Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Disusun:
Kelompok 1:
 Rahmat DINUR (032001028)
 Eva Listarina {032001114)
 Julni (032001122)
 Nur Anjali (032001123)
 Harisal Siompu (032001213)
 Fauziah Nurnida (032001307)
 Hastuti (032001279)
KELAS. : C PGSD
Mata Kuliah: Belajar Dan Pembelajaran

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhamadiyah Buton
Tahun Ajaran 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
”Teori Belajar Humanistik”.
            Makalah ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata
kuliah Belajar Dan Pembelajaran, di samping sebagai salah satu keterlibatan
saya dalam Belajar Dan Pembelajaran yaitu menyediakan bahan perkuliahan.
Makalah ini berisi tentang Teori Belajar Humanistik.
          Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya. Akhir kata
saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya..

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul...........................................................................1
Kata Pengantar.............................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................4
Latar Belakang........................................................................4 1.1
Rumusan Masalah..................................................................4 1.2
Tujuan Penulisan....................................................................4 1.3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................5
Pengertian Teori Belajar Humanistik.....................................5   2.1
Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik.................................6 2.2
Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik................................9 2.3
Implikasi Teori Belajar Humanistik........................................10 2.4
Aplikasi Teori Belajar Humanistik..........................................11 2.5
BAB III PENUTUP..........................................................................13
Kesimpulan............................................................................13 3.1
Saran......................................................................................13 3.2
Daftar Pustaka.............................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang


Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaannya
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara
umum teori belajar dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori
Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif, (3) Teori Belajar Sosial, dan (4) Teori Belajar
Humanistik.
Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di dalam makalah ini akan dibahas salah
satu dari teori-teori tersebut yaitu teori humanistik. Teori ini mempelajari perilaku belajar
peserta didik dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemahaman tentang pengertian, tokoh-tokoh,
prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik ini, akan dibahas lebih lanjut di bab
selanjutnya.

1.2     Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanistik?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanistik?

1.3     Tujuan
1. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
2. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.
3. Memahami pengaplikasian dari teori belajar humanistik dalam proses belajar.
4. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar humanistik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Teori Belajar Humanistik


Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita
amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
 Proses pemerolehan informasi baru.
 Personalia informasi ini pada individu.
Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian ilmu filsafat,
kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi dalam belajar. Teori ini
sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses belajar tersebut.
Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses belajar dalam bentuk yang
terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam
bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman mengenai proses belajar seperti
yang selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori belajar.
Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau yang juga
tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah asimilasi penuh
makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki.

5
2.2     Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara Teoritis antara lain adalah:
 Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada
dunia pendidikan. Meaning(makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau
sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi
siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari
yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar
dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari
persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

 Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
 suatu usaha yang positif untuk berkembang
 kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi

6
lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke
arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan
pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah
ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan
ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-
anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau
kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

 Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari
enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang
psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D
pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk
mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya,
Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-
Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
 Kognitif (kebermaknaan)
 Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti
mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil. Experiential Learning
menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential
learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa
sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna dalam masyarakat
modern berarti belajar tentang proses.

7
 Kolb
Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif Mustofa, 2011: 159-
160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut:
 Tahap pengalaman konkret
Pada tahap paling dini dalam proses belajar seorang siswa hanya mampu sekedar ikut
mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki kesadaran tentang hakikat kejadian
tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi
seperti itu.
 Pengalaman aktif dan reflektif
Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu kejadian     
dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
 Konseptualisasi
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal yang
pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu membuat aturan-aturan umum (generalisasi)
dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda mempunyai aturan
yang sama.
 Eksperimentasi aktif
Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi yang baru.
Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan tetapi, ia juga mampu
memaknai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang belum pernah ia temui
sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini terjadi secara berkesinambungan
dan berlangsung tanpa disadari siswa.

 Honey Dan Mumford


Berdasarkan teori kolb, Honey dan Mmford dikutip dari UNI, 2008: 16 (Thobroni,
Muhammad dan Alif Mustofa, 2011: 160-161) membuat penggolongan siswa menjadi empat
macam, yaitu tipe siswa aktivis, reflektot, teoretis dan pragmatis.
1. Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak
berdialog. Kadang, identik dengan sifat mudah percaya. Dalam proses belajar,
mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal
baru seperti brainstrorming atau problem solving. Akan tetapi, mereka akan cepat
merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lam dalam implementasi.
2. Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya. Mereka cenderung sangat berhati-hati
mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung
konservatif, yaitu mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat, baik buruk
suatu keputusan.

8
3. Tipe siswa teoretis biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnya sangat subjektif. Bagi mereka, berpikir secara
rasional adalah sesuatu yang penting. Mereka juga biasanya sangat skeptik dan tidak
menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
4. Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis
dari segala hal. Siswa tipe ini suka berlarut-berlarut dalam membahas aspek teoretis
filosofis tertentu.

 Hebermas
Ahli psikologis lainnya adalah hebermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat
dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia.
Dengan asumsi ini, Hebermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut.
1) Belajar teknis (Technical Learning)
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam sekelilingnya.
Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan
dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
2) Belajar praktis (practical learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar juga belajar interaksi. Akan tetapi, pada tahap ini
lebih dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.
3) Belajar emansipatoris (emancipatoris learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang sebaik mungkin
tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.

2.3     Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik


Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers (Soemanto, 2006:139-140), ia
menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
 Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
 Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
 Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
 Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
 Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
 Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

9
 Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

2.4     Implikasi Teori Belajar Humanistik


1. Guru sebagai fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah
sebagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berkualitas fasilitator.
 Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
 Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
 Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
 Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
 Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
 Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
 Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

2. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan


tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
3. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
4. Guru menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok
5. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak Memaksakan tetapi sebagai andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang
dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

10
1. Merespons perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa.
7. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan
sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih
tinggi.

2.5     Aplikasi Teori Belajar Humanistik


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik
untuk memperoleh tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235)
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses
yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk
belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri.
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.

11
6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta
didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk
bertanggungjawab atas segala risiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta
didik. (Mulyati, 2005: 182)
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi
ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

12
BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
1. Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.
2. Tokoh-tokoh dari teori humanistik ini antara lain : Arthur Combs, Maslow, Carl
Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, dan Hebermas.
3. Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang secara alamiah memiliki rasa
ingin tahu dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi terhadap dunianya.
4. Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai fasilitator. Guru
yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa,
meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, dan sebagainya.
5. Penerapan atau aplikasi teori belajar humanistik ini tercermin dari peserta didik yang
berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri, sedangkan guru sebagai fasilitator (pendamping) dan motivator.

3.2     Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu memanfaatkannya sebagai
sumber belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan,
saran, dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami
menjadi lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik
https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/19/toeri-belajar-humanistik-pengertian-
teori-belajar-humanistik-tokoh-teori-belajar-humanistik-prinsip-dalam-teori-belajar-
humanistik-aplikasi-teori-belajar-humanistik-implikasi-teori-belajar-humani/
http://www.academia.edu/8231265/
MAKALAH_TEORI_PEMBELAJARAN_HUMANISME_Diajukan_untuk_memenuhi_tugas_matak
uliah_Belajar_dan_Pembelajaran

14

Anda mungkin juga menyukai