Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Teori Belajar Humanistik, Konstruktivistik, dan Teori Belajar Sosial
Serta Penerapannya dalam Kegiatan Pembelajaran
B. Kegiatan Belajar : 4 (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


TERORI BELAJAR HUMANISTIK
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Teori belajar humanistik belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Teori humanistik bertujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

B. Teori Belajar Menurut Para Ahli Humanistik


1. Carl R. Rogers
Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian
kepada mekanisme proses belajar, tetapi lebih menaruh perhatian
terhadap isi yang dipelajarinya, sehingga belajar dipandang sebagai
fungsi keseluruhan pribadi.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:


a. belajar yang bermakna
Peta Konsep b. belajar yang tidak bermakna.
(Beberapa istilah
1 dan definisi) di Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar adalah sebagai
modul bidang fasilitator yang berperan aktif dalam :
studi a. membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta
didik bersikap positif terhadap belajar
b. membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya
dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar,
c. membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan
cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar,
d. menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan
e. menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari
berbagai peserta didik sebagaimana adanya.

2. Arthur Combs
Menurut Arthur Combs dalam pembelajaran guru tidak bisa
memaksakan seorang siswa untuk menyukai materi atau tdiak
relevan bagi kehidupan mereka. Siswa tidak bisa dianggap bodoh
karena hanya tidak bisa denagan pelajaran tertentu. Perilaku buruk
itu sebenarnya tidak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya, padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Menurutnya yang
penting ialah bagaimana membawa si peserta didik untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

3. Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow humanisme ini lebih tertarik pada ide
belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti
apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya


untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Menurut Maslow,
manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis)
sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).

Tingkatan kebutuhan seseorang menurut Maslow adalah sebagai


berikut:
a. kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan
c. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai
d. Kebutuhan akan penghargaan
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.

Maslow berpendapat bahwa guru dalam mengajar dan mendidik anak


harus dapat memberikan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan
(need) anak. Ia mengatakan bahwa motivasi dan perhatian belajar
anak akan tumbuh jika yang ia pelajari sesuai dengan kebutuhannya

4. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar


Jurgan Habermas berpendapat bahwa belajar baru akan terjadi jika ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Tipe balajar menurut Jurgan Habermas, yaitu :


a. Belajar Teknis ( technical learning), belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar
b. Belajar Praktis ( practical learning), belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di
sekelilingnya dengan baik
c. Belajar Emansipatoris (emancipatory learning), upaya agar seseorang
mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya
perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya

C. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik


Prinsip belajar humanisme menurut Roger, Yaitu:
1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa
ingin tahu alamiah terhadap dunianya
2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan peserta didik;
3. Belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar;
4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara
pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri
sendiri;
5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama; dan
6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.

D. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran


strategi yang mesti dilakukan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran
humanistik, sebagaimana dihimpun oleh R. Agung SP dan Latifatul Choir
adalah:
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur, dan positif;
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri;
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri;
5. Siswa diberi keleluasaan mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
6. Guru menerima keadaan masing-masing siswa apa adanya; dengan
tidak memihak, memahami karakter pemikiran siswa, dan tidak
menilai siswa secara normatif belaka melainkan dengan cara
memberikan 2 pandangan dua sisi dalam hal moral dan etika
berkomunikasi;
7. Menawarkan kesempatan kepada siswa untuk maju (tampil

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


A. Konsep belajar menurut konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain.

Teori pembelajaran konstruktivisme berpendapat bahwa orang


menghasilkan pengetahuan dan membentuk makna berdasarkan
pengalaman mereka.

Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat


menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar
belakang dan minatnya.
Konstruktivisme memandang belajar lebih dari sekedar menerima dan
memproses informasi yang disampaikan oleh guru maupun teks, tetapi
pembelajaran adalah menkonstruksi pengetahuan yang bersifat aktif dan
personal (de Kock, Sleegers, dan Voeten, 2004).

Proses mengkonstruksi pengetahuan, Von Galserfeld (dalam Paul, S.,


1996) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang
diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu;
1. kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
2. kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan
3. kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari
pada lainnya.

B. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik


Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan
konstruktivistis, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung
satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian
makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan
akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya.
Kegiatan belajar lebih dipandang aspek prosesnya dibandingkan dengan
aspek perolehan pengetahuannya dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.

Peranan Siswa (Si-belajar)


Dalam pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari.

Peranan Guru
Dalam belajar konstruktivistik, guru atau pendidik berperan membantu
agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru
tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian yang


meliputi:
a) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
mengambil keputusan dan bertindak;
b) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak,
dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa;
c) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar
agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.

Sarana belajar
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan
tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya.
C. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang dipelopori
oleh Lev Vygotsky. Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering
disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang
titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan
bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona
Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan
mediasi.

Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berfikir akan


menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang.
Yuliani (2005: 44) Secara spesifik menyimpulkan bahwa kegunaan alat
berfikir menurut Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
3. Memeperluas kemampuan
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya

Inti dari teori belajar kokonstruktivistik ini adalah penggunaan alat


berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan
sosial budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin
kompleksnya kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu

Teori belajar kokonstruktivistik meliputi tiga konsep utama, yaitu:


1. Hukum Genetik tentang Perkembangan
Perkembangan menurut Vygotsky tidak bisa hanya dilihat dari fakta-
fakta atau keterampilan-keterampilan, namun lebih dari itu,
perkembangan seseorang melewati dua tataran. Tataran sosial
(interpsikologis dan intermental) dan tataran psikologis
(intrapsikologis).
2. Zona Perkembangan Proksimal
Zona Perkembangan Proksimal/Zona Proximal Development (ZPD)
merupakan konsep utama yang paling mendasar dari teori belajar
konstruktivistik Vygotsky. Dalam Luis C. Moll (1993: 156-157),
Vygotsky berpendapat bahwa setiap anak dalam suatu domain
mempunyai ‘level perkembangan aktual’ yang dapat dinilai dengan
menguji secara individual dan potensi terdekat bagi perkembangan
domain dalam tersebut.

Vygotsky mengemukakan ada empat tahapan ZPD yang terjadi dalam


perkembangan dan pembelajaran, yaitu :
a. Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang
lain.
b. Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri
c. Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan
terinternalisasi
d. Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga
anak siap untuk berfikir abstrak

3. Mediasi
Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang
digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar
pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi
pembelajaran yaitu:
a. Tema mediasi semiotik di mana tanda-tanda atau lambang-
lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu
diluar pemahamannya ini didapat dari hal yang belum ada di
sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk
membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita
menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.
b. scoffalding di mana tanda-tanda atau lambang-lambang yang
digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar
pemahamannya ini didapat dari hal yang memang sudah ada di suatu
lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda
atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan
kepada orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap
hal yang dimaksudkan.

Berdasarkan teori Vygotsky, Yuliani (2005: 46) menyimpulkan


beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a) Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh
kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
b) Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya dari pada perkembangan aktualnya.
c) Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk
mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan
intramentalnya.
d) Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan
prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah
e) Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal
tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.

Prinsip-prinsip utama teori belajar kokonstruktivistik yang banyak


digunakan dalam pendidikan menurut Guruvalah :
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
b) Tekanan proses belajar mengajar terletak pada Siswa
c) Mengajar adalah membantu siswa belajar
d) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses dan bukan pada hasil
belajar
e) Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa
f) Guru adalah fasilitator

Dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar kokonstruktivistik, proses


belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena
persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis.

D. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam Kegiatan


Pembelajaran
1. Proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student centered,
dimana fungsi guru hanya sebagai fasilitator yang bisa mendorong
siswa untuk menemukan sendiri potensi yang dimilikinya;
2. Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada hasil, tetapi
lebih diorientasikan kepada proses bagaimana siswa memperoleh
pemahaman;
3. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan
pengalaman dan pemahamannya untuk berpikir, sehingga
menumbuhkan kemandirian pada siswa dalam mengambil keputusan
dan tindakan;
4. Guru harus mengembangkan pembelajaran yang collabotarive, sehingga
siswa bisa mendapatkan pemahaman dan pengalaman melalui interaksi
social denan teman-temannya.
5. Guru harus menghindari pola pembelajaran yang memberikan tekanan
kepada siswa untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
guru;
6. Guru harus membantu siswa menginternalisasi dan mentransformasi
informasi baru, sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang
selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru bagi siswa;
7. Guru harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar dengan sumber
yang tidak terbatas pada apa yang diberikan oleh guru, oleh
karenanya guru harus membantu siswa agar bisa memanfaatkan
media internet untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman.

TEORI BELAJAR SOSIAL


A. Konsep Belajar Menurut Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert Bandura (1986).
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar
perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari
isyaratisyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.

Asumsi awal yang memberi isi sudut pandang teoretis Bandura dalam teori
pembelajaran sosial adalah:
1. Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan
(imitation) atau pemodelan (modeling);
2. Dalam proses imitation atau modeling tersebut, individu dipahami sebagai
pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana yang
hendak ditiru dan bagaimana frekuensi serta intensitas peniruan yang
hendak dijalankannya;
3. Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang
dilakukan tanpa harus melalui pengalaman langsung;
4. Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung pada
perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk
memfasilitasi dan menghasilkan peniruan.
5. Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi
adanya masukan inderawi yang menjadi dasar pembelajaran dan perilaku
dihasilkan, terdapat operasi internal yang mempengaruhi hasil akhirnya.

Fungsi penguatan dalam proses modeling, yaitu sebagai fungsi informasi dan
fungsi motivasi. Inti dari pembelajaran modeling adalah:
(1) Mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk
kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan
lain.
(2) Modeling melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, tetapi
menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain dengan representasi
informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa
depan.
(3) Karakteristik modeling sangat penting. Manusia lebih menyukai model yang
statusnya lebih tinggi daripada sebaliknya, pribadi yang berkompeten
daripada yang tidak kompeten dan pribadi yang kuat daripada yang lemah.
Artinya konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek
bagi pengamatnya.
(4) Manusia bertindak berdasarkan kesadaran tertentu mengenai apa yang bisa
ditiru dan apa yang tidak bisa.

Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu:


1. Mengarahkan perhatian.
2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari.
3. Memperkuat atau memperlemah hambatan.
4. Mengajarkan perilaku baru.
5. Membangkitkan Emosi.

B. Aplikasi Teori Belajar terhadap Kegiatan Pembelajaran


1. Guru harus menampilkan contoh perilaku yang baik dan yang buruk dari
tokohtokoh yang dikenal oleh siswa
2. Dalam menentukan model, karakteristik model perlu diperhatikan karena
akan mempengaruhi efektif tidaknya modeling itu untuk siswa
3. Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang paling utama dilakukan oleh
siswa, sehingga penggunaan media pembelajaran yang bisa merangsang
inderawi siswa untuk mengamati secara maksimal menjadi penting untuk
diperhatikan;
4. Mengamati perilaku orang lain lebih penting, dibandingkan dengan
mengalami sendiri,
5. Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk terjadinya proses
pembelajaran, karena yang paling penting adalah mengamati model-model
yang harus terus menerus diperkuat

Daftar materi
bidang studi
1. Teori Belajar Konstruktivisme
2 yang sulit
dipahami pada
modul
Daftar materi
yang sering
1. Dalam memahami Konsep belajar menurut konstruktivistik dan Konsep
mengalami
3 Belajar Menurut Teori Belajar Sosial saya mengalami miskonsepsi
miskonsepsi
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai