Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR DALAM ALIRAN


HUMANISTIK DAN KONSTRUKTIVISTIK

Disusun Oleh :
1. M. RIZKI AULI ADANI
2. ……………………………….

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses berfikir, yang menjadikan seorang individu menjadi tahu
dan mengerti tentang berbagai hal yang tidak di ketahui sebelumnya. Dalam dunia pendidikan
terdapat banyak sekali teori-teori tentang belajar, yang di pelajari dalam materi belajar dan
pembelajaran. Teori-teori ini diajukan oleh banyak ahli dari bidang psikologi maupun
pendidikan.
Teori-teori tentang belajar dan pembelajaran tersebut sangat perlu diketahui dan
dipahami oleh para pendidik maupun calon pendidik, agar mereka mampu memahami
bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang baik, sehingga mereka dapat mendidik para
peserta didik dengan baik.
Secara umum berdasarkan orientasinya teori tentang belajar dan pembelajaran
diklasifikasikan menjadi empat yang meliputi teori belajar yang beorientasi pada tingkah laku
(behviorisme), teori belajar yang berorientasi pada kemampuan kognitif (kognitivisme), teori
belajar yang berorientasi pada proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan sendiri
(konstruktivisme), dan teori yang akan kami bahas dalam makalah ini ialah teori belajar yang
berorientasi pada pembentukan sifat kemanusiaan (humanisme)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme ?
2. Apa saja prinsip teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme ?
3. Siapa saja tokoh teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme ?
4. Bagaimana aplikasi teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme terhadap
pembelajaran siswa ?
5. Apa kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme
2. Menyebutkan prinsip dari teori humanisme dan konstruktivisme.
3. Menyebutkan tokoh-tokoh dari teori humanisme dan konstruktivisme.
4. Menjelaskan bagaimana aplikasi teori humanisme dan konstruktivisme terhadap
pembelajaran siswa.
5. Menyebutkan kelebihan dan keunggulan teori humanisme dan konstruktivisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Humanisme


1. Pengertian
Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia, proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar daari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya
guru memperhatikan prinsip Pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

2. Prinsip Teori Pembelajara Humanisme


Beberapa prinsip Teori belajar Humanisme :
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan partisipan aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur
dan positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri.
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memakai proses pembelajaran secara
mandiri.
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihan sendiri,
melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g. Memberikan kesempatan siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

2
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan siswa mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan
lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman
dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahab itu.

3. Tokoh Teori Pembelajaran Humanisme


a. Kolb
Pada tahap awal para peserta didik hanya sekedar mengikuti suatu kejadian, tanpa
mengetahui untuk apa dan mengapa kejadian itu terjadi. Pada tahap kedua, para
peserta didik mulai memikirkan dan memahami kejadian tersebut. Tahap selanjutnya
peserta didik mulai bisa memahami suatu hal atau kejadian tersebut dengan mulai
bisa memberikan contoh mengenai kejadian tersebut. Pada tahap terakhir, para
peserta didik sudah mampu mengaplikasikan kejadian atau sesuatu hal tersebut.
b. Honey, Mumfrod, dan Hobermas
Peserta didik digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu peserta didik aktivis,
peserta didik reflector, peserta didik teoritis, dan peserta didik pragmatis. Peserta
didik aktivis adalah peserta didik yang senang terlibat dan berpartisipasi dalam hal-
hal baru. Peserta didik reflector adalah peserta didik yang berhati-hati dalam

3
mengambil suatu keputusan. Peserta didik teoritis adalah peserta didik yang berfikir
kritis dan sangat mengutamakan berfikir secara rasional. Peserta didik pragmatis
adalah peserta didik yang menyukai hal-hal yang praktis tidak suka bertele-tele.
c. Habermas
1) Technical Learning ( Belajar Teknis )
Siswa belajar berinteraksi dan berusaha menguasai dan mempelajari alam
sekelilingnya.
2) Practical Learning ( Belajar Praktis )
Siswa berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya.
3) Emancipatory Learning ( Belajar Emansipatoris )
Siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin
tentang perubahan cultural dari suatu lingkungan.
d. Carl Rogers
1) Hasrat untuk belajar : disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus-
menerus terhadap dunia seklilingnya.
2) Belajar bermakna : seseorang yang beraktivitas akan selalu menimbang-nimbang
apakah aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya.
3) Belajar tanpa hukuman : belajar yang bebas dari ancaman hukuman akan
membuat anak bebas melakukan apa saja, mengadakan eksperimentasi hingga
menemukan sesuatu yang baru.
4) Belajar dengan inisiatif sendiri : menyiratkan tingginya motivasi internal yang
dimiliki.
5) Belajar dan perubahan : siswa harus belajar untuk dapat menghadapi kondisi dan
situasi yang terus berubah.

4. Aplikasi Teori Pembelajaran Humanisme Terhadap Pembelajaran Siswa


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peraan guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( Student Center ) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif daan meminimalkan potensi yang bersifat
negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar. Ciri-
ciri guru fasilitatif adalah :

4
a. Merespon perasaan siswa
b. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d. Menghargai siswa
e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk menentapkan
kebutuhan segera dari siswa)
g. Tersenyum pada siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar daan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri.

5. Kelebihan dan Kekurangan teori belajar humanistik


a. Kelebihan
1) Teori belajar humanistik memiliki karakter yang memfokuskan pada
pengembangan sikap, kepribadian, mental dan analitik.
2) Siswa dengan sendirinya akan termotivasi dan merasa senang dalam belajar.
3) Karena memahami jiwa dan pola pikir siswa, huru akan menerima mereka apa
adanya.
4) Siswa memiliki pengetahuan yang bermakna
5) Siswa akan lebih inovatif dalam menguasai pembelajaran dengan gampang.
6) Salah satu ciri kesuksesan penerapan teori belajar humanistik adalah siswa merasa
termotivasi dalam belajar.
7) Siswa akan mempunyai pola pikir dan perasaan halus yang baru.
8) Siswa akan memiliki mental yang kuat dan berkarakter. Menjadi manusia
seutuhnya berani, kuat, bebas dan bisa mengontrol kepribadiannya dengan penuh
tanggung jawab.
9) Siswa dalam jangka panjang bisa meraih potensi diri dengan baik.
b. Kekurangan
1) Implementasi teori humanistik akan membuat siswa cenderung lebih
mementingkan diri sendiri.
2) Penerapan teori belajar akan tersendat bila siswa tidak didukung dengan motivasi
dan lingkungan yang baik.
3) Penerapan teori akan susah untuk di aktualisasi dalam bentuk yang lebih efisien.

5
4) Bagi siswa yang malas untuk mendalami potensi diri akan tertinggal dalam
pembelajaran.
5) Bagi siswa yang memiliki kecenderungan pasif dan inisiatif dalam belajar akan
tertinggal dalam pembelajaran.
6) Faktor dari kesuksesan pembelajaran lebih berpengaruh atas tindak siswa sendiri.
7) Fungsi guru dalam pertumbuhan karakter siswa akan semakin berkurang.

B. Teori Belajar Konstruktivisme


1. Pengertian
Secara etimologi, kata konstruktivisme berasal dari konstruktif yang berarti
’bersifat membina, memperbaiki, membangun’ dan kata isme yang berati ’suatu
paham’, Konstruktivisme adalah suatu paham yang bersifat membina, memperbaiki, dan
membangun gagasan peserta didik dalam proses pembelajaran (Dalam Anwar, 2003:
242). Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan
oleh Giambatista Vico pada tahun 1710. Menurutnya seseorang baru mengetahui
sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu,
(Suparno dalam Veronika, 2010).
Perkembangan filsafat biasanya diawali dengan definisi realitas dan
kemudian mendeskripsikan satuan-satuan lain yang termasuk dalam istilah definisi itu.
Sebaliknya, menurut Philips (dalam Gredler, 2011: 22) konstruktivisme secara umum
berfokus pada filsafat pengetahuan, menyisihkan peran dari realitas eksternal dalam
membentuk keyakinan. Artinya, konstruktivisme memberikan pesan besar pada proses
sosial yang berfungsi sebagai kriteria untuk menentukan konten (isi) pengetahuan.
Menurut Santrock (2011: 389) pendekatan konstruktivisme adalah
pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan belajar denagn
baik apabila mereka secara aktif mengontruksi pengetahuan dan pemahaman. Berkaitan
dengan definisi konstruktivisme, Iskandarwassid (2011: 62) berpendapat bahwa makna
konstuktif berarti bahwa paara peserta didik diajak menyusun kembali rencana dan
mensimulasikan sebuah proyek kerjaa. Dalam konstruktivisme ditentukan metode
pembelajaran kooperatif, generatif, startegi bertanya, inkuiri, dan metakognitif. Dalam
teori konstruktivisme, peserta didik diberi tugas-tugas yang kompleks, sulit, namun
realitis, kemudian mereka diberi bimbingan secukupnya untuk menyelesaikan tugas.
Poedjiadi (dalam Veronika,2010) berpendapat bahwa konstruktivisme bertitik
tolak diri pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah
pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya.
Senada dengan pendapat itu, Karli (dalam Veronika,2010) mengemukakan
konstruktivisme adalah salah satu pandangan yang dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi

6
melalui pengetahuan diri, dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun
oleh anak melalui pengalamannya.
Konstruktivisme juga menyatakan tentang yang dihadapi dalam pengelolaan
aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be connected) dengan orang
yang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat diklasifikasikan sebagai belajar.
Behaviorisme, kognitivisme, dan Konstruktivisme tidak menyatakan tantangan-
tantangan dari pengetahuan organisasional dan pergantian (tranference).
Aliran informasi dalam suatu organisasi merupakan elemen penting dalam hal
efektifitas secara organisasi. Aliran informasi dianalogika sama dengan pipa minyak
dalam sebuah industri. Menciptakan, menjaga, dan memanfaatkan aliran informasi
hendaaknya menjadi kunci aktivitas organisasional. Aliran pengetahuan dapat
diumpamakan sebagai sebuah sungai yang berliku-liku melalui ekologi suatu organsasi.
Di daerah tertentu meluap dan di tempat lain airnya surut. Sehatnya ekologi belajar dari
suatu organisasi tergantung pada efektifnya pemeliharaan aliran informasi.
Analis jaringan sosial merupakan unsur-unsur tambahan dalam memahami
model-model belajar di era digital. Art Kleiner (2002) menguraikan quanrum theory of
trust milik Karen Stephenson yang menjelaskan tidak hanya sekadar bagaimana
mengenal kapabelitas kognitif kolektif dari suatu organisasi, tetapi bagaimana mengolah
dan meningkatkannya.
Starting point konstruktivisme adalah individu. Pengetahuan personal terdiri
dari jaringan, yang hidup dalam organisasi atau institusi, yang pada gilirannya memberi
umpan balik pada jaringan itu, dan kemudian terus menerus meberi pengalaman belajar
kepada individu. Gerak perkembangan pengetahuan (personal ke jaringan ke organisasi)
memungkinkan pembelajar tetap mutakhir dalam bidangnya melalui hubungan
(connections) yang mereka bentuk.

2. Prinsip-prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
kaktifan murid sendiri untuk menalar
c. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relavan dengan siswa
f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan

7
g. Mencari dan menilai pendapat siswa
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menaanggapi anggapan siswa
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu
proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relavan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak
siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat memebantu mereka mencapai tingkat penemuan.

3. Tokoh-tokoh teori konstruktivisme


a. John Dewey dalam belajar demokrasi
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada
penelitian John Dewey (Ibrahim & Nur, 2004). Dalam demokrasi dan pendidikan
Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan
masyaarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan
masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey menganjurkan pembelajaran untuk
mendorong pembelajaran terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan
membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial.
Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran dosekolah seharusnya lebih
memiliki manfaat dari pada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik
dapat dilakukan oleh pembelajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri.
b. Piaget dan Vygotsky
Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan diatas pandangan
konstruktivis kognitif (Ibrahim dan Nur, 2004). Pandangan ini banyak didasarkan
teori piaget. Piaget mengemukakan bahwa pembelajaran dalam segala usia secara
aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka
sendiri. Bagi piaget pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan
seseorang (Suparno, 1997). Pengetahuan tidak bersifat statis tetapi terus berevolusi.
Seperti halnya piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan
intelektual terjadi padda saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan
menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan oleh pengalaman ini (Ibrahim & Nur, 2004). Untuk memperoleh
pemahaman individu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang
telah dimiliki.

8
Piaget memandang bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu
dilalui tanpa memendang latar konteks sosial dan budaya individu. Sementara itu,
Vygotsky memberi tempat lebih pada aspek sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa
interaksi sosial dengan orang lain mendorong terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual pembelajar. Implikasi dari pandangan
Vygotsky dalam pendidikan adalah bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi
sosial dengan pembelajar dan teman sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari
pembelajaran atau teman sejawat yang lebih mampu, pembelajaran bergerak ke
dalam zona perkembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi.
c. Bruner dan belajar penemuan
Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Ia telah mengembangkan suatu model intruksional kognitif yang sangat
berpengaruh yang disebut dengan belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dan dengan sendirinya meberikan hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk
pemecahan masalah dan pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1998).
Bruner menyarankan agar pembelajar hendaknya belajar melalui partisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh pengetahuan. Perlunya pembelajar penemuan didasarkan pada
keyakinan bahwa pembelajar sebenarnya melalui penemuan pribadi.

4. Aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran


Aplikasi teori belajar konstruktivistik dalam proses belajar pembelajaran dapat
menggunakan beberapa metode belajar, seperti penjelasan/ceramah, tanya jawab,
diskusi, penugasan, bermain peran. Pada teknik penjelasan/ceramah, guru
menjelaskan tentang suatu materi pembelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui
apa yang akan dipelajarinya. Pada teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam
suatu pembelajaran berlangsung, guru dan siswa dapat melakukan tanya jawab yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dengan memanfaatkan
pengetahuan awal (dasar) yang dimilikinya. Pada teknik diskusi, siswa
mendiskusikan dengan siswa lainya dan guru mengenai materi pelajaran tersebut.
Motode penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dengan
jalan memberi tugas kepada siswa. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian
tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat
diberikan secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas ini juga
dapat dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lainnya.

9
Pendekatan belajar konstruktivitik memiliki beberapa strategi dalam proses
belajar. Strategi-strategi belajar (Slavin, 1994) tersebut adalah:
1. Top-down processing.
Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa belajar dimulai dari
masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan atau
menemukan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya, siswa diminta menulis
kalimat-kalimat, kemudian dia akan belajar untuk membaca, belajar tentang tata
bahasa kalimat-kalimat tersebut dan kemudian bagaimana menulis titik dan
komanya.
2. Cooperative learning,
Yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa
akan lebih mudah menemukan secara komprehensip konsep-konsep yang sulit
jika mereka mendiskusikannya dengan siswaa yang lain tentang problem yang
dihadapi. Dalam strategi ini, siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau
kelompok untuk saling membantu memecahkan problem yang dihadapi.
3. Generative learning.
Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara
materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Sehingga dengan
menggunakan pendekatan generative learning diharapkan siswa menjadi lebih
melakukan proses adaptasi ketika menghadapi stimulus baru. Selain itu,
pendekatan ini mengajarkan sebuah metode yang untuk melakukan kegiatan
mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpulan, atau antalogi-
antalogi terhadap apa yang sedang dipelajari.

5. Kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme


a. Kelebihan
1) Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa
untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan
2) Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru.
3) Teori ini ddalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep
4) Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan
teman dan guru dalam membina pengetahuan baru
5) Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus maka mereka akan paham, ingat,
yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semngat dalam belajar dan membina
pengetahuan baru.

10
b. Kekurangan
1) Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-maasing, oleh karena itu
pendapat siswa berbedaa dengan pendapat para ahli
2) Teori ini menampakan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas
3) Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuan yang baru ddan keaktifan siswa.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori pembelajaran humaniisme adalah teori yang berorientasi pada aspek
kemanusiaan. Proses pembelajaran harus berasal dan berakhir pada manusia itu sendiri.
Teori ini terpusat pada ide atau cara-cara dalam belajar agar para peserta didik dapat merasa
nyaman dan senang untuk belajar, karena tujuan dari teori ini untuk memnusiakan manusia.
Pada proses pembelajarannya, pembelajaran harus memiliki makna, sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan tidak sia-sia. Namun kelemahan dari teori ini adalah sulitnya
menerapkan teori ini dalam proses pembelajaran. Padahal teori ini sangatlah ideal, dengan
pemahaman ini para pendidik dapat lebih memahami hakikat jiwa manusia dan dapat
membantu para pendidik menentukan strategi belajar yang tepat secara lebih terarah dan
tidak semata-mata hanya berdasarkan keinginannya sendiri.
Teori dan aliran konstruktivisme menuntut peserta didik membangun ide atau
gagasannya terhadap sesuatu. Dalam aliran ini, seorang anak dikategorikan berhasil dalam
belajar apabila anak tersebut mampu mengembangkan dan menumbuhkan gagasan baru.
Dalam konstruktivisme ditekankan metode pembelajaran kooperatif, generatif, strategi
bertanya, inkuiri, dan metakognitif. Dalam teori ini, peserta didik diberi tugas-tugas yang
kompleks, sulit, namun realitis, kemudian mereka diberi bimbingan secukupnya untuk
menyelesaikan tugas.

B. Saran
Pendidik harus bisa mendorong peserta didik untuk belajar atas inisiatif sendiri
bukan karena suatu paksaan, pendidik juga harus memahami jalan pikiran peserta didik dan
menerima apa adanya. Pendidik harus mampu mendorong peserta didik untuk peka berfikir
kritis, memakai proses pembelajaran secara mandiri.
Teori konstruktivisme menuntut peserta didik aktif dan membangun gagasannya
sendiri. Dalam teori ini, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, sedangkan siswa
diharuskan mencari sendiri ddan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka sangat tepat teori ini diterapkan dalam proses belajar, karena
seorang anak yang mencari sendiri pengetahuan dan mampu menyampaikannya kembali
atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka pengetahuan itu akan lebih
lama ada pada anak tersebut dibandingkan pengetahuan yang hanya ia dengar maupun lihat.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9882860/MAKALAH_TEORI_PEMBELAJARAN_HUMAN
ISME diakses 18 Oktober 2022

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/31/implementasi-teori-belajar-
konstruktivistik-dalam-pembelajaran/ diakses 22 Oktober 2022

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/31/kekurangan dan kelebihan-teori-


belajar-konstruktivistik-dalam-pembelajaran/ diakses 30 Oktober 2022

https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-
belajar-kognitif/teori-belajar-konstruktivistik diakses 15 November 2022

https://yusniarbrpurba.blogspot.com/2018/01/makalah-teori-dan-aliran-
konstruktivisme.html diakses 19 November 2022

13

Anda mungkin juga menyukai