Anda di halaman 1dari 24

8

BAB II

ACUAN TEORI MENGENAI PENDEKATAN HUMANISTIK DAN

PENALARAN MATEMATIKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pendekatan Humanistik Dalam Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan dalam pembelajaran

Pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang

merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses dan sifatnya

masih sangat umum. Proses tersebut mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran sesuai dengan cakupan

teoritis tertentu (Chatib 2011 : 128)

Dilihat dari pendekatanya, terdapat dua jenis pembelajaran:

teacher centered approach, yaitu pendekatan pembelajaran yang

berorientasi pada guru; dan student centered approach, yakni

pendekatan pembelajaran yang yang berorientasi atau berpusat kepada

siswa.

b. Pengertian Pendekatan Humanistik dalam pembelajaran

Humanisme adalah suatu paham yang menitikberatkan pada

manusia, kemampuan-kemampuan kodratinya, dan nilai-nilai

kehidupan duniawi. (Hardiman 2012 : 7)

Menurut McLeod (2007) dalam Abdus Syakur (2011)

menjelaskan bahwa humanistik, humanisme, dan humanis adalah


9

disiplin psikologi yang berkenaan dengan sebuah pendekatan yang

mengkaji individu sebagai satu kesatuan yang unik dan utuh.

Menurut Stervick dalam Sumardi (1992:20) menjelaskan bahwa

pendekatan humanistik adalah pendekatan yang mengutamakan peranan

siswa dan berorientasi pada kebutuhan siswa. Dan untuk karakter kelas

humanistik Haglund dalam Ida Dwijayanti (2009) menjelaskan bahwa

salah satu karakteristik kelas humanistik yaitu menempatkan siswa pada

posisi penyelidik).

Teori belajar humanistik dimulai dan ditujukan untuk

memanusiakan manusia itu sendiri. Teori belajar humanistik sangat

mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri.

Teori beljar humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat

dimanfaatkan asal tujuanya untuk memanusiakan manusia itu sendiri

yaitu mencapai aktualisasi sendiri, pemahaman diri, serta realisasi diri

orang yang belajar secara optimal.

Menurut Darmiyati Zuchdi (2008) dua motif yang berhubungan

dengan aktualisasi adalah kompetensi dan capaian. Kompetensi erat

kaitanya dengan harapan, kompetensi membuat orang mengontrol

lingkunganya, oleh karena itu orang tersebut memanipulasi

lingkunganya agar sesuatu yang diinginkan dapat terwujud. Orang yang

bermaksud mencapai sesuatu, lebih memerhatikan pada capaian pribadi

daripada hadiah atas keberhasilanya. Dengan kata lain orang itu

bersikap positif terhadap keberhasilan.

c. Ciri-ciri Pendekatan Humanistik


10

1. Eksperiential Learning(belajar eksperiensial)

MenurutC.Asri Budiningsih (2005)Teori Pendekatan

humanistik agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif

dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri maka akan mengalami

belajar eksperiensial.

2. Student Center Aprproach (berpusat kepada siswa)

Menurut Munif Chatib (2011) student centerdapproach

adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat

kepada siswa. Artinya siswa yang menggali informasi sendiri bukan

dari guru, guru hanya sebagai fasilitator.

Menurut Abdus syakur (2011) menjelaskan bahwa ciri utama

dari pendekatan humanistik adalah pada perspektif teoritis yang

menempatkan si belajar sebagai pribadi yang utuh. Disebut sebagai

pribadi yang utuh, karena seorang individu diperlakukan bukan

sebagai objek dalam pembelajaran, tetapi sebagai subjek yang

multidimensional. Pribadi yang memiliki kebutuhan-kebutuhan

intelektual, emosional dan sosial.

Menurut White dalam Tatang Yuli (2007) menjelaskan

bahwa aspek pertama dalam pembelajaran matematika humanistik

adalah pembelajaran matematika secara manusiawi yakni aspek yang

berkaitan dengan dengan proses pembelajaran matematika yang

menempatkan siswa sebagai subjek untuk membangun

pengetahuanya dengan memahami kondisi-kondisi, baik didalam diri

sendiri maupun lingkungan sekitarnya.


11

3. Guru sebagai Fasilitator

Seorang fasilitator harus yakin bahwa sebelumnya para siswa

punya bahan-bahan atau pengalaman belajar. Tugas fasilitator itu

meminta siswa untuk membangun pengalaman-pengalaman tersebut

saat ia belajar bersamanya.

Menurut Artisna (2009), Psikologi humanistik Carl Rogers

memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah

berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai

kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat

dari beberapa (petunjuk):

a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan

suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas

tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan

kelompok yang bersifat umum.

c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa

untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi

dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di

dalam belajar yang bermakna tadi.

d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk

belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa

untuk membantu mencapai tujuan mereka.

e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang

fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.


12

f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok

kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan

sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan

cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator

berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang

turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut

menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti

siswa yang lain.

h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,

perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan

juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi

yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang

menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama

belajar

j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus

mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-

keterbatasannya sendiri

4. Mengarahkan siswa untuk berpikir induktif

Dalam prakteknya teori humanistik cenderung

mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan

pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif

dalam proses belajar.Siswa belajar tidak hanya dengan


13

mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat,

menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap

pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi

dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan dipahami

kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di

mana guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk

mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam

kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir

yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media

belajarnya dengan metode action learning dan diskusi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

Aplikasi teori humanistik Carl Rogers dalam pembelajaran guru

lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan

pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif

dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan

diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat

mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas.

d. Langkah-langkah Pendekatan Humanistik Dalam Pembelajaran

Matematika

Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan

dalam konteks yang lebih praktis. Teori lebih dekat dengan bidang

pilsafat, teori kepribadian, dan psykoterapi dari pada bidang

pendidikan sehingga sukar menerjemahkanya kedalam langkah-

langkah yang lebih kongkrit dan praktis.Namun karena sifatnya yang


14

ideal itulah yaitu memanusiakan manusia maka teori humanistik

mampu memeberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran

untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.

Walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang

langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik,

Namun paling tidak langkah-langkah yang dikemukakan oleh

Suciwati dan Prasetya Irawan seperti yang dikutif oleh DR. C. Asri

Budiningsih (2005) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-

langkah yang dimaksud adalah :

1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.

2. Menentukan materi pembelajaran.

3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.

4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa

secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.

5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media

pembelajaran.

6. Membimbing siswa belajar secara aktif.

7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari

pengalaman belajarnya.

8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman

belajarnya.

9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru

kesituasi nyata.

10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.


15

Ciri-ciri umum dari pembelajaran matematika humanistik

menurut Haglund (tanpa tahun) dalam Tatang Yuli (2007) adalah :

1. Menempatkan siswa sebagai penemu (inquirer) bukan hanya

penerima fakta-fakta dan prosedur-prosedur

2. Memberikan kesempatan siswa untuk saling membantu dalam

memahami dan pemecahanya yang lebih mendalam

3. Belajar berbagai macam cara untuk menyelesaikan masalah, tidak

hanya dengan pendekatan aljabar.

4. Menunjukan latar belakang sejarah bahwa matematika sebagai suatu

penemuan atau usaha keras (endavor)dari seorang manusia.

5. Menggunakan masalah-masalah yang menarik dan pernyataan

terbuka (open-ended) tidak hanya latihan-latihan

6. Menggunakan berbagai macam teknik penilaian tidak hanya menilai

siswa berdasar pada kemampuan mengingat prosedur-prosedur saja.

7. Mengembangkan suatu pemahaman dan apresiasi terhadap ide-ide

besar matematika yang membentuk sejarah dan budaya

8. Membantu siswa melihat matematika sebagai studi terhadap pola-

pola, termasuk aspek keindahan dan kreativitas

9.Membantu siswa mengembangkan sikap-sikap percaya diri, mandiri,

dan penasaran (curiosity)

10.Mengajarkan materi-materi yang dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari seperti dalam sains, bisnis, ekonomi, atau teknik.


16

e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Humanistik dalam

Pembelajaran

1. Kelebihan teori belajar humanistik

a. Teori ini cocok diterapkan dalam materi pembelajaran yang

bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,

dan analisis terhadap fenomena sosial

b. Indikator dari keberhasilan belajar ini adalah siswa merasa senang

dan bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan

pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh

pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara

bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau

melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

2. Kekurangan teori belajar humanistik

a. Siswa tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan

dalam proses belajar.

b. Siswa tidak aktif dan malas akan merugikan diri sendiri dalam

proses belajar.

3. Pembelajaran humanistik dianggap berhasil apabila :

a. Siswa bergairah didalam belajar

b. Siswa merasa senang

c. Siswa berinisiatif didalam belajar

d. Siswa mengalami perubahan pola pikir


17

e. Siswa merasa bebas atau tidak tertekan dalam mengikuti

keseluruhan proses pembelajaran.

f. Siswa berani menyampaikan gagasan dan mengekspresikan diri

g. Siswa tidak terikat oleh pendapat orang lain

h. Siswa mengatur pribadi secara bertanggung jawab tanpa

mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar norma.

i. Siswa berdisiplin.

j. Siswa mengikuti etika yang berlaku

f. Pendekatan Konvensional

Menurut R Wallace dalam Hananto Wibowo (2010:30) Pendekatan

Konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan

sebagaimana guru mengajarkan materi kepada siswanya. Pembelajaran

bersifat transfer ilmu, artinya guru mentransfer ilmu kepada siswanya

dan siswa sebagai penerima. Menurut Abdul Gani (2013:30-31)

Pengertin pendekatan konvensional sejalan dengan pengertian Teacher

centered approach yaitu pembelajaran yang hanya berpusat pada guru

sebagai pemberi informasi bagi siswa. Menurut Nurhadi dalam Khusnul

Maghfiroh (2008:36) pembelajaran konvensional filsafat yang

mendasarinya adalah behaviorisme dalam penganutnya objectivisme

pemikiran filsafat ini memandang bahwa belajar sebagai usaha

mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan terpilih sebagai

pembimbing pengetahuan terbaik. Sedangkan mengajar adalah

memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar.


18

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendekatan konvensional adalah pendekatan dalam pembelajaran yang

berpusat dari guru sebagai sumber pengetahuan atau informasi sehingga

guru mendominasi didalam kegiatan pembelajaran.

2. Konsep Kemampuan Penalaran Matematika

a. Pengertian Kemampuan

Mulyasa (2004 : 39) menyatakan bahwa kemampuan

merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan

tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Menurut

Mohammad Zain (dalam Nur Djaman, 1995 : 10 - 11) mengartikan

bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita

berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan menurut Robbins (dalam

Nur Djaman, 1995 :11) kemampuan merupakan kapasitas seseorang

individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kecakapan atau potensi individu untuk

menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan

seseorang.

b. Pengertian Penalaran

Cecep Sumarna (2010 : 131) penalaran adalah suatu proses

berpikir didalam merumuskan suatu pengetahuan. Yaya S. Kusumah

(1986 :1) “Penalaran yang sering pula diartikan cara berpikir,

merupakan penjelasan dalam upaya memperlihatkan hubungan antara


19

dua hal atau lebih berdasarkan sifat-sifat atau hukum-hukum tertentu

yang sudah diakui kebenaranya dengan langkah-langkah tertentu yang

berakhir dengan sebuah kesimpulan”.

Keraf (1982 : 5) dalam shadiq (2004) menjelaskan bahwa

penalaran atau reasoning adalah proses berpikir yang berusaha

menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang

diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan untuk menarik suatu

kesimpulan, baik itu kesimpulan umum ditarik ke hal-hal yang khusus

ataupun sebaliknya kesimpulan yang khusus ditarik kedalam hal-hal

yang bersifat umum.Dilihat dari prosesnya penalaran terdiri atas

Penalaran deduktif (deduksi) dan penalaran induktif (induksi) .

Menurut Yahya S kusumah (1986 : 35) Deduksi adalah

penarikan kesimpulan (inferensi) yang tepat tanpa berdasarkan

kemungkinan. Penalaran Deduktif merupakan proses berpikir untuk

menarik kesimpulan tentang hal khusus yang berpijak pada hal umum

atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan (diasumsikan) kebenaranya

(Sri Wardhani : 12).

Menurut Jacobs (1982 : 32) dalam Fadjar Shadiq (2004)

menyatakan : “Deductive reasoning is a method of drawing

conclucions from facts that we accept as true by using logic” Yang

artinya penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan

dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar menurut logika.


20

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

penalaran deduktif adalah suatu acara atau proses berpikir untuk

menarik suatu kesimpulan khusus berdasarkan pada fakta-fakta atau

pernyataan yang bersifat umum yang dianggap benar atau telah

terbukti kebenaranya tanpa berdasarkan kemungkinan.Yang termasuk

kedalam penalaran deduktif adalah modus ponens, modus tollens, dan

sylogisme

Contoh penlaran Deduktif :

Semua manusia akan meninggal dunia.

Ratnasari adalah seorang manusia.

Jadi, Ratnasari akan meninggal dunia

Penarikan kesimpulan (inferensi) dari premis-premis terhadap

konklusinya bisa benar, tetapi juga bisa salah, karena premisnya masih

“mungkin”. Inferensi dari premis menuju konklusi yang hanya

berdasarkan atas kemungkinan saja dinamakan inferensi induksi

(induktif) Yahya S kusumah (1986 : 35).

Penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha

menghubungkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang sudah

diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum (Sri

Wardhani : 12).

Menurut Fadjar Shadiq (2004) menjelaskan bahwa induksi

merupakan suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik

suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat


21

umum (general) berdasar pada pernyataan khusus yang diketahui

benar.

Berdasarkan pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

penalaran induktif adalah suatu aktivitas atau proses berpikir didalam

menarik suatu kesimpulan baru yang bersifat umum berdasarkan pada

fakta-fakta khusus yang diketahui benar (kebenaranya masih bersifat

kemungkinan). Yang termasuk kedalam penalaran induktif adalah

analogi, generalisasi, dan hubungan kausal (sebab akibat).

Contoh penalaran Induktif :

Semua angsa yang pernah saya lihat warnanya putih

Saya telah melihat begitu banyak angsa

Jadi, semua angsa warnanya putih

Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir berupa

penarikan kesimpulan yang bersifat umum atas dasar pengetahuan hal-

hal yang khusus (fakta) artinya dari fakta-fakta yang diperoleh

kemudian ditarik kesimpulan. Penalaran induktif terdiri dari tiga jenis

yaitu: generalisasi, analogi dan hubungan kausal (sebab-akibat).

c. Kemampuan Penalaran Matematika

Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya mengenai pengertian

kemampuan dan penalaran dapat disimpulkan bahwa Kemampuan

Penalaran matematika adalah Kecakapan seseorang didalam menarik

suatu kesimpulan, baik itu kesimpulan umum ditarik ke hal-hal yang

khusus ataupun sebaliknya kesimpulan yang khusus ditarik kedalam


22

hal-hal yang bersifat umum dalam fakta-fakta atau pernyataan

matematika.

Menurut peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 dalam

Shadiq (2009) menjelaskan bahwa indikator yang menunjukan

kemampuan penalaranmatematika antara lain adalah:

1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar,

dan diagram

2. Mengajukan dugaan (conjectures)

3. Melakukan manipulasi matematika

4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau

bukti terhadap beberapa solusi

5. Menarik kesimpulan dari pernyataan

6. Memeriksa kesahihan suatu argumen

7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi

Susilawati (2009:213) memberikan sembilan indikator untuk

penalaran matematika yaitu :

1. Menarik kesimpulan secara logik

2. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat

dan hubungan

3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi

4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi

matematika, menarik analogi, dan generalisasi.

5. Menyusun dan menguji konjektur


23

6. Memberikan lawan contoh (Counter example) atau non contoh

7. Mengikuti aturan inferensi (menarik kesimpulan), memeriksa

validitas

8. Menyusun argumen valid

9. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan

induksi matematik.

Berdasarkan beberapa indikator diatas, indikator yang digunakan

penulis untuk mengetahui kemampuan penalaran matematika siswa

kelas VII SMP N 1 Lebakwangi adalah sebagai berikut :

1. Menarik kesimpulan dari pernyataan

2. Memberi penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat dan

hubungan

3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi

4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis stuasi

matematik, menarik analogi dan generalisasi.

5. Megajukan dugaan (conjectures)

6. Memeriksa kesahihan suatu argument

7. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan

induksi matematik.

Berikut ini kata kerja operasional unuk kawasan kognitif untuk

tingkat Kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti yang tercantum

dalam Hamzah B. Uno (2006 : 42-43)

a. Tingkat Analisis
24

Mengenali, Mengira-ngira, Menghitung, Mengategorikan,

Membandingkan, Melawankan, Mengkritik, Membuat diagram,

Membedakan, Memperlakuan lain, Menguji, Mencoba,

Menginventaris, Menanyakan, Mengetes, Membuat lain (dari yang

lain).

b. Tingkat sintesis

Mengatur (sesuai dengan), Merangkum, Mengumpulka, Mengatur

komposisi, Membangun, Menciptakan, Merancang, Merumuskan,

Mengatur, Mengorganisasi, Merencanakan, Menyiapkan,

Mengusulkan, Menyusun, Menulis.

c. Tingkat Evaluasi

Menduga-duga, Membuat argumentasi, Mengoreksi, Melampirkan,

Memilih, Membandingkan, Mempertahankan, Mengestimasi,

Memutuskan, Mengira-ngira, Menganggap, Memberi nilai (score),

Memilih, Mendukung, Menilai, Mengevaluasi.

d. Materi Segitiga

Berdasarkan dari berbagai sumber buku yang penulis dapat

sebagai referensi, dapat dikolaborasikan materi tentang segitiga.

1. Pengertian Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga

buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut.

2. Jenis-jenis segitiga

a) Berdasarkan panjang sisinya

 Segitiga sebarang
25

Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak

sama panjang.

 Segitiga sama kaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga

yang mempunyai dua buah sisi sama

panjang

 Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang mempunyai tiga

buah sisi yang sama panjang dan tiga buah sudut yang sama

besar.

b) Berdasarkan besar sudutnya

 Segitiga lancip

.
26

 Segitiga tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu

 Segitiga siku-siku

- )

3. Hubungan panjang sisi dengan besar sudut pada suatu

segitiga

a) Ketidaksamaan segitiga

Jika suatu segitiga memiliki sisi , dan maka berlaku

salah satu dari ketidaksamaan berikut

(i)

(ii)

(iii)

ketidaksamaan tersebut disebut ketidaksamaan segitiga.


27

b) Hubungan panjang sudut dengan panjang sisi suatu segitiga

Pada setiap segitiga berlaku sudut terbesar terletak

berhadapan dengan sisi terpanjang, sedangkan sudut terkecil

terletak berhadapan dengan sisi terpendek.

c) Hubungan sudut dalam dengan sudut luar segitiga

Besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua

sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar

tersebut.

4. Keliling dan Luas Segitiga

a) Keliling segitiga

Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang

sisi-sisi yang membatasinya, sehingga untuk menghitung

kelling dari sebuah segitiga dapat ditentukan dengan

menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas rumus keliling segitiga

adalah sebagai berikut :

Keliling = jumlah ketiga sisinya

b) Luas Segitiga

Secara umum luas segitiga dengan panjang alas dan tinggi

adalah
28

B. Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan terdahulu yang ada kaitanya dengan masalah penelitian yang akan

dilakukan, maka peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian yang sudah

dilaksanakan dibeberapa perguruan tinggi. Dari hasil penelusuran tersebut

ditemukan satu buah hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah

penelitian yang akan diteliti., yakni :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Octarina (2012) yang

berjudul:Kemampuan penalaran matematika siswa melalui pendekatan

konstruktivisme di Kelas VII SMP Negeri 18 Palembang. Menyimpulkan

bahwa dari analitis data tes uraian didapat rata-rata 32,12 dengan kategori

kurang. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa indikator penalaran

yang sering muncul adalah kemampuan menyajikan pernyataan

matematika dalam kategori cukup yaitu 53,25. Sedangkan indikator yang

sangat jarang muncul yaitu kemampuan menarik kesimpulan dalam

kategori sangant kurang yaitu 8,40.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Usmiati (2011) yang

berjudul:Meningkatkan kemampuan penalaran matematika melalui

pendekatan pemecahan masalah di MAN 12 Jakarta. Menyimpulkan

bahwa pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan

penalaran matematika siswa.Metode yang digunakan adalah Penelitian

tindakan kelas. Pada siklus satu rata-rata tes kemampuan penalaran

matematis siswa 62,75 dengan presentasi siswa yang mencapai KKM

sebesar 47,22% dari jumlah siswa. Dan pada siklus dua rata-rata
29

kemampuan penalaran matematis siswa meningkat menjadi 71 dengan

presentasi siswa yang mencapai KKM sebesar 75% dari jumlah siswa.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Nurma Sa’adah (2010) yang

berjudul:Meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dalam

pembelajaran matematika melalui pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI) di kelas VIII-A SMP Negeri 3 Banguntapan.

Menyimpulkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

penalaran matematis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Banguntapan

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah dilaksanakan

pembelajaran dengan pendekatan PMRI. Hal ini ditunjukkan oleh

sebanyak 30 siswa atau 96,77% mengalami peningkatan kemampuan

penalaran matematis berdasarkan skor total aspek kemampuan penalaran

matematis. Persentase rata-rata nilai tes mengalami peningkatan dari

53,71% pada siklus I menjadi 68,39% pada siklus II dan dalam kategori

tinggi. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan

pendekatan PMRI sudah baik dan sesuai dengan karakteristik PMRI. Hal

ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase rata-rata

keterlaksanaan dari 88,24% pada siklus I menjadi 92,16% pada siklus II.

Berdasarkan hasil wawancara dan data hasil angket respon siswa

terhadap pembelajaran matematika kaitannya dengan kemampuan

penalaran matematis, mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Dengan demikian, siswa mempunyai respon yang positif terhadap

pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan penalaran matematis.


30

C. Kerangka Pemikiran

Dalam proses belajar khususnya pembelajaran matematika, seorang

anak harus ekstra keras dan dibutuhkan keseriusan dalam belajar. Matematika

seringkali dianggap pelajaran yang sangat sulit bagi siswa. Mereka

menganggap matematika ini adalah mata pelajaran yang paling dibenci,

pelajaran yang membuat kepala pusing, pelajaran yang selalu bikin repot

karena setiap ada pelajaran matematika biasanya selalu ada tugas untuk

dikerjakan di rumah. Berbagai alasan diungkapkan oleh siswa mengenai

ketidaksukaan dengan mata pelajaran ini. Oleh karena itu mengingat hal ini

merupakan suatu masalah yang sangat mendasar sekali yang tidak lain

mengenai kesulitan belajar. Siswa merasa tiap kali belajar matematika selalu

sulit dan susah untuk dipecahkan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk

mencari sebab mengapa hal ini bisa terjadi.

Salah satu faktor dari kesulitan itu adalah cara didalam penyampaian

materi kepada para siswa. Seringkali para guru memberikan materi dengan

cara ceramah atau seorang guru tersebut menerangkan materi sedetail

mungkin kemudian setelah selesai materi guru memberikan soal dan tugas

atau pendekatan yang digunakan adalah Teacher Centered Approach. Hal ini

tanpa disadari memberikan efek jenuh kepada siswa dalam melakukan proses

belajar matematika.Salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya penalaran

siswa dalam belajar matematika adalah dengan menggunakan pendekatan

humanistik. Bagaimana sebuah ilmu matematika disampaikan dengan

dikemas sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek senang kepada

siswa namun tidak mengesampingkan pesan-pesan materi atau nilai-nilai


31

yang ada dalam materi tersebut yaitu dengan menggunakan pendekatan

humanistikdalam pembelajarandiharapkan bisa membuat suasana belajar

menjadi menyenangkanuntukbelajarmatematikadanlebihinteraktif.

Pendekatan Humanistik yang mempunyai karakter Student Centered

Approach digunakan penulis sebagai salah satu inovasi dalam pendekatan

pembelajaran, yang bertujuan untuk membimbing siswa aktif didalam

pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran beramakna

yakni dengan belajar eksperiensial yang menggiring siswa untuk berpikir

induktif didalam memahami konsep-konsep yang ada dalam matematika.

Khususnya didalam mengasah Kemampuan Penalaran Matematika.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah

kebenaranya, maka perlu diuji kebenaranya.Berdasarkan tinjauan teori, hasil

riset-riset sebelumnya, dan kerangka pemikiran yang dipaparkan, maka

kemudian diajukan hipotesis yang dirumuskan bahwa :

“ Terdapat perbedaan signifikan kemampuan penalaran matematika siswa

yang diajar dengan menggunakan pendekatan humanistik dengan yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran konvensional”

Anda mungkin juga menyukai