Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd.

OLEH KELOMPOK 06:


1. Mohammad Keymas Fahrur Rozi 23010014229
2. Dwi Puspita Sari 23010014142
3. Annisa Nur Afilla 23010014285

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAPP
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan berkembangnya zaman pada masa ini manusia harus memanusiakan dirinya
sebaik mungkin agar bisa mencocokan setiap individu dengan berkembangnya zaman.
dari semua itu hendaknya ada pendidikan yang berfokus pada siswa agar mereka bisa
memahami dirinya dan lingkungannya, teori humanisme ini sangatlah sesuai untuk era
ada masa ini dengan tujuan memanusiakan manusia sebaik baiknya bisa menjadi tolak
ukur setia individu kedepanya. Pada makalah ini bakal dibahas tentang teori humannistik
beserta implementasinya di kehidupan sehari hari.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja ide pokok teori belajar humanistik menurut Carl Rogers?
2. Bagaimana implementasi teori belajar humanism dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan penelitian
1. Mengetahui tentang ide ide pokok teori belajar humanistik menurut Carl Rogers
2. Mengetahui bagaimana implementasi teori belajar humanism dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik Menurut Carl R. Rogers


Carl R. Rogers merupakan seorang psiolog Amerika sekaligus dan juga pakar
pendidikan. beliau lahir di kota di chicago pada tanggal 8 januari 1902,menurut Rogers
pembelajaran itu sendiri adalah proses untuk saling memahami antara pendidik dan
pelajar sehingga pendidik itu tahu apa saja yang dibutuhkan pelajar tanpa adanya
paksaaan atau tidak sepemikiran di antara keduanya, akhirnya bisa dirupakan sebagai
pelajaran untuk kemahiran individu pada suatu pengoperasiannya. Carl R. Rogers kurang
menempatkan atensi pada sistem cara belajar, kepada mekanisme proses belajar. Belajar
dianggap seperti peran keutuhan individu. Beliau beranggapan bahwasannya belajar yang
semestinya itu tidak bisa berjalan andai tidak ada keikutsertaan pikiran dan perasaan
siswa. Sebab itu, berdasarkan teori belajar humanistik sesungguhnya stimulus belajar
hendaklah berasal dari pribadi siswa.
Carl R. Roger membagi dua keunikan belajar, yaitu: (1) belajar yang signifikan dan
(2) belajar yang tidak signifikan. Belajar adalah metode edukasi mengaitkan faktor
pikiran dan perasaan siswa, dan belajar yang tidak signifikan adalah metode edukasi
mengaitkan faktor pikiran tetapi tidak mengaitkan faktor perasaan peserta didik.
Teori Belajar Humanistik itu sendiri berdasarkan pakar adalah suatu konsep pada
edukasi yang memprioritaskan bagaimana memanusiakan manusisa juga siswa cakap
meningkatkan kemampuan diri. Bagi Carl Roger, tugas instruktur pada aktivitas belajar
siswa berdasarkan paham teori humanisme adalah menjadi penyedia yang bertindak
tangkas ketika : (1) mendukung mewujudkan suasana ruang yang menunjang supaya
siswa berlaku pasti tentang target belajar, (2) menolong siswa untuk menegaskan capaian
belajar dan memberi keleluasaan pada siswa untuk belajar, (3) mengakomodasi siswa
untuk menggunakan keinginan dan impian mereka menjadi kemampuan stimulus belajar,
(4) menyuplai beraneka modal belajar pada siswa, dan (5) menampung enigma dan
penilaian, serta emosi dari beragam siswa.

2.2 Prinsip Teori Belajar Humanistik Menurut Carl R. Rogers


a. Desire to learn (keinginan untuk belajar)
Rasa ingin tahu pada seorang anak yang sejak lahir sudah melekat pada dirinya
buat belajar ialah sebuah dugaan dasar yang terpenting untuk pendidikan humanisme.
Seorang anak diberi keleluasaan untuk memenuhi kuriositas mereka, untuk
melakukan suatu hal yang mereka minati.
Manusia pasti mempunyai kuriositas secara alami mengenai dunia, serta kemauan
yang erat untuk mengeksplor keahlian baru. Setiap manusia memiliki naluri untuk
belajar secara alamiah. Begitupun ketika di dalam kelas guru memberi peserta didik
kesempatan untuk memenuhi kuriositasnya Ketika aktivitas belajar sedang berjalan.
b. Significant learning (belajar yang bermakna)
Belajar yang bermakna terjadi apabila belajar dirasa sesuai dengan kepentingan
siswa dan target siswa. Peserta didik akan belajar disertai semangat apabila yang
dipelajari itu bermakna untuk dirinya sendiri. Pandangan Carl R. Rogers mengenai
belajar terikat dua hal, diantaranya melingkupi pendapatan petunjuk baru dan cocok
dengan kebutuhan siswa. Jika peserta didik belajar dengan benar, humanis
berpendapat bahwa ini adalah belajar yang signifikan.
c. Learning without threat (belajar tanpa ancaman)
Kegiatan belajar yang berguna adalah mendapatkan zona yang lepas dari ancaman.
Belajar disebut berhasil apabila kegiatan belajar bebas dari ancaman maupun
hukuman. Siswa bebas mengeksplor serta bereksperimen akhirnya pembelajaran akan
tersimpul dengan baik dalam memorinya. Setiap individu memiliki potensi untuk
berkembang tanpa batas.
d. Self intiated learning (belajar atas inisiatis sendiri)
Belajar akan berguna andaikata semua itu dilangsungkan atas kemauan sendiri, hal
itu memperlihatkan betapa tingginya tekad yang dipegang peserta didik. Belajar yang
seperti ini akan memicu siswa lebih mengerti tentang apa itu belajar dan tentunya
memberikan hasil yang mendalam. Peserta didik menjadi lebih bebas dan mempunyai
kesempatan untuk membuat pertimbangan, dan menentukan pilihan. Mereka akan
menjadi lebih mandiri dan percaya diri dan tidak bergantung kepada seorang guru.
e. Learning and change (belajar dan berubah)
Belajar yang amat berfaedah adalah belajar tentang metode belajar. Suatu kejelasan
yang terjadi secara berlanjut mengenai pengetahuan dan penyatuan ke dalam dirinya
sendiri tentang pergantian itu. Ilmu pengetahuan terus berganti dan bertumbuh. Siswa
mesti belajar agar bisa menyesuaikan lingkungan yang hendak terus berganti.

2.3 Bentuk Teori Belajar Humanistik Carl R. Rogers


Teori humanisme menitikberatkan pada guru sebagai mediator. Di bawah ini adalah
beragam kaidah untuk memfasilitasi pembelajaran dan beragam mutu fasilitator. Ini
adalah garis besar tentang sejumlah petunjuk.
1. Moderator hendaknya memperhatikan keadaan awal, atmosfer kelompok, dan
terciptanya profesionalisme mengajar.
2. Fasilitator mendukung mencapai dan memperjelas target individu dan target
kelompok secara umum dalam kelas.
3. Keyakinan bahwasannya setiap individu dapat menggapai tujuan yang
bermakna baginya merupakan kekuatan stimulus di balik edukasi yang
bermakna.
4. Kami berusaha untuk mengatur dan menyuplai modal belajar yang paling
komprehensif dan mudah digunakan untuk membantu siswa menggapai target
mereka.
5. Posisikan diri Anda sebagai sumber daya yang luwes untuk digunakan oleh
kelompok.
6. Ketika mengkomunikasikan ekspresi pada kelompok, terimalah baik isi
pikiran maupun perasaan dan cobalah untuk merespons dengan gaya yang
tepat baik untuk individu maupun kelompok.
7. Bersikaplah proaktif dalam memberikan kontribusi kepada kelompok dan
perasaan serta gagasannya. Daripada mengharuskan atau memaksa, jadikanlah
itu sebagai kontribusi pribadi yang dapat digunakan atau ditolak oleh siswa.
8. Sebagai fasilitator, pemimpin harus menyadari dan berusaha menerima
keterbatasannya sendiri

2.4 Metode dan Penerapan Teori Belajar Humanistik Carl R. Rogers


Menurut Rogers, Humanistic Applications in Learning, aspek terapan ini mencakup
penerapan teori-teori pembelajaran humanism dalam operasi pembelajaran. Psikolog
humanisme mencoba menjelaskan kemampuan kognitif dan informasi dengan aspek
emosional, nilai, dan perilaku interpersonal. Berkaitan atas hal tersebut, berdasarkan Carl
Rogers, Sri Rumini dkk memecah menjadi tiga jenis program:
a. Pendidikan gabungan
Confluent Education adalah metode pendidikan yang menggabungkan
kemahiran emosional dan pembelajaran intelektual di kelas. Ini adalah kesempatan
baik untuk mengikutsertakan siswa secara individu pada materi pembelajaran.
Dalam belajar mengajar ini peserta didik tidak sekedar mengawasi dan melisankan
saja, namun juga melaksanakan, menulis, mengapresiasi, aktif berdiskusi dan
mengemukakan pendapat.
b. Pendidikan terbuka
Pendidikan terbuka adalah metode pendidikan yang terbuka. Pendidikan terbuka
memberi peluang pada siswa untuk bebas bergerak dalam kelas dan menetapkan
sendiri kegiatan belajarnya, tetapi tetap memerlukan pengarahan guru. Salah satu
fitur terbaiknya adalah lingkungan fisik kelas, tempat siswa belajar secara individu
atau dalam kelompok kecil. Sebagian besar pelajaran individual mengharuskan
siswa untuk memelajari aspek subjek, tema, keahlian, atau ketertarikan tertentu.
c. Pembelajaran kolaboratif
Pendidikan responsif adalah proses pembelajaran dalam kelompok-kelompok
kecil berkolaborasi dan berdampingan. Berdasarkan afirmasi Salvin, peserta
kelompok berkewajiban menyelesaikan proyek kelompok dan menekuni materi
mandiri.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
2.5.1 Kelebihan
1. Meningkatkan ambisi belajar siswa
2. Menstimulus siswa dalam pembelajaran untuk lebih aktif dan kreatif
3. Menumbuhkan jiwa empati dan terciptanya suasana saling menghargai
4. Menyiapkan zona belajar yang aman serta nyaman
5. Melatih guru untuk menerima kepribadian siswa apa adanya
2.5.2 Kekurangan
1. Kurangnya standar penilaian sebab tidak dapat diuji dengan mudah
2. Kurangnya kontrol guru sehingga membutuhkan sumber daya yang lebih
banyak
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama sebab keleluasaan yang di beri biasanya
disalah gunakan
4. Tidak sesuai untuk semua individu sehingga kurang efisien dan efektif dalam
pembelajaran
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut Carl Rogers pendidikan adalah cara untuk saling mengerti antara pendidik
dan pelajar sehingga pendidik itu tahu apa saja yang dibutuhkan pelajar tanpa adanya
paksaaan ataupun ketidak sepemahaman antara keduanya, maka dapat dibuat pelajaran
untuk kemahiran individu pada suatu jalannya. Carl R. Roger membagi dua keunikan
belajar, yaitu: (1) belajar yang signifikan dan (2) belajar yang tidak signifikan. Bagi Carl
Roger, tugas instruktur pada aktivitas belajar siswa berdasarkan paham teori humanisme
adalah menjadi penyedia yang bertindak tangkas ketika : (1) mendukung mewujudkan
suasana ruang yang menunjang supaya siswa berlaku pasti tentang target belajar, (2)
menolong siswa untuk menegaskan capaian belajar dan memberi keleluasaan pada siswa
untuk belajar, (3) mengakomodasi siswa untuk menggunakan keinginan dan impian
mereka menjadi kemampuan stimulus belajar, (4) menyuplai beraneka modal belajar
pada siswa, dan (5) menampung enigma dan penilaian, serta emosi dari beragam siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik edisi ke-9.(Jilid 1 & 2).
Djiwandono, Sri. Esti. W. (2009). PsikologiP (Budi Agus Sumantri, 2019)endidikan,
Nursalim, M., dkk. (2017). Psikologi Pendidikan
Suralaga, F. (2021). Psikologi Pendidikan: Implikasi dalam Pembelajaran.
Pratama, O. (n.d.). Teori Belajar Menurut Carl R. Rogers. Retrieved from wordpress.com.

Alifita Choirun Amalia, M. (2021). Konsep Teori Belajar Humanistik dalam Implementasi
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam. 13.

Budi Agus Sumantri, N. A. (2019). Teori Belajar Humanistik an Implikasinya Terhadap


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Dasar, 18.

Management, SEO. (2017, July 2022). Teori Belajar Humanistik: Pengertiam, Ciri, Tujuan,
Hingga Manfaatnya. Retrieved from sch.id.

Pasla, B. N. (2023, Februari 26). Teori Belajar Humanistik:Pengertian, Ciri, dan Penerapan.
Retrieved Oktober 16, 2023, from prov.go.id:

Qodir, A. (2017). Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal Pedagogik.

Superadmin. (2022, Februaru 17). Teori Belajar Humanistik, Proses Memanusiakan


Manusia. Retrieved from e-belajar.id.

Timur, U. M. (2020/2021). Metode Pembelajaran Humanistik. Retrieved from studocu.com.

Utami, E. N. (2020). Teori Belajar Humanistik dan Implementasinyadalam Pelajaran


Pendidikan Agama Islam. Mudarrisuna, 13.

Wahyudin, Y. (2009). Teori Belajar Humanistik Carl Ransom Rogers dan Implikasinya
Terhadap Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta

Suprobo, N. (2008). Teori Belajar Humanistik.

Tri Putra Junaidi Nast, N. Y. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik dan
Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran

Anda mungkin juga menyukai