Anda di halaman 1dari 3

PENDALAMANMATERI

(LembarKerjaResume Modul)

A. JudulModul : SUMBER TERBENTUKNYA AKHLAK DAN


IMPLEMENTASINYA
B. Kegiatan Belajar : 2 (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Definisi Akhlak al-Karimah
Menurut bahasa akhlak merupakan jamak dari khuluqun
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, sopan
santun atau tabiat.
a. Ibnu Miskawih
Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong tindaka-
tindakan tanpa perlu berpikir dan pertimbangan lagi.
b. Al-Ghazali
Akhlak ialah gambaran keadaan jiwa berupa sifat-sifat
yang sudah mendarah daging yang mendorong
dilakukannya perbuatan-perbuatan dengan mudah lagi
gampang tanpa berfikir panjang.
c. Prof.Dr.Ahmad Amin
Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, bukan
perbuatan yang tidak ada kehendaknya.
2. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-
Karimah
Peta Konsep(Beberapa Ibnu Miskawih menjelaskan bahwa didalam jiwa seseorang
1 istilah dan definisi) di modul terdapat tiga kekuatan (al-quwwah) yang sangat penting
bidang studi dalam membentuk akhlak manusia.
a. Quwwah al-ilmi
Adalah kekuatan yang berasal dari akal.
b. Quwwah al-Ghadhab
Merupakan dorongan manusia untuk menolak yang
tidak disenangi dan mendapatkan kenikmatan yang
bersifat abstrak dan batin.
c. Quwwah asy-Syahwah
Yaitu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang
mendorong perbuatan-perbuatan untuk memperoleh
kenikmatan-kenikmatan yang bersifat zahir yang
diispirasi oleh panca indranya.
d. Quwwah al-‘Adl
Menurut Al-Ghazali, terbentuknya akhlak yang mulia
pada diri seseorang diperlukan satu lagi kekuatan yaitu
quwwah al-‘adl, sebuah kekuatan penyeimbang dari
ketiga kekuatan jiwa sebelumnya.
Memahami konsep hikmah.
Hikmah sebagai konse mencakup empat turunan, yaitu:
a. Husnu at-Tadbir, yakni cerdas dan lurus jalan fikirannya
dalam mengistimbatkan (mengambil kesimpulan).
b. Jaudat adz-Dzihn, yakni memiliki kemampuan untuk
dapat berfikir memperoleh kebijaksanaan ketika
dihadapkan pada pendapat yang mirip-mirip dan
mengandung pertentanagan-pertentangan dalam
implementasi.
c. Tsiqabah ar-Ra’yi, yakni mempunyai kecepatan
kemampuan dalam menghubungkan data-data yang
dimilikinya dengan sebab akibat yang mengasilkan
kemaslahatan dalam kehidupan masyarakat.
d. Shawab azh-Zhann, yakni ia akan mendapatkan taufiq
dari Allah Swt. dengan kesesuaian antara dugaan yang
terdapat dalam alam fikirannya dengan kebenaran hakiki
tanpa harus lama-lama memikirkannya.
3. Amal Salih sebagai Implementasi Akhlak al-Karimah
kepada Allah Swt.
Penilian amal shalih sebenarnya sudah disampaikan dalam
ajaran islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw
yakni amal yang dibingkai dengan iman, diawali dengan
rencana yang matang dan tawakal, niat yang ikhlas,
dikerjakan dengan sabar dan atau syukur, serta akhirnya
dapat menerima(ridha) hasilnya sebagai bagian dari takdir
Allah Swt.
Konsep bingkai amal shalih, yaitu:
a. Tawakal,
Secara istilah tawakkal telah didefinisikan oleh ulama,
antara lain Imam al-Ghazali. Beliau menyebutkan dalam
kitab Ihya’ Ulumuddin pada bab at-Tauhid wa at-
Tawakkal, bahwa tawakkal itu adalah hakikat tauhid
yang merupakan dasar dari keimanan, dan seluruh
bagian dari keimanan tidak akan terbentuk melainkan
dengan ilmu, keadaan, dan perbuatan
b. Ikhlas,
Ikhlas adalah menyengajakan suatu perbuatan karena
Allah Swt. dan mengharapkan ridha-Nya serta
memurnikan dari segala macam kotoran dan godaan
seperti keinginan terhadap populeritas, simpati orang
lain, kemewahan, kedudukan, harta, pemuasan hawa
nafsu dan penyakit hati lainnya
c. Sabar
Menurut istilah sabar didefinisikan oleh para ulama,
antara lain: (1). Shabar adalah sikap tegar dalam
menghadapai ketentuan dari Allah. Orang yang sabar
menerima segala musibah dari Allah dengan lapang
dada, (2). Sabar adalah keteguhan hati yang mendorong
akal pikiran dan agama dalam menghadapi dorongan-
dorongan nafsu syahwat. (3). Shabar adalah tabah hati
tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan
rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
mencapai tujuan.
d. Syukur
Menurut istilah syukur adalah pengakuan terhadap
nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan
kedudukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat
tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak-Nya.
e. Ridha
Merupakan kondisi kejiwaan atau sikap mental yang
senantiasa menerima dengan lapang dada atas segala
keputusan Allah Swt. yang terkait dengan diri seorang
hamba, baik berupa karunia yang baik berupa nikmat
maupun yang buruk berupa bala’. Ia akan senantiasa
merasa senang dalam setiap situasi yang meliputinya.

Daftarmateri bidang studi


1. Kekuatan Jiwa dan sumber Terbentknya Akhlak Al-Karimah
2 yangsulit dipahami pada
modul

Daftar materi yang sering


1. Tidak menemkan
3 mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai