guna pengaktuakisasian diri.
Maslow lahir di New York pada 1908, ia dikenal dengan jasanya
membidani lahirnya pandangan pengaktuliasasian diri. Ia wafat pada 1970 di
California, Amerika. Maslow adalah lelaki yang cerdas semasa kecil ia menjalani
hubungan yang kurang baik dengan ibundanya yang keras dan kerap melakukan
tingkah laku yang tidak ganjil. Ia menceritakan dirinya di waktu anak anak sebagai
pemalu namun gemar membaca buku. Namun maslow hanya sementara tidak
menyukai dirinya pribadi. Ia sadar akan potensi yang dimilikinya, serta
menjadi bapak psikologi humanistic populer yang mendorong adanya
perubahan social yang positif.
2) Carl Rogers
Carl Rogers Carl Ransom dilahirkan pada tahun 1902 di Oak Park, Illinois,
dan wafat pada tahun 1987 di Lajolla, California. Pada masa mudanya, Rogers
tidak mempunyai banyak teman sehingga dia banyak menghabiskan waktu-
waktunya untuk membaca. Dia akan membaca buku apa saja yang ia temui
termasuk kamus dan ensiklopedia, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-
buku petualangan. Ia belajar di bidang agricultural dans sejarah di University of
Wincosin. Pada tahun 1928 Rogers mendapatkan gelar Master di bidang psikologi
dari Universitas Colombia dan kemudian mendapatkan gelar Ph.D, di bidang
psikologi klinis pada Society for the prevention of Cruelty to children (bagian studi
tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan terhadap anak) di
Rochester, NY.
3) Arthur Combs
Arthur Combs lahir pada tahun 1912 dan beliau wafat pada tahun 1999.
Arthur Combs adalah seorang pendidik/psikolog yang memulai karir akademis
sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di sekolah umum di Alliance,
Ohio.

