Anda di halaman 1dari 17

TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN HUMANISME

(Makalah)

Dosen Pengampu: Agil Lepiyanto, M.Pd

Disusun oleh:

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

PENDIDIKAN BIOLOGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Agil Lepiyanto, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang
telah memberi tugas dan petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat
menyelesaikan tugas ini.
2. Rekan-rekan kelompok semua di Universitas Muhammadiyah Metro yang telah saling membantu
dalam menyusun makalah.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang “Teori
Belajar Menurut Aliran Humanisme”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalkami
harapakan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Metro, 21 April 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya.
Aliran humanisme  muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini
boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-
menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang
manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam
dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting
dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi
perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormala”atau
“sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit”
tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan
dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar.
Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk
manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk
dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya
lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang
dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik
pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini
dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori belajar humanisme?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanisme?
3. Apa saajakah prinsip-prinsip teori belajar humanisme?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanisme?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanisme?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar humanisme?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari teori belajar humanisme
2. Mengenal tokoh-tokoh dari teori belajar humanisme
3. Memahami prinsip-prinsip teori belajar humanisme
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanisme
5. Mengetahui cara penerapan atau pengimplikasian dari teori belajar humanisme
6. Mengetahui kelebihan serta kekuragan dari teori belajar humanism
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanisme


Dalam teori belajar humanistme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar,
dalam kenyataan teri ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bias kita
amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia pun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang dad dalam diri
mereka.
Dalam pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga dalam
pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna
atau “Meaningful Lerning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa
belajar merupakan asimilasi bermakna.materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan  keinginan dari
pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif
yang telah dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu mencapai aktualisai diari,
pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat
memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini
menjadikan teori humanisntic bersifat sangan eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa
setiap pendiriian atau pendekatan belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada pula
klemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu system dengan membiarkan unsure-unsur
tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan
memanfaatkan teori-teori apapun asal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya
hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan
pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut
pandangnya masing – masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana
manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat
berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing.

B. Tokoh-Tokoh Teori Humanisme


Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain adalah:
Arthur Combs, Abraham maslow, dan Carl Rogers.
1. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan sesorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana
ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku
orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi
humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan
personalisasi informaso tersebut.
a. Pemerolehan informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang
dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat
bagi dirinya.
b. Personalisasi informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer
langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mencerna
dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuai dan
bermakna. Artinya informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik
menjadi pemilik informasi tersebut. peran guru disini adalah sebagai
pembimbing yang mengarahkan.

Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar keluar bahwa
pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya
tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti
dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam
mengajar bukanlah bagaimana pelajar itu disampaikan, namun bagaimana membantu
murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut
dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah
berhasil.
Semakin jauh hal-hal 7yang terjadu diluar diri seseorang (dunia) dari pusat
lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnyaterhadap seseorang.
Sebaliknya, semakin dekat hal-ha tersebut dengan pusat lingkaran maka semakin
besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi sudah jelas, semakin
banyak hal yang dipelajari oleh murod maka akan segera dilupakan, karena tidak ada
kaitan sama sekali dengan dirinya.

2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi
humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap
upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan
atas asumsi bahwa dalan diri manusia atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow berpendapat bahwa manusia memilikki hierarki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan
tertinggi. Keutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan, yaitu:
a. Kebutuhan jsmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum, tidur,
dan sex menuntut sekali dipuaskan.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan, keamanan
lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana.
c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta,
persahabatan, dan keluarga, kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan
sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga
diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas, kreativitas,
dan ekspresi diri.

Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu


kebutuhan yang berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama
disebut deficiency neds (kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan
kebutuhan ini pada umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan
yang lain dinamakan growth needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya
lebih bergantung pada manusia itu sendiri.

Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang


tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada
terpenuhinyankebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan
potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini
tampil,tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan
untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan
pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam
proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila
guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau
bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow,
guru tidak bias menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum
memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di
bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau
tidak melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau
ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.

3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non
directive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioneer
dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari
Rogers sebagi metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah
gangguan  emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri
dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat
menjadi dirinya sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua
pengalaman dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru. Dengan
demikian ia akan banyak mengalami emosi (emosional) baik yang positif
maupun yang negative.
b. Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang terbuka terhadap
pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu
berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respon atas pengalaman
selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka diri terhadap
pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa
yang dirasakannya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat
mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa
adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran
dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara
pribadi mengenai kehidupan dan percaya masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat melihat
sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu melakukan apa
yang saja yang ingin dilakukanya.
e. Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme
mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan
cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan
berkembang sebagai respon atas stimulus kehidupan yang beraneka ragam
disekitarnya.

