Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR MENURUT AHLI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dr. H. Muhammad Makki, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 1 Kelas 1B

1. Ardina Lestari ( E1E021058 )


2. Ary Nulfariza ( E1E021059 )
3. Auladiya Parhiatun Nur ( E1E021060 )
4. Aulia Izzatun Nafis ( E1E021061 )
5. Aulia Salsabiela ( E1E021062 )
6. Aulya Nurani ( E1E021063 )
7. Baiq Candra Qirana Ramadhani ( E1E021064 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Teori
Belajar Menurut Kolb, Honey dan Mumford" dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkah bagi Baginda Agung Rasulullah SAW
yang telah membimbing kita ke jalan yang lurus. Semoga kita mendapatkan syafaatnya kelak
di hari akhir.

Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. H. Muhammad Makki, M.Pd. selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran karena telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah wawasan serta pengalaman kami.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Penyusun,
Mataram, 03 November 2021

Kelompok Satu

Halaman | 1
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik 3


B. Teori Belajar Humanistik Menurut Ahli 4
C. Prinsip Teori Belajar Humanistik 6
D. Implikasi Teori Belajar Humanistik 7

BAB III PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

Halaman | 2
Halaman | 3
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar mempunyai pengertian yag sangat umum dan luas, boleh kita katakan
bahwa sepanjang kehidupan seseorang selalu mengalami proses belajar.

Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam
suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori belajar, secara umum
teori belajar dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran, yang dimana kali ini
akan di bahas tentang humanistik.

Pada dasarnya kata “humanistik” merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak
makna sesuai dengan konteksnya. Misalnya, humanistik dalam wacana keagamaan berarti
tidak percaya adanya unsur supranatural atau nilai transendental serta keyakinan manusia
tentang kemajuan melalui ilmu dan penalaran.

Di sisi lain humanistik berarti minat terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang tidak
bersifat ketuhanan. Sedangkan humanistik dalam tataran akademik tertuju pada
pengetahuan tentang budaya manusia, seperti studi-studi klasik mengenai kebudayaan
Yunani dan Roma (Roberts, 1975).

Pendidikan humanistik sebagai sebuah nama pemikiran/teori pendidikan


dimaksudkan sebagai pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai pendekatan.
Dalam istilah/nama pendidikan humanistik, kata “humanistik” pada hakikatnya adalah
kata sifat yang merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan (Mulkhan, 2002).

Teori pendidikan humanistik yang muncul pada tahun 1970-an bertolak dari tiga
teori filsafat, yaitu: pragmatisme, progresivisme dan eksistensisalisme. Ide utama
pragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuan dengan
aktivitas yang dengan sengaja mengubah lingkungan (Dewey, 1966).

Halaman | 4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Teori belajar humanistik adalah teori yang menyatakan bahwa manusia berhak
mengenali dirinya sendiri sebagai langkah untuk belajar, sehingga diharapkan mampu
mencapai aktualisasi diri. Itulah mengapa, teori ini beranggapan bahwa proses belajar
dinilai lebih penting daripada hasil belajar itu sendiri.

Pengertian tersebut juga berlaku jika teori ini diterapkan di kegiatan pembelajaran.
Artinya, pengertian teori belajar humanistik bisa disamakan dengan pengertian teori
pembelajaran humanistik.

Teori Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri.

Munculnya teori belajar humanistic tidak dapat dilepaskan dari Gerakan


Pendidikan humanistic yang memfokuskan diri pada hasil afektif, belajar tentang
bagaimana belajar dan belajar untuk meningkatkan kreativitas dan potensi manusia.

Teori belajar Humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang filsafat,
teori keperibadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar.Teori ini
sangat mementingkan isi yang dipelajari dibanding proses belajar itu sendiri. Adapun
yang termasuk golongan aliran humanistik adalah David Kolb, Honey, Mumford,
Hubermas, Bloom dan Krathwohl.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori humanistik ?
2. Bagaimana teori humanistik menurut para ahli ?
3. Seperti apa prinsip teori humanistik ?
4. Bagaimana cara mengimplementasi teori humanistic

Halaman | 5
C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK MENURUT AHLI

1. TEORI BELAJAR DAVID A.KOLB


David A. Kolb adalah seorang psikolog Amerika dan teori pendidikan. Ia
dikenal karena penelitian gaya belajar dan belajar pengalaman. Kolb mendefinisikan
belajar sebagai suatu perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan
pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization)
dan menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga muncul minat dan
tujuan hidup baru.

Pada tahun 1984 David A. Kolb memperkenalkan model Experiential Learning,


Experiential Learning berasal dari dua suku kata, yaitu Experiential berasal dari
kata experience yang artinya pengalaman dan learning yang berarti belajar.
Sedangkan Experiential Learning dapat diartikan pembelajaran berdasarkan
pengalaman. Sehingga model Experiential Learning merupakan model
pembelajaran berdasarkan pengalaman.

Menurut David Kolb dalam buku Muhammad Fathurrohman mengatakan bahwa


model Experiential Learning adalah proses bagaimana pengetahuan diciptakan
melalui perubahan bentuk pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi
pemahaman dan mentranformasikan pengalaman. Kita dapat memahami
pengalaman dengan dua cara yang berbeda, melalui pengalaman konkret dan konsep
abstrak. Kita kemudian dapat mengubah pengalaman dalam dua cara, melalui
pengamatan reflektif atau percobaan aktif.

Jadi gaya belajar model kolb ini ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman
baru siswa, mengembangkan observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan
menggunakan teori untuk memecahkan masalah.

Sementara itu, Kolb membagi tahapan belajar dalam empat tahap, yaitu sebagai
berikut:

Halaman | 6
a. Pengalaman Konkret
Merupakan tahap paling awal, yakni seseorang mengalami sesuatu peristiwa
sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali
peristiwa itu). Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran tentang
hakikat peristiwa tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu
terjadi. Pada tahap ini, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu
kejadian, ia belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi
seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap awal proses belajar.
b. Pengamatan Aktif Dan Reflektif
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari
jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan
bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi. Siswa lambat laun mampu
mengadakan pengamatan aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha
memikirkan dan memahaminya.
c. Konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang
menjadi objek perhatian. Siswa mulai belajar membuat abstraksi atau “teori”
tentang hal yang pernah diamatinya. Pada tahapan ini siswa diharapkan sudah
mampu untuk membuat aturan-aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh
kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan
yang sama.
d. Eksperimentasi aktif
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan
mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata. Siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia
matematika, misalnya siswa tidak hanya memahami asal-usul sebuah rumus, tetapi

Halaman | 7
ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk memecahkan suatu masalah yang
belum pernah ia temui sebelumnya.

Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara berkesinambungan dan
berlangsung diluar kesadaran siswa. Meskipun dalam teorinya dapat dibuat garis tegas
antara tahap satu dengan tahap lainnya, namun seringkali terjadi begitu saja, sulit
ditentukan kapan beralihnya.

 Adapun Kelebihan Teori Belajar Kolb


Styles of Learning yang dihadirkan oleh Kolb telah menginspirasi dunia
Pendidikan untuk memahami bahwa setiap anak memiliki cara belajar masing-
masing. Mencoba mengidentifikasi “gaya belajar” anak dan, tentu saja, setelah
guru mengidentifikasi “gaya belajar” anak itu sendiri akan membuat proses belajar
mengajar jauh lebih efektif.

 Adapun Kelemahan Teori Belajar Klob


Teori kolb tidak mengatakan bahwa setiap individu memiliki karakternya
sendiri. Penulis merekomendasikan untuk membaca buku. Memompa Bakat
Karya Amir Tengku Ramli atau Buku The Personality Plus Karya Del Kernegy.
Sehingga kekurangan teori Kolb dapat dilengkapi dengan teori pendukung.
Dan disitulah letak deskriptif dari kajian ilmiah ini.

2. TEORI BELAJAR MENURUT HONEY DAN MUMFORD

Tokoh teori humanistik lainnya adalah Honey dan Mumford. Pandangan- nya
tentang belajar diilhami oleh pandangan Kolb. Honey dan Mumford menggolong-
golongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan, yaitu
kelompok aktivis, golongan reflektor, kelompok teoritis dan golongan pragmatis.
Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok
lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah:
a. Aktivis
Orang dengan gaya belajar aktivis lebih suka learning by doing, belajar
sambil praktik. Sehingga, dengan pemahaman teori, orang dengan gaya belajar

Halaman | 8
aktivis ini belum tentu paham betul. Orang dengan gaya belajar aktivis
cenderung memiliki pemikiran yang lebih terbuka dan suka mencari
pengalaman baru. Cara belajar yang cocok untuk aktivis yaitu melalui problem
solving, diskusi kelompok atau bahkan berkompetisi dengan temannya.

Tipe siswa aktivis:


1. Cepat merasa bosan
1. Suka melibatkan diri pada halhal baru
2. Berpikir terbuka
3. Mudah berdialog
2. Kurang skeptik terhadap sesu atu (mudah percaya)

b. Theorist (ahli teori)


Kebalikan dari aktivis, teorist ini lebih suka menggali dan mempelajari
teori dulu sebelum praktik. Saat praktik pun, dia lebih suka mengikuti teori
yang sudah dipelajari. Makanya, cara belajar yang lebih cocok untuk teoritis ini
adalah gaya belajar yang melibatkan membaca atau aplikasi dari teori.

Tipe siswa theorist:


1. Sangat kritis terhadap sesuatu
2. Tidak menyukai opini yang bersifat subjektif
3. Berpikir secara rasional
4. Tidak menyukai halhal yang bersifat spekulatif(pemikiran dalam secara
teori)

c. Pragmatis (bersifat praktis)


Orang-orang pragmatis ini hanya suka dengan halhal yang mereka anggap
ada nilai praktisnya. Nilai praktis yang dimaksud adalah yang bisa diterapkan
dalam kehidupan seharihari. Jika tidak bisa diterapkan, artinya tidak praktis.

Saat belajar, orang pragmatis lebih suka dengan soalsoal berupa problem
solving atau studi kasus. Miripmirip dengan gaya belajar aktivis. Bedanya,
aktivis bergerak dengan pemahaman teori yang belum mantap.

Sementara, pragmatis senang mempelajari teori dan membahas ideide baru.


Tapi, mereka cuma suka dengan hal yang benarbenar ada nilai praktisnya.

Halaman | 9
Tipe siswa pragmatis:
1. Lebih pada aspekaspek praktis dari segala hal
2. Lebih mengutamakan praktik (tidak hanya teori)

d. Reflektor
Orang dengan gaya belajar ini lebih suka mengamati dan menganalisis.
Sebelum mereka mengambil keputusan atau kesimpulan, mereka akan
mengumpulkan data, bertanya dan diskusi agar mereka bisa mendapatkan
banyak sudut pandang. Baru, setelah itu mereka bisa mengambil keputusan.

Itulah beberapa teori gaya belajar menurut Honey dan Mumford. Nah,
supaya kamu bisa tahu pas dengan gaya belajar yang mana, caranya gampang.
Kamu bisa coba test gaya belajar Honey dan Mumford dengan mengisi
kuisioner yang terdiri dari 80 pertanyaan. Terus, kamu bisa langsung cek deh
gaya belajarmu masuk ke mana.

Tipe siswa refrektor:


1) Sangat berhati-hati mengambil Langkah
2) Konservatif dalam mengambil keputusan

 Kelebihan Teori Belajar Honey dan Mumford :


a. Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
b. Aplikasi dari Teori ini dapat memunculkan kreativitas dan rasa senang peserta
didik.
Teori ini dianggap berhasil apabila dalam pengaplikasiannya siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

c. Adanya kebebasan untuk peserta didik.


Yang diharapkan dari teori ini ialah siswa bisa menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya

Halaman | 10
sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.

 Kelemahan teori belajar Honey dan Mumford :

a. Kurang cocok/pas diterapkan pada siswa yang kurang aktif.


Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang
cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi
siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk bertanya pada
gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temannya yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan
respons bila murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang
diberikan oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa
itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan
kepribadian siswa menjadi berkurang.

b. Aplikasi teori ini memungkinkan peserta didik untuk sulit memahamai


potensi dirinya sendiri.
Hal ini dapat terjadi karena tenaga pendidik yang terlalu
‘melepaskan’ peserta didik dalam mengeksplorasi dirinya sendiri.

c. Peserta didik akan tertinggal


Peserta didik yang tidak berminat untuk mengikuti proses
pembelajaran, maka akan tertinggal oleh teman-temannya yang lain yang
memang sedari awal memiliki minat untuk belajar. Jika peserta didik tidak
rajin untuk mengikuti proses pembelajaran, besar kemungkinan ia akan
kesulitan mengikuti proses belajar selanjutnya karena masih tertinggal di
tahap-tahap awal.

D. PRINSIP TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Halaman | 11
Dalam teori humanistik ini di dalam pendekatanya siswa tidak hanya mendengarkan
guru dalam menyampaikan materi, tetapi siswa juga di tuntun dalam mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya.

Berikut prinsip dari teori humanistik:

1. Manusia mempunyai belajar alami


2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman
itu kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh
cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.
7. Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam.
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri.
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

E. IMPLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Implikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran sering dikritik karena cukup
sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Akan tetapi karena sifatnya yang ideal,
yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap
semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.

Adapun cara implikasinya ialah :


1. Guru dapat memberikan reward kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan
suatu hal, agar peserta didik tersebut semakin semangat dalam pembelajaran.

Halaman | 12
2. Peserta didik perlu di hindarkan dari tekanan pada lingkungan sehingga mereka
merasa aman untuk belajar lebih mudah dan bermakna.
3. Beri kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuanya agar
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar.
4. Pendidik harus menfasilitasi peserta didiknya dengan memberikan sumber belajar
yang mendukung.

Halaman | 13

Anda mungkin juga menyukai