3. Isi Teori Belajar Humanistik

1) Teori belajar humanistik Abraham Maslow


Dalam perspektif humanistic (humanistic perspective) menuntun potensi
peserta didik dalam proses tumbuh kembang, kebebasan menemukan jalan
hidupnya. Humanistic menganggap peserta didik sebagai subjek yang merdeka
guna menetapkan tujuan hidup dirinya. Peserta didik dituntun agar memeliki sifat
tanggung jawab terhadap kehidupannya dan orang di sekitarnya.
Pembelajaran humanistic menaruh perhatian bahwa pembelajaran yang
pokok yaitu upaya membangun komunikasi dan hubungan individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok. Edukasi bukan semata-mata
memindah khazanah pengetahuan, menempa kecakapan berbahasa para peserta
didik, tapi sebagai wujud pertolongan supaya siswa mampu mengaktualisasikan
dirinya relevan dengan tujuan pendidikan. Edukasi yang berhasil pada intinya
adalah kecakapan menghadirkan makna antara pendidik dengan pembelajar
sehingga dapat mencapai tujuan menjadi manusia yang unggul dan
bijaksana. Maksudnya ialah menuntun peserta didik bahwa mereka butuh
pendidikan karakter. Pendidik memfasilitasi siswa menggali, mengembangkan dan
menerapkan kecakapan-kecakapan,yang mereka punya supaya mampu
memaksimalkan potensinya.
Maslow terkenal sebagai bapak aliran psikologi humanistic, ia yakin
bahwa manusia berperilaku guna mengenal dan mengapresiasi dirinya sebaik-
baiknya. Teori yang termasyhur hingga saat ini yaitu teori hirarki kebutuhan.
Menurutnya manusia terdorong guna mencukupi kebutuhannya. Kebutuhan-
kebutuhan itu mempunyai level, dari yang paling dasar hingga level
tertinggi. Dalam teori psikologinya yaitu semakin besar kebutuhan maka
pencapaian yang dipunyai oleh individu semakin sungguh-sungguh menggeluti
sesuatu. Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan Abraham
Maslow (1954, 1971) bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi
sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut hierarki
kebutuhan Maslow, pemuasan kebutuhan seseorang dimulai dari yang terendah
yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan pokok, yang
bersifat ,endasar. Kadang kala disebut kebutuhan biologis di tempat
kerja serta kebutuhan untuk menerima gaji, cuti, dana pensiunan, masa-
masa libur, tempat kerja yang nyaman, pencahayaan yang cukup, suhu
ruangan yang baik. Kebutuhan tersebut biasanya paling kuat dan
memaksa sehingga harus dicukupi terlebih dahulu untuk beraktifitas
sehari-hari. Ini menandakan bahwasannya dalam pribadi seseorang yang
merasa serba kekurangan dalam kesehariaanya, besar kemungkinan
bahwa dorongan terkuat adalah kebutuhan fisiologis. Dalam artian
manusia yang katakanlah melarat, bias jadi selalu terdorong akan
kebutuhan tersebut.
b) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)
Sesudah kebutuhan fisiologis tercukupi, maka timbul kebutuhan
akan rasa aman. Manusia yang beranggapan tidak berada dalam
keamanan membutuhkan keseimbangan dan aturan yang baik serta
berupaya menjauhi hal-hal yang tidak dikenal dan tidak diinginkan.
Kebutuhan rasa aman menggambarkan kemauan mendapatkan
keamanan akan upah-upah yang ia peroleh dan guna menjauhkan
dirinya dari ancaman, kecelakaan, kebangkrutan, sakit serta
marabahaya. Pada pengorganisasian kebutuhan semacam ini Nampak
pada minat akan profesi dan kepastian profesi, budaya, senioritas,
persatuan pekerja atau karyawan, keamanan lingkungan kerja, bonus
upah, dana pension, investasi dan sebagainya.
c) Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)
Sesudah kebutuhan fisiologikal dan rasa aman tercukupi, maka
fokus individu mengarah pada kemauan akan mempunyai teman,
rasa cinta dan rasa diterima. Sebagai makhluk social, seseorang
bahagia bila mereka disukai serta berupaya mencukupi kebutuhan
bersosialisasi saat di lingkungan kerja, dengan cara meringankan
beban kelompok formal atau kelompok non formal, dan mereka
bergotong royong bersama teman setu tim mereka di tempat kerja
serta mereka berpartisipasi dalam aktifitas yang dilaksanakan oleh
perusahaan dimana mereka bekerja.
d) Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem Needs)
Pada tingka selanjutnya dalam teori hierarki kebutuhan,
Nampak kebutuhan untuk dihargai, disebut juga kebutuhan “ego”.
Kebutuhan tersebut berkaitan dengan keinginan guna mempunyai
kesan positif serta mendapat rasa diperhatikan, diakui serta
penghargaan dari sesama manusia.
Pada pengorganisasian kebutuhan akan penghargaan
memperlihatkan dorongan akan pengakuan, responsibilitas tinggi,
status tinggi dan rasa akan diakui atas sumbangsih terhadap kelompok.
e) Kebutuhan Aktualisasi-Diri (Self Actualization)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan akan
pemenuhan diri pribadi, termasuk level kebutuhan teratas. Kebutuhan
tersebut diantaranya yaitu kebutuhan akan perkembangan bakat dan
potensi yang ada pada diri sendiri, memaksimalkan kecakapan diri serta
menjadi insan yang unggul. Kebutuhan akan pengaktualisasian diri
pribadi oleh kelompok mampu dicukupi dengan memberikan peluang
untuk berkembang, tumbuh, berkreasi serta memperoleh pelatihan
guna memperoleh tugas yang sesuai dan mendapat keberhasilan.
Menurut Abraham Maslow “Self-actualization, namely, to the tendency
for him to become actualized. This tendency might be hrase as the
desire to become more and more what one idiosyncratically is, to
become everything that one is capable of becoming, Artinya bahwa
kebutuhan aktualisasi diri adalah kecenderungan seseorang untuk
mengerahkan semua kemampuan atau keinginannya secara terus
menerus dalam menjadi pribadi yang lebih baik.
Meskipun seseorang individu telah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan diatas, baik kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan akan percintaan dan rasa mempunyai, meliputi kebutuhan
akan rasa penghargaan, ia masih akan diliputi oleh emosi yang
tidak puas. Ketidak puasan ini berasal dari dorongan dirinya yang
terdalam, karena merasa ada kualitas atau potensi dirinya yang belum
teraktualisasikan. Pada intinya seseorang individu akan dituntut untuk
jujur terhadap semua potensi dan sifat yang ada pada dirinya.
2) Teori Belajar menurut Rogers
Menurut Rogers semua manusia lahir membawa dorongan untuk meraih
sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku secara konsisten menurut diri
mereka sendiri. Rogers seorang psikoterapis, mengembangkan person-centered
therapy. Pendekatan ini tidak bersifat menilai atau tidak memberi arahan yang
membuat klien mengklarifikasi dirinya tentang siapa dirinya sebagai suatu upaya
memfasilitasi proses memperbaiki kondisinya. Hampir pada saat yang bersamaan,
Maslow mengemukakan teorinya bahwa semua orang memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki.
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikologis klinis dan terapis. Rogers merupakan
seorang psikologi humanistik yang mementingkan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-
masalah kehidupannya.
Rogers berpendapat bahwa peserta didik yang belajar hendaknya tidak
dipaksa akan tetapi mereka dibiarkan untuk belajar bebas, peserta didik
harapannya dapat megambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas
pilihannya. Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses belajar
humanistik yaitu :
1) Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar disebabkan adanya hasrat
ingin yahu manusia yang terus menerus terhadap dunia sekelilingnya
2) Belajar bermakna, peserta didik yang belajar memilih apakah kegiatan
yang dilakukan bermanfaat untuk dirinya atau tidak 3
3) Belajar tanpa hukuman, belajar yang terbebas dari ancaman hukuman
yang menyebabkan anak bebas berekspresi sehingga mereka mampu
bereksperimen hingga menemukan sesuatu yang baru
4) Belajar dengan inisiatif sendiri, menyiratkan tingginya motivasi belajar
instrinsik yang dimiliki peserta didik yang banyak berinisiatif mampu
mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya sendiri serta
berusaha menimbang sendiri hal yang baik bagi dirinnya
5) Belajar dan perubahan, peserta didik harus belajar untuk dapat
menghadapi kondisi dan situasi yang terus berubah.
Menurut Rogers proses belajar adalah membantu peserta didik agar ia
sanggup mencapai perwujudan dirinya (self realization) sesuai dengan kemampuan
dasar dan keunikan yang dimiliki peserta didik. Rogers juga menyebutkan bahwa
kebermaknaan pembelajaran (significant learning) itu sangat berpengaruh terhadap
proses belajar. Belajar signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap
kebutuhan dan tujuan siswa. Selain itu, Rogers juga mengatakan bahwa setiap
manusia mempunyai potensi belajar secara alami. Dengan demikian, ada
keinginan untuk belajar (the desire to learn). Hal ini bisa dilihat dari
keingintahuannya anak ketika ingin menjelajahi lingkungannya, berusaha untuk
menemukan dan memahami pengetahuan dari pengalaman.
Teori humanistik Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia
karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini
sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, di mana humanisme adalah
doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat
dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan
diri untuk maksud tertentu, yang nantinya akan dihubungkan dengan pembelajaran
atau pendidikan yang manusiawi.
3) Arthur Combs
Para ahli Humanistik melihat adanya dua bagian dalam belajar, yaitu
perolehan informasi baru dan personalisasi informasi tersebut pada individu.
Comb berperpendapat bahwa suatu hal yang sangat penting bagi seorang guru
adalah bagaimana caranya bisa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
bahan pelajarannya serta bagaimana siswa dapat menghubungkan bahan
pelajarannya dengan kehidupannya.menurut Combs, jika kita memahami perilaku
seseorang, kita harus memahami dunia persepsi orang itu.
Jika kita ingin mengubah perilaku seseorag, kita harus merubah keyakinan
atau pandangan orang itu. Jika seorang guru mengeluh karena siswanya tidak
punya motivasi untuk melakukan sesuaru, ini sesungguhnya berarti bahwa siswa
tersebut tidak punya motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh
gurunya.

4) Langkah dan Implementasi Teori Belajar Humanistik


Ciri khas teori humanistik adalah berusaha untuk mengamati perilaku seseorang
dari sudut si pelaku dan bukan si pengamat. Tujuan utama para pendidik ialah membantu
siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sebagai manusia yang unik dan membantunya mewujudkan
potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Implikasinnya bagi pendidikan adalah pendidikan humanistik mampu
memperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia sebagai makhluk Allah yang
mulia dan bebas dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki dan juga sebagai khalifah.
Pendidikan ini memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk ciptaan Tuhan
dengan fitrah-fitrah tertentu untuk dikembangkan secara maksimal.
1) Aspek Pendidik
Psikologi Humanistik memberi perhatian bahwa pendidik/guru adalah fasilitator.
Pendidik harus berupaya untuk memberikan kemudahan belajar. Berikut ini adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik.
a) Memberikan perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas.
b) Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih umum.
c) Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna.
d) Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
e) Menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f) Menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan menerima
baik isi yang bersifat intekstual maupun sikap-sikap, perasaan dan mencoba
untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individu maupun
kelompok.
g) Bilamana situasi kelas telah kondisional, Fasilitator dapat berperan sebagai
seorang peserta didik/siswa yang turut berpartisipasi, sebagai anggota
kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu,
seperti peserta didik/siswa yang lain.
h) Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok. Perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh digunakan atau ditolak oleh
peserta didik.
i) Didalam berperan sebagai fasilitator, pendidik harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya.
Menurut Hamacheek, guru-guru yang efektif adalah guru-guru yang “manusiawi”.
Mereka memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, dan mereka mampu
berhubungan dengan mudah dengan peserta didik, baik secara perorangan atau kelompok.
Ruang kelas tampak seperti perusahaan kecil dengan pengertian bahwa mereka lebih
terbuka, spontanitas, dan mampu menyesuaikan diri kepada perubahan. Sebaliknya, guru
yang tidak efektif jelas kurang memiliki rasa humor, mudah marah atau tidak sabar,
menggunakan komentar-komentar yang melukai, cenderung bertindak agak otoriter, dan
kurang peka terhadap kebutuhan-kebutuhan siswa mereka. Menurut Combs dan kawan-
kawan, ciri-ciri pendidik/guru yang baik adalah sebagai berikut:
a) Pendidik yang mempunyai anggapan bahwa orang lain/peserta didik itu
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
b) Pendidik yang melihat bahwa orang lain/peserta didik memiliki sifat ramah,
bersahabat, dan memiliki sifat untuk berkembang.
c) Pendidik yang melihat orang lain/peserta didik sebagai orang yang sepatutnya
dihargai.
d) Pendidik yang menganggap bahwa orang lain/peserta didik pada dasarnya
dipercaya dan dapat diandalkan, dalam pengertian dia akan berperilaku
menurut aturan yang ada.
e) Pendidik yang melihat orang lain/peserta didik dapat memenuhi dan
meningkatkan dirinya, bukan menghalangi apalagi mengancam.
2) Aspek Peserta Didik
Peserta didik ialah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Disini peserta
didik merupakan “kunci” yang menentukan terjadinya interaksi edukatif. Aliran
humanistik membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Peserta didik merupakan pelaku utama (subyek) dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
Kolb mengemukakan bahwa dalam aliran humanistik peserta didik
memiliki 4 siklus belajar. Pertama, peserta didik hanya mampu sekedar ikut
mengalami suatu kejadian, dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat
kejadian tersebut, dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa kejadian
tersebut bisa terjadi. Kedua, peserta didik 72 tersebut lambat laun mampu
mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha
memikirkan dan memahaminya. Ketiga, peserta didik mulai belajar untuk
membuat teori tentang suatu hal yang pernah dialami. Pada tahap ini peserta didik
diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum dari berbagai
contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda tetapi memiliki landasan aturan
yang sama. Terakhir, peserta didik mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke
situasi yang baru. Siklus tersebut terjadi secara berkesinambungan dan
berlangsung diluar kesadaran peserta didik. Meskipun dalam teorinya mampu
membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap yang lain, namun dalam
peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain seringkali terjadi begitu saja.
3) Aspek Materi
Materi merupakan komponen yang memainkan peran penting dalam sebuah
proses kependidikan. Pada dasarnya materi merupakan sekumpulan pengetahuan
(nilai) yang ingin disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik, tanpa materi
tidak akan ada pembelajaran, permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa
materi bukanlah tujuan, keberhasilan pendidik tidak semata-mata diukur dengan
proses transmisi nilai-nilai, (dalam hal ini materi pelajaran yang terformat kedalam
kurikulum), melainkan lebih dari itu.
Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih kepada
merupakan sarana yakni sarana untuk membentuk pematangan humanisasi peserta
didik, jasmani dan rohani. Karena sarat dengan nilai-nilai (sosial, budaya,
ekonomi, etika, dan religius) dan nilai-nilai kependidikan itu sendiri. Maka dari itu
materi merupakan komponen yang cukup penting sebagai alat membina 73
kepribadian peserta didik. Namun semuanya tergantung pada metode yang
digunakan dalam pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam pandangan humanism, belajar bertujuan untuk menjadikan manusia


selayaknya manusia, keberhasilan belajar ditandai bila peserta didik mengenali dirinya
dan lingkungan sekitarnya dengan baik. Peserta didik dihadapkan pada target untuk
mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal mungkin. Teori humanistic berupaya
mengerti tingkah laku belajar menurut pandangan peserta didik dan bukan dari
pandangan pengamat. Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya
pendidik menuntun peserta didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta
menekankan pentingnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut
dapat diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik mampu mengungkapkan
pemikiran mereka di hadapan audience.
Maslow terkenal sebagai bapak aliran psikologi humanistic, ia yakin bahwa
manusia berperilaku guna mengenal dan mengapresiasi dirinya sebaik-baiknya. Teori
yang termasyhur hingga saat ini yaitu teori hierarki kebutuhan. Menurutnya manusia
terdorong guna mencukupi kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan itu mempunyai
level, dari yang paling dasar hingga level tertinggi. Dalam teori psikologinya yaitu
semakin besar kebutuhan maka pencapaian yang dipunyai oleh individu semakin
sungguh-sungguh menggeluti sesuatu.

.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Agus Sumantri, N. A. (2019). TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jurnal Pendidikan Dasar.

Devi, A. D. (2021). Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam. Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam.

Insani, F. D. (2019). TEORI BELAJAR HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW. As-Salam: Jurnal Studi Hukum
Islam & Pendidikan .

NURHALISAH. (2021). IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM. repository.radenintan.

Utami, E. N. (2020). TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLEMENTASINYA. Jurnal MUDARRISUNA Vol.
10.

Anda mungkin juga menyukai