Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 10

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI BELAJAR SOSIAL DAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN


PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

Dosen Pembina:
Dr. Zadrian Ardi, M.Pd., Kons.

Oleh :
Mutiara Lofia
NIM. 21035029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
A. PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI SOSIAL DAN HUMANISTIK

Belajar merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia


untuk menopang dan mengembangkan kehidupan. Melalui belajar, orang dapat memahami
konsep baru dan mengalami perubahan perilaku, sikap, dan keterampilan. Proses
pembelajaran dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungan dan dirinya sendiri.
Dengan cara ini, siswa mencapai aktualisasi diri yang optimal. Tujuan utama seorang
pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya. Ini terdiri dari membantu setiap
individu untuk melihat diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan menyadari
potensi yang ada di dalam diri mereka adalah teori yang menjelaskan apa yang terjadi
ketika proses belajar berlangsun. Teori belajar membantu kita memahami apa yang
sebenarnya terjadi dan bagaimana proses belajar bekerja. Oleh karena itu teori belajar
menjadi dasar bagi pengajaran yang baik dan pengelolaan yang baik melalui penggunaan
teori-teori belajar yang relevan, tepat dan disukai sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai.

Teori belajar sosial adalah teori belajar yang menekankan pengalaman dan perilaku
individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Teori belajar sosial diperkenalkan oleh
Albert Bandura. Konsep dalam teori ini menekankan pada komponen kognitif berpikir,
memahami dan mengevaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman
langsung atau pengamatan (melalui pemodelan). Teori belajar sosial atau teori belajar
observasional adalah teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori belajar
lainnya tentang rangsangan, tetapi antar rangsangan juga sebagai akibat dari reaksi yang
timbul. dari interaksi lingkungan dan skema kognitif seseorang. Prinsip dasar belajar
menurut teori ini adalah bahwa apa yang dipelajari individu, terutama dalam pembelajaran
sosial dan moral, adalah melalui peniruan dan peragaan (modeling) pola perilaku.

Teori ini memperhitungkan pentingnya pengkondisian. Dengan menawarkan


penghargaan dan hukuman, individu dengan sengaja memutuskan perilaku sosial apa yang
mereka butuhkan untuk terlibat. Menurut Bandura, Albert Bandura mengambil pandangan
yang berbeda dari Skinner dan ahli teori lainnya, individu belajar banyak melalui imitasi,
dan imitasi melibatkan berbagai proses kognitif. Bandura menekankan bahwa proses
kognitif berkaitan erat dengan lingkungan dan tindakan (perilaku).Teori ini menekankan
pentingnya isi pembelajaran, namun pada kenyataannya berbicara paling ideal tentang
proses belajar mengajar.Teori belajar humanistik juga berbicara tentang teori belajar yang
mengemukakan bagaimana manusia dapat menjadi manusia dan siswa dapat
mengembangkan potensinya. Dalam teori belajar humanistik, proses belajar harus berpusat
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini menekankan pentingnya isi proses
pembelajaran, dalam praktiknya teori ini berbicara tentang proses belajar-mengajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Artinya teori tersebut berfokus pada gagasan belajar, bentuk
pembelajaran paling ideal yang dapat kita amati dalam dunia kita sehari-hari. Teori apa pun
dapat digunakan selama tujuan "memanusiakan seseorang" atau mencapai aktualisasi diri
tercapai.
Teori belajar humanistik menyatakan bahwa belajar dianggap berhasil ketika
peserta didik memahami lingkungan mereka dan diri mereka sendiri. Siswa dalam proses
pembelajaran harus berusaha mewujudkan dirinya selangkah demi selangkah. Teori belajar
semacam itu berusaha memahami perilaku belajar dari perspektif pelaku daripada dari
perspektif pengamat.

Pada dasarnya, kata "humanis" adalah istilah yang memiliki banyak arti tergantung
pada konteksnya. Misalnya, humanisme dalam wacana keagamaan berarti
ketidakpercayaan terhadap keyakinan manusia tentang unsur supernatural, nilai-nilai
transendental, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan penalaran. Humanistik, di sisi lain,
berarti kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang tidak suci. Sementara humaniora
di tingkat akademik berfokus pada pengetahuan tentang budaya manusia, seperti studi
klasik tentang budaya Yunani dan Romawi (Roberts, 1975), pendidikan humanistik
berfokus pada pendidikan sebagai pendidikan yang mempromosikan satu pendekatan
humanisme. Dalam istilah kata 'humanistik' pada hakikatnya merupakan kata sifat yang
menggambarkan suatu pendekatan terhadap pendidikan (Mulkhan, 2002).

Teori-teori pendidikan humanistik yang muncul pada tahun 1970-an didasarkan


pada tiga teori filosofis, yaitu: pragmatisme, progresivisme, dan eksistensialisme. Menjaga
Kontinuitas Karena progresifisme secara kreatif menekankan kebebasan aktualisasi diri,
maka diperlukan lingkungan belajar yang secara demokratis menentukan kebijakannya.
Progresif berjuang untuk membuat pendidikan lebih bermakna bagi kelompok sosial.
Progresivisme menekankan pemenuhan kebutuhan dan minat anak. Anak-anak perlu secara
aktif memperoleh pengalaman hidup. Belajar tidak hanya dari buku dan guru, tetapi juga
dari pengalaman hidup. Pengaruh terakhir munculnya pendidikanh umanistik adalah
eksistensialisme yang pilar utamanya adalah invidualisme. Kaum eksistensialis
memandang sistem pendidikan yang ada itu dinilai membahayakan karena tidak
mengembangkan individualitas dan kreativitas anak. Sistem pendidikan tersebut hanya
mengantarkan mereka bersikap konsumeristik, menjadi penggerak mesin produksi, dan
birokrat modern. Kebebasan manusia merupakan tekanan para eksistensialis. Pemikiran
pendidikan ini mengantarkan pandangan bahwa anak adalah individu yang memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi sehingga muncul keinginanbelajar. Hal ini sesuai dengan pandangan
bahwa eksistensialisme adalah suatuhumanisme.

Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaianaktualisasi
diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal. Penuturan Knight
tentang humanistik adalah “Central to the humanisticmovement in education has been a
desire to create learning environment where childrenwould be free from intense
competition, harsh discipline, and the fear of failure”. Hal mendasar dalam pendidikan
humanistik adalah keinginan untuk mewujudkanlingkungan belajar yang menjadikan
peserta didik terbebas dari kompetisi yanghebat, kedisiplinan yang tinggi, danketakutan
gagal. Freire mengatakan ; “Tidak ada dimensi humanistik dalam penindasan, juga tidak
ada proseshumanisasi dalam liberalisme yang kaku”.
B. PRINSIP PRINSIP BELAJAR MENURUT TEORI BELAJAR SOSIAL DAN
HUMANISTIK

Prinsip prinsip belajar menurut teori belajar sosial adalah :

➢ Dalam pembelajaran, setiap siswa harus berpartisipasi secara aktif,


meningkatkan minat dan mengarahkan pencapaian tujuan pendidikan.
➢ Penyajian pembelajaran harus sederhana, agar siswa mudah memahami
artinya.
➢ Pembelajaran harus mampu menciptakan motivasi yang kuat dalam diri
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
➢ Belajar adalah proses yang berkesinambungan, sehingga harus
dilakukan setahap demi setahap sesuai dengan perkembangannya.
➢ Belajar membutuhkan ruang yang cukup agar anak dapat belajar dengan
tenang.
➢ Belajar membutuhkan komunikasi antara anak dan lingkungannya.

Prinsip prinsip menurut teori belajar humanistik adalah :

➢ Manusia memiliki pembelajaran secara alami


➢ Belajar kritis terjadi ketika siswa menganggap materi pembelajaran
relevan dengan tujuan tertentu.
➢ Pelajari tentang perubahan dalam kesadaran diri.
➢ Pembelajaran bermakna dicapai ketika siswa melakukannya.
➢ Pembelajaran yang lancar ketika siswa dilibatkan dalam proses
pembelajaran.
➢ Pembelajaran yang melibatkan siswa sepenuhnya dapat menghasilkan
hasil yang luar biasa.
➢ Rasa percaya diri siswa meningkat saat mereka menjadi lebih akrab
dengan introspeksi.

Prinsip Pendidik Humanistik:

(1) Siswa harus dapat memilih apa yang ingin mereka pelajari. Guru humanis
percaya bahwa siswa termotivasi untuk mempelajari materi ketika itu relevan
dengan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri.

(2) Tujuan pendidikan harus memotivasi dan mengajar siswa untuk belajar.
Siswa perlu dimotivasi dan diilhami untuk belajar mandiri.

(3) Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya penilaian
belajar mandiri yang bermakna.

(4) Pendidik humanistik percaya bahwa baik emosi dan pengetahuan sangat
penting dalam proses pembelajaran dan tidak memisahkan domain kognitif dan
emosional.
(5) Pendidik humanistik menekankan pentingnya menghindari pencemaran
lingkungan agar siswa dapat belajar dengan aman. Memberikan kepastian
membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan bermakna.

Prinsip belajarnya adalah:

(1) Pembelajaran dimulai dengan keseluruhan dan berlanjut hanya dengan


bagian-bagian.

(2) Keseluruhan memberi arti pada bagian-bagian.

(3) Belajar adalah adaptasi terhadap lingkungan.

(4) Belajar berhasil ketika mencapai kedewasaan dan pemahaman.

(5) Belajar berhasil bila memiliki tujuan individu yang bermakna.

(6) Individu adalah organisme yang aktif dalam proses belajar, bukan wadah
yang diisi oleh orang lain.

C. PENERAPAN TEORI BELAJAR SOSIAL DAN HUMANISTIK DALAM


PEMBELAJARAN

Penerapan teori belajar humanistik dan sosial:

1. Mengembangkan tujuan pembelajaran yang jelas

2. Memastikan partisipasi aktif siswa melalui keterlibatan pembelajaran yang jelas,


jujur, dan aktif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kapasitas mereka untuk belajar mandiri.

4. Mendorong siswa untuk peka terhadap pemikiran kritis dan menafsirkan proses
pembelajaran secara mandiri.

5. Siswa didorong untuk mengungkapkan pendapat mereka secara bebas, membuat


keputusan sendiri, bertindak sesuka hati, dan mengambil risiko sesuai indikasi.

6. Guru menerima siswa apa adanya, mencoba memahami ide-ide mereka, dan
mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas seluruh proses pembelajaran daripada
membuat penilaian preskriptif.

7. Biarkan siswa maju dengan kecepatan mereka sendiri.

8. Evaluasi akan dilakukan berdasarkan kasus per kasus sesuai dengan kinerja
akademik
DAFTAR PUSTAKA

- Dahar, R. W., (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen dikti, P2LPTK.

- Degeng,I.N.S., (1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud,


Dirjen Dikti, P2LPTK.

- Dimyati, M, (1989). Psikologi pendidikan. Jakarta: Depdikbud, DirjenDikti, P2LPTK.

- Mulkhan, A. M. (2002). Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis


Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana

- Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik
Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.

- Perni, N. N. (2018). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. Hal


105-113.

- Suciati & Irawan, P. (2001). Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Depdiknas, Dirjen
PT, PAU.

- Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

- Toeti Soekamto, dkk., (1992). Prinsip Belajar dan Pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai