Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Belajar Dosen Pengampu : Muhammad Ridwan Arif, M. Pd
Disusun Oleh : Kelompok 7 1. M. Salman Alfarizi 2. Muamar Musoneb
PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH ASSUNNIYYAH KENCONG – JEMBER 2018 A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidikan atau guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota utama masyarakat. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat sehingga menjadi penting pendidikan untuk mencetak manusia yang memiliki berkualitas dan berdaya saing. Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya adanya beberapa hal yang mempengaruhi seperti motivasi, hubungan peserta didik dengan guru, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan siswa menjadi faktor penting guru dalam proses pembelajaran. 2. RUMUSAN MASALAH a. Apa konsep dasar teori belajar humanisme b. Apa karakteristik belajar menurut teori humanisme c. Apa asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip belajar menurut teori humanisme d. Apa teori-teori belajar humanisme e. Apa alternatif pembelajaran menurut teori humanisme 3. TUJUAN a. Mengetahui konsep dasar teori belajar humanisme b. Mengetahui karakteristik belajar menurut teori humanisme c. Mengetahui asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip belajar menurut teori humanisme d. Mengetahui teori-teori belajar humanisme e. Mengetahui alternatif pembelajaran menurut teori humanisme B. PEMBAHASAN a. Pengertian Humanisme
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia.Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
b. Konsep Teori belajar Humanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana
seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.
c. Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi, 2005)
- Mementingkan manusia sebagai pribadi. - Mementingkan kebulatan pribadi. - Mementingkan peranan kognitif dan afektif. - Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept. - Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu. - Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri. - Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman).
d. Prinsip teori Humanistik
1. Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar.
2. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki relevansi dengan keperluan mereka. 3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya. 4. Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil. 5. Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara. 6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya. 7. Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar. 8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam. 9. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri. 10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
e. Implementasi terhadap Pembelajaran
Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru mempunyai banyak tugas diantaranya : 1. memberi perhatian dan motivasi 2. membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum 3. Memahami karakteristik siswa 4. mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar 5. Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya 6. Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya 7. Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya 8. Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil, dimana proses dari penerapan teori belajar humanistik antara lain : 9. Merumuskan tujuan belajar yang jelas 10. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif. 11. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri 12. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri. Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada aspek tersebut. Adapun contoh langkah kongkrit yang bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh guru adalah : 1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. 2. Menentukan materi pelajaran. 3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa. 4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Kemudian implementasi dari teori humanisme dalam pembelajaran itu dapat kita lihat dengan beberapa model pembelajaran yang telah digunakan pada beberapa lembaga pendidikan. Dalam makalah ini penulis hanya memaparkan tiga model pembelajaran yang berkaitan dengan implementasi teori humanisme, yaitu Confluent Education, Open Education dan Cooperative Learning. 1) Confluent Education Confluent Education adalah pendidikan yang memadukan atau mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar kognitif di dalam kelas. Hal ini merupakan cara yang bagus sekali untuk melibatkan para siswa secara pribadi di dalam bahan pelajaran. Sebagai contoh misalnya, guru bahasa Arab memberikan tugas kepada para siswa untuk membaca sebuah Qishoh yang berjudul “Abu Nawas”. Melalui tugas itu, siswa-siswa tidak hanya diharapkan memahami isi bacaan tersebut dengan baik tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih baik dengan jalan guru membahas nilai-nilai yang terkandung dalam qishoh tersebut. Sehingga siswa tahu bagaimana seharusnya bersikap dalam kehidupan sehari-hari. 2) Open Education Open Education adalah proses pendidikan terbuka. Menurut Walberg dan Tomas(1972), Open Education itu memiliki delapan kriteria, yaitu: a) Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar tersedia, para siswa bergerak bebas di sekitar ruangan, tidak dilarang berbicara, tidak ada pengelompokkan atas dasar tingkat kecerdasan. b) Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat, artinya menggunakan bahan buatan siswa, guru menangani masalah-masalah tingkah laku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi dengan siswa yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok. a) Mendiagnosa pristiwa-pristiwa belajar, artinya siswa-siswa memerikasa pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. b) Pengajaran, yaitu pengajaran individual, tidak ada tes ataupun buku kerja. c) Penilaian, ujudnya: guru membuat catatan, penilaian secara individual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal. d) Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional, artinya guru menggunakan bantuan orang lain, guru bekarja dengan teman sekerjanya. e) Persepsi guru sendiri, artinya guru mengamati semua siswa untuk memantau kegiatan mereka. f) Asumsi tentang para siswa dan proses belajar, artinya suasana kelas hangat dan ramah, para siswa asyik melakukan sesuatu. g) Meskipun pendidikan terbuka memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bergerak secara bebas de sekitar ruangan dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri, namun bimbingan guru tetap diperlukan. 3) Cooperative Learning Cooperative Learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk menigkatkan dorongan berprestasi siswa. Menurut Slavin (1980) Cooperative Learning mempunyai tiga karakteristik: 1. Siswa bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota), komposisi ini tetap selama berminggu-minggu. 2. Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok. 3. Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
Adapun teknik Cooperative Learning itu ada empat macam, yaitu:
1. Team-Games-Tournament. Dalam teknik ini siswa yang kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda-beda disatukan dalam tim yang terdiri dari empat sampai lima orang anggota. Setelah guru menyajikan bahan, tim lalu mengerjakan lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi turnamen atau pertandingan, yang biasanya diselenggaran sekali seminggu. Dalam turnamen itu ditentukan beranggotakan tiga orang siswa untuk bertanding melawan siswa-siswa yang kemampuannya serupa (atas dasar hasil minggu sebelumnya). Hasilnya siswa-siswa yang prestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa yang berprestasi paling tinggi. 2. Student Teams-achievement Divisions. Teknik ini juga menggunakan tim yang terdiri dari empat sampai lima anggota tetapi kegiatan turnamen diganti dengan saling bertanya selama lima belas menit, pertanyaan- pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu disusun oleh tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada skor-skor yang lebih rendah, kecuali itu juga digunakan “skor perbaikan”. 3. Jigsaw. Dalam teknik ini siswa dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen. Bahan pelajaran dibagikan kepada anggota-anggota tim, kemudian siswa-siswa tersebut mempelajari bagian mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing- masing dan mengajarkan bagian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota-anggota timnya sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran. Sebagai contoh misalnya guru menetapkan tujuan yang menuntut para siswa mempelajari qira’ah. Guru kemudian membagikan bahan tersebut menjadi empat atau lima bagian terganting pada banyaknya anggota tim. Kemudian para siswa belajar bersama-sama dengan anggota tim lain yang menerima bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali dan mengajarkannya pada anggota timnya sendiri. Tujuannya adalah agar setiap tim mempelajarai seluruh bahan qirah’ah. 4. Group Investigation. Group Investigation adalah teknik dimana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok membagi-bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub topik, kemudian setiap anggota kelompok melakukan kegiatan- kegiatan meneliti yang diperlukan untuk mecapai tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas. Dalam metode ini, hadiah atau poin tidak diberikan. Demikianlah sekilas tentang keempat teknik Cooperative Learning itu. Menurut hemat penulis, ternyata Cooperative Learning itu pada umumnya mempunyai efek positif terhadap prestasi akademik. Keberhasilan Cooperative Learning bergantung pada kemampuan siswa berinteraksi di dalam kelompok. C. PENUTUP a. KESIMPULAN Teori ini disebut humanisme karena teori ini percaya bahwa setiap individu adalah positif, asumsi dasar teori ini kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi, stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan distorsi dan peyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, Prof DR Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya
Ahmad, Drs H Zainal Arifin, Handout Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita