Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI


HUMANISTIK

Dosen Pengampuh :

Dr Nurwahyuni,S.S.,M.Si

Di Susun Oleh Kelompok V :


Moh Agung_A50121032
Sulfia Safitri_A50121006
Della Adelia Sawitri_A50121028
Warodatul Zanah_A50121010
Ade Avriliani_A50121068
Sweetly Nabila Lengkong_A50121084
Rospita Sari_A50121056
Mutmainna_A50121074

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang,kami panjatkan puji serta syukur atas kehadiratnya yang telah memberikan
begitu banyak rahmat hidayah dan inayah nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang bertema “TEORI PEMBELAJARAN MENURUT
ALIRAN PSIKOLOGI HUMANISTIC”. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai jurnal sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah kami.

Dengan demikian kami berharap semoga para pembaca mendapatkan ilmu


yang bermanfaat dari makalah ini,kami terbuka dengan segala saran dan kritik yang
dimana dapat kita jadikan sebagai pembelajaran. Kami ucapkan terima kasih.

Palu, 1 Oktober 2022

Penulis

Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.1 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Humanistik
2.1.1 Tokoh-tokoh Teori Humanistik
2.1.2 Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,
seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya,
kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu
proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta
didik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik.

Menurut Arden N. Frandsen dalam Darsono (2001: 192), mengatakan bahwa


hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain adanya sifat ingin tahu
dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati
dari orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki
kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan
kompetensi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, adanya ganjaran atau
hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan teori belajar umanistic?


2. Siapa saja tokoh-tokoh dalam teori humanistic?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaan humanistic?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar humanistic?


2. Untuk mengetahui siapa tokoh-tokoh dalam teori umanistic?
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar humanistic?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik merupakan proses belajar yang harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Teori Psikologi humanistik ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik menurut humanistik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal dini mereka sendin
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam din mereka. Jadi, teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Menurut Ratna Walis Dahar (Dahar,
2011) teori belajar humanisme menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika
peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri Teori belajar ini berusaha
memahami perlaku belajar dan sudut pandang pelakunya, bukan dan sudut pandang
pengamatnya.

Sedangkan Herpratiwi (Herpratiwi, 2009) mengatakan titik awal timbulnya


psikologi humanistik terjadi pada akhir tahun 1940-an yaitu munculnya suatu
perspektif psikologi baru Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah
yang berjasa dalam pengembangan in Misalnya, ahli-ahh psikologi Klinik, pekerja-
pekerja sosial, konselor, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses
belajar.

2.1.1 Tokoh Teori Humanistik


a) Abraham Maslow

Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik


Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya
memahami motivasi manusia Sebagian dan teorinya yang penting didasarkan atas
asumsi bahwa dalam dini manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan

3
kekuatan kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rachmahana,
2008). Maslow berpendapat, bahwa manusia memilik hierarka kebutuhan yang
dimulai dan kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi. sampai dengan kebutuhan
tertinggi yakni kebutuhan estetis (Wasitohadi, 2012). Kebutuhan jasmaniah seperti
makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan Apabila kebutuhan ini
terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan
kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana.

b) Carl Rogers
Carl R. Rogers (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme
proses belajar. Belajar di pandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka
berpendapat bahwa belajar sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada
keterlibatan intelektual mampu emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut
teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta
didik.
Rogers membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan
(2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang
tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan
tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
c) Arthur Combs

Arthur Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan


berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan
disajikan sebagaimana mestinya Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran
itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta didik untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

d) David Kolb (Teori Pembelajaran Eksperimental)


Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat
memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki siswa, karenanya model ini
memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning style
4
inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa Teori ini dikembangkan oleh
David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an Dalam teorinya Kolb mendefinisikan
belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi
pengalaman Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan
mentransformasi pengalaman.
e) Honey dan Mumford
Pandangan tentang belajar Honey dan Mumford banyak dipengaruhi oleh
Kolb Mereka kemudian menggolong-golongkan orang belajar menjadi empat macam
golongan yaitu: (1) Kelompok aktivis, karakteristiknya yaitu senang melibatkan din
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan untuk meperoleh pengalaman yang baru dan
mudah diajak berdialog Mempunyai pemikiran yang terbuka dan menghargai
pendapat orang lain. Mudah percaya pada orang lain namun kurang pertimbangan
yang matang dalam melangkah (2) Kelompok reflektor, karakteristiknya yaitu sangat
berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, tidak mudah
dipengaruhi orang lain serta cenderung bersifat konservatif. (3) Kelompok teoris:
karakteristiknya yaitu sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan
menggunakan penalaran Kemudian Segala sesuatu dikembalikan pada teori dan
konsep, tidak menyukai pendapat/penilaian yang subyektif, Tidak menyukai hal-hal
yang spekulatif, mempunyai pendiran yang kuat serta tidak mudah dipengaruhi orang
lain (4) Kelompok pragmatis, karakteristiknya yaitu, Praktis, tidak suka bertele-tele
dengan suatu teori/konsep.
f) Habermas
Menurut Habemas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya la membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu: (1) Belajar telanis
(technical learning), yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan
lingkungan alamnya secara benar (2) Belajar praktis (practical learning), yaitu belajar
bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan
orang-orang di sekelilingnya dengan baik (3) Belajar emansipatoris (emancipatory
learning), yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya
dengan lingkungan sosialnya.
g) Bloom dan Krathwohl

5
Bloom dan Krathwo hanya menaruh perhatiannya pada apa yang harus dikuasai oleh
individu, setelah melala penstiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajamya dikemukakan
dengan sebutan Taksonomi Bloom, yaitu :

Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu 1) Pengetahuan 2) Pemahaman 3) Aplikasi


4) Analisis 5) Evaluasi 6) Mencipta.

a) Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu: 1) Peniruan 2) Penggunaan 3)


Ketepatan 4) Perangkaian 5) Naturalisasi.
b) Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu 1) Pengenalan 2) Merespon 3)
Penghargaan 4)Pengorganisasian 5) Pengalaman.

2.1.2 Kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran humanistic

a) Kelebihan teori belajar humanistic


 Tumbuhnya kreatifitas peserta didik.
Dengan belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas yang sesuai
dengankarakternya akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu
akan muncul keragaman karya.
 Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan
belajar.
Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam diri
peserta didik untuk belajar Hal inilah yang membuat pikirannya terasah untuk
menemukan pengetahuan baru.
 Tugas guru berkurang.
Dengan peserta didik yang melibatkan dirinya dalam proses belajar itu
juga akan mengurangi tugas guru karena guru hanylah failisator peserta didik
Guru tidak lagi memberikan ceramah yang panjang cukup dengan
memberikan pengarahan-pengarahan
 Mendekatkan satu dengan yang lainnya.
Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar
keduanya Seringnya berkomunikasi akan menciptakan suasana yang nyaman
karena peserta didik tidak merasa takut atau tertekan. Begitupun antar peserta
didik Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat persahabatan semakin
erat, memahami satu sama lain, menghargai perbedaan dan menumbuhkan
rasa
6

tolong menolong.
b) Kekurangan teori pembelajaran humanistik
 Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran.
Guru biasanya tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga
peserta didik yang kurang referensi akan kesulitan untuk belajar.
 Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan.
Misal saja guru menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai
kelompok, pasti ada beberapa peserta didik yang mengandalkan teman atau
tidak mau bekerja sama.
 Pemusatan pikiran akan berkurang.
Dalam hal ini guru tidak sepenuhnya mengawasi karena system belajar
yang seperti ini adalah siswa yang berperan aktif menggali potensi, sehingga
peserta didik akan memanfaatkan keadaan yang ada. Misal dalam mencari
referensi menggunakan internet peserta didik malah bermain game atau
mengaktifkan akun sosial media. Secara otomatis pemusatan pikiran dalam
belajar akan terganggu.
 Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi.
Dalam pembuatan tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif
mengcopy pekerjaan temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru
maupun temannya.
7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikologi humanistik sangat relevan dengan dunia pendidikan, karena aliran ini
selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap
potensi potensi positif yang ada pada setiap insan Seiring dengan perubahan dan
tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah Dengan adanya perubahan
dalam strategi pendidikan dan waktu ke waktu, humanistic memberikan arahan yang
signifikan dalam pencapaian tujuan ini. Teori belajar humanistik merupakan proses
belajar yang harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri Dalam teori belajar
humanistic, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Tokoh-tokoh dalam teori ini yaitu : 1) Abraham H. Maslow, 2) Carl R.
Rogers, 3) Arthur Combs, 4) David Kolb, 5) Honey dan Mumford 6) Habermas, 7)
Bloom dan Krathwohl.
Kelebihan teori belajar humanistik yaitu : a) Tumbuhnya kreatifitas peserta
didik. b) Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan
belajar. c) Tugas guru berkurang. d) Mendekatkan satu dengan yang lainnya.
Kekurangan teori pembelajaran humanistik yaitu : a) Pemahaman yang kurang jelas
dapat menghambat pembelajaran. b) Kebebasan yang diberikan akan cenderung
disalahgunakan. c) Pemusatan pikiran akan berkurang. d) Kecurangan-kecurangan
yang semakin menjadi tradisi.

3.2 Saran
Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
pembaca, dan menjadi tambahan referensi untuk ilmu pengetahuan khususnya
tentang teori belajar humanistik. Dalam pembelajaran humanistik, kita dapat
memberi kesempatan kepada siswa agar dapat memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Diharapkan pendidik harus mampu mendorong peserta
didik untuk memiliki kepekaan dalam berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri. Pendidik harus bisa mendorong peserta didik untuk belajar atas
inisiatif sendiri bukan karena suatu paksaan. Pendidik juga harus memahami jalan
pikiran peserta didik dan menerima apa adanya.
8
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Review Pendidikan dan pengajaran http://journal.universitaspahlawan


.ac.id/index.php/jrpp Volume 2 Nomor 1, Desember 2019

Burhanuddin,Afid. (2004). Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Humanistik


9

Anda mungkin juga menyukai