C. Refleksi
Teori Belajar Menurut Para Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
Ahli Humanistik bermuara pada peserta didik itu sendiri sebagai manusia.
Pada teori ini yang ditekankan adalah pentingya isi dari proses
belajar, pada kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal bukan pada belajar seperti apa adanya, sebagaimana apa
yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Prinsip-prinsip Teori Belajar Roger Roger mengemukakan beberapa prinsip belajar yang
Humanistik penting yaitu:
a. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar,
memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan
keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan
asimilasi pengalaman baru;Sebagai ahli dari teori belajar
humanisme
b. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik
c. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman
dari luar
d. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila
belajar atas pengarahan diri sendiri
e. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan
keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan
lebih baik dan tahan lama; dan
f. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam
belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain
tidak begitu penting
Aplikasi Teori Belajar Menurut beberapa teori dari para ahli humanistik, pada proses
Humanistik dalam Kegiatan pembelajaran harus menggunakan pendekatan student
Pembelajaran centered, yaitu pendekatan yang menjadikan peserta didik
sebagai pusat pembelajaran, artinya peserta didik sebagai objek
dan sekaligus subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi
sebagai fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar.
Peta Konsep
Konsep Belajar Kontruktivisme Teori belajar konstruktivisme adalah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain, sehingga
teori ini memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau
teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri.
Proses Mengkontruksi Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses
Pengetahuan
mengkonstruksi pengetahuan menurut Von Galserfeld
(dalam Paul, S., 1996), yaitu;
- kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman
- kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan
akan kesamaan dan perbedaan
- kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman
yang satu dari pada lainnya.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
mengkonstruksi pengetahuan adalah konstruksi
pengetahuan seseorang yang telah ada, domain
pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang
dimilikinya.
Proses Belajar Menurut Teori
Konstruktivistik Proses belajar jika dipandang dari pendekatan
Konstruksi Pengetahuan konstruktivistis secara konseptual itu bukan sebagai
Menurut Lev Vygotsky (1896- perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar
1934) ke dalam diri peserta didik, melainkan sebagai pemberian
makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui
proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya.
Konstruktivistik dalam Kegiatan Terdapat tiga konsep pada teori belajar kokonstruktivistik
Pembelajaran utama, yaitu:
1. Hukum Genetik tentang Perkembangan
2. Mediasi
Aplikasi Teori belajar dalam Implikasi dari penerapan teori belajar konstruktivistik
Kegiatan Pembelajaran berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para tokoh
konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan
student centered, dimana fungsi guru hanya sebagai
fasilitator yang bisa mendorong siswa untuk
menemukan sendiri potensi yang dimilikinya
2. Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada
hasil, tetapi lebih diorientasikan kepada proses
bagaimana siswa memperoleh pemahaman
3. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggunakan pengalaman dan pemahamannya untuk
berpikir, sehingga menumbuhkan kemandirian pada
siswa dalam mengambil keputusan dan tindakan;
4. Guru harus mengembangkan pembelajaran yang
collaborative, sehingga siswa bisa mendapatkan
pemahaman dan pengalaman melalui interaksi sosial
dengan teman-temannya.
5. Guru harus menghindari pola pembelajaran yang
memberikan tekanan kepada siswa untuk bertindak
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru
6. Guru harus membantu siswa menginternalisasi dan
mentransformasi informasi baru, sehingga menghasilkan
pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk
struktur kognitif baru bagi siswa
7. Guru harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar
dengan sumber yang tidak terbatas pada apa yang
diberikan oleh guru.