Calr R. Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang gagasan-


gagasnnya berpebgaruh terhadap pukiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik
klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan , Rogers
mengutarakan pendapat tentang prinsis-prinsip belajar humanisme.Dalam buku
Freedom to Learn, Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanisme yang
penting adalah sebagia berikut :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan
mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.

Berdasarkan  prinsip-prinsip  belajar yang dikemukakan oleh Rogers diatas,


secara singkat inti prinsip belajar humanism adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk belajar. Hal ini
terbukti dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi kesempatan
untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini
merupakan asumsi dasar pendidikan humanisme. Di dalam kelas yang
humanism anak-anak diberi kesempatan dan bebas untuk memuaskan
dorongan ingin tahunya,  untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan
apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.

b. Belajar yang berarti


Belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa yang dipelajari relevan
dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar adengan
cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.

c. Belajar tanpa ancaman atau hukuman


Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau hukuman. Proses
belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuanya,
dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-
kesalahan tan pa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.

d. Belajar atas inisiatif sendiri


Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri
dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah arah
belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan
kesempatan kepada murid untuk  “belajar bagaimana caranya belajar” (to
learn how to learn). Tidak perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran
itu penting, akan tetapi tidak ebih penting daripada memperoleh kecakapan
untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi,
dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid
baik paa proses maupun hasil belajar.

Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadibebas, tidak


bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif
sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat
keputusan, menentukan pilihan dan melekukan penilaian. Dia juga lebih
bergantung pada dirinya sendiri dan kuran bersandar pada penilaian pihak
lain.

Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek
pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang lain
menanamkan jenis belajar ini sebagai whole – person learning belajar dengan
seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanisme
percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan menghasilkan perasaan
memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan demikian, murid
akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas
dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.

e. Belajar dan perubahan


Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah bahwa yang paling
bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Menurut Rogers, diwaktu-
waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan
yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang diperoleh di
sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini
perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan
teknologi selalu maju dan melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak
membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang
akan datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang
mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanisme


Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers (Soemanto, 2006:139-140), ia
menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan
lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman
dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

D. Implikasi Teori Belajar Humanisme


1. Guru sebagai fasilitator
Psikologi humanism memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah sebagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berkualitas fasilitator.
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan didalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d. Dia mencoba mengatur yang menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tuujuan mereka.
e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok.
g. Jika suasana penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat
berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu,
seperti siswa yang lain.
h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak
oleh siswa.
i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

2. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan


tujuan-tujuan yang bernakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong yang
tersembunyi di dalam belajar yang bernakna tadi.
3. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
4. Guru menempatkan dirinya sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok
5. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan tetapi sebagi andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

a. Merespon perasaan siswa.


b. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.
c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.
d. Menghargai siswa.
e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.
f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk menetapkan kebutuhan
segera dari siswa).
g. Tersenyum pada siswa.

Dari penelitian itu  diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

E. Aplikasi Teori Belajar Humanisme


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik
untuk memperoleh tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235)
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur, dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik
untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko
dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik
untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta
didik. (Mulyati, 2005: 182)

F. Kelebihan dan kekurangan teori belajar humanism


1. Kekurngan
Peserta didik kesulitan dalam mengenali diri dan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.
2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntut untuyk berusaha agar lambat laun
mampu mencapai akttualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Selain itu, teori humanisme
mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya populer
sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut
membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot
yang lebih tinggi daripada realitas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Teori Belajar Humanisme  (online). (trimanjuniarso.files.wordpress.com).


/2008/02/teori belajar humanism.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta :PT Rineka Cipta.
Karwono.2010.Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.Ciputat:Cerdas Jaya.
Rahmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Jurnal
Pendididkan Islam,1-1-2008 : 99 – 114.
https://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik
https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/19/toeri-belajar-humanistik-pengertian-teori-belajar-
humanistik-tokoh-teori-belajar-humanistik-prinsip-dalam-teori-belajar-humanistik-aplikasi-teori-
belajar-humanistik-implikasi-teori-belajar-humani/
http://www.academia.edu/8231265/MAKALAH_TEORI_PEMBELAJARAN_HUMANISME_Diaju
kan_untuk_memenuhi_tugas_matakuliah_Belajar_dan_Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai