(Makalah)
Disusun oleh:
PENDIDIKAN BIOLOGI
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Agil Lepiyanto, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang
telah memberi tugas dan petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat
menyelesaikan tugas ini.
2. Rekan-rekan kelompok semua di Universitas Muhammadiyah Metro yang telah saling membantu
dalam menyusun makalah.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang “Teori
Belajar Menurut Aliran Humanisme”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalkami
harapakan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya.
Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini
boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-
menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang
manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam
dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting
dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi
perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormala”atau
“sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit”
tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan
dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar.
Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk
manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk
dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya
lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang
dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik
pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini
dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori belajar humanisme?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanisme?
3. Apa saajakah prinsip-prinsip teori belajar humanisme?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanisme?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanisme?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar humanisme?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari teori belajar humanisme
2. Mengenal tokoh-tokoh dari teori belajar humanisme
3. Memahami prinsip-prinsip teori belajar humanisme
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanisme
5. Mengetahui cara penerapan atau pengimplikasian dari teori belajar humanisme
6. Mengetahui kelebihan serta kekuragan dari teori belajar humanism
BAB II
PEMBAHASAN
Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar keluar bahwa
pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya
tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti
dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam
mengajar bukanlah bagaimana pelajar itu disampaikan, namun bagaimana membantu
murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut
dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah
berhasil.
Semakin jauh hal-hal 7yang terjadu diluar diri seseorang (dunia) dari pusat
lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnyaterhadap seseorang.
Sebaliknya, semakin dekat hal-ha tersebut dengan pusat lingkaran maka semakin
besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi sudah jelas, semakin
banyak hal yang dipelajari oleh murod maka akan segera dilupakan, karena tidak ada
kaitan sama sekali dengan dirinya.
2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi
humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap
upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan
atas asumsi bahwa dalan diri manusia atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow berpendapat bahwa manusia memilikki hierarki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan
tertinggi. Keutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan, yaitu:
a. Kebutuhan jsmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum, tidur,
dan sex menuntut sekali dipuaskan.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan, keamanan
lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana.
c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta,
persahabatan, dan keluarga, kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan
sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga
diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas, kreativitas,
dan ekspresi diri.
3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non
directive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioneer
dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari
Rogers sebagi metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah
gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri
dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat
menjadi dirinya sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua
pengalaman dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru. Dengan
demikian ia akan banyak mengalami emosi (emosional) baik yang positif
maupun yang negative.
b. Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang terbuka terhadap
pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu
berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respon atas pengalaman
selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka diri terhadap
pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa
yang dirasakannya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat
mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa
adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran
dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara
pribadi mengenai kehidupan dan percaya masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat melihat
sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu melakukan apa
yang saja yang ingin dilakukanya.
e. Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme
mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan
cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan
berkembang sebagai respon atas stimulus kehidupan yang beraneka ragam
disekitarnya.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek
pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang lain
menanamkan jenis belajar ini sebagai whole – person learning belajar dengan
seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanisme
percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan menghasilkan perasaan
memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan demikian, murid
akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas
dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA