ISBN 978-602-19411-2-6
Abstrak
Pendidikan yang menjadi cita-cita Ki Hadjar Dewantara adalah membentuk anak didik menjadi
manusia yang merdeka lahir dan batin. Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara ini sesuai
dengan konsep pendidikan humanistik yang menampilkan kekhasan kultural Indonesia, dan
menekankan pentingnya pengolahan potensi peserta didik secara terintegratif. Pada titik itu, konsep
pendidikan Ki Hadjar Dewantara sungguh kontekstual untuk kebutuhan generasi Indonesia pada
masa itu. Kini gagasan dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang begitu berharga dan
humanis pada masa dulu, menjadi terasa begitu klasik dan nyaris di lupakan. Itu karena pendidikan
Indonesia pada masa kini lebih di dominasi kognitif dan jauh dari nuansa terintegratif sehingga
reduktif terhadap hakekat pendidikan dan kemanusiaan. Adanya kurikulum 2013 kini di Indonesia
lebih menekankan pendidikan humanistik yang mengarahkan kepada perbaikan sikap, tetapi
realitasnya pendidikan terlalu terfokus pada upaya untuk menyiasati ujian sekolah ataupun Ujian
Nasional (UN), dan bukan untuk membentuk manusia yang otentik, berkepribadian dan peka
terhadap dunia di luar sekolah. Padahal, pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya,
sebagaimana diyakini juga oleh Ki Hadjar Dewantara, adalah menyangkut upaya memahami dan
menganyomi kebutuhan peserta didik sebagai subyek pendidikan. Dalam konteks itu, tugas
pendidik adalah mengembangkan potensi peserta didik, menawarkan pengetahuan kepada peserta
didik dalam suatu dialog kemanusiaan, moral, dan pengetahuan akademik.
Kata Kunci: Pendidikan, Humanistik, Ki Hajar Dewantara, Kurikulum 2013
Abstract
The concept of education according to Ki Hadjar Dewantara is in accordance with the concept of
humanistic educatian that displays the uniqueness of Indonesia culture and emphasizes the
importance of integrative processing of pontential learners. At that point te concept of education Ki
Hadjar Dewantara was contextual for the needs of the Indonesia generation at that time. Now the
ideas and concepts of education Ki Hadjar Dewantara so valuable and humanist in the past has
become so classic and almost forgotten, it happened because the education in Indoenesia
nowadays is more in cognitive dominanced and far from integrative so it’s reductive to the essence
of education and humanity. The existence of the current 2013 Curriculum in Indonesia emphasizes
humanistic education that leads to improved attitudes but the reality of education is too focused on
efforts to deal with national examinations and not to from an authentic human, personality and
sensitive to the world. Whereas education in the real context as believed by Ki Hadjar Dewantara
is concerned with understanding and nurturing the needs of learners as the subject of educators is
to develop the potential of learners, offering knowledge to learner in a dialogue, humanity, moral,
and academic knowledge.
Keywords: Education, Humanistic, Ki Hadjar Dewantara, Curriculum 2013
159
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
160
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
karena itu, dunia pendidikan harus mendapat dalam melaksanakan (proses) pendidikan, yang
sorotan lebih agar dapat berkembang sesuai pada hakikatnya ia memiliki pribadi yang sama
dengan perkembangan teknologi, perkembangan dengan manusia dewasa, namun karena
anak didik serta kebutuhan-kebutuhannya. kodratnya belum berkembang (Uyoh Sadullah,
Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat 2007:79)
penting dalam kehidupan manusia, bahkan Karena pendidikan humanistik
kehidupan suatu bangsa dan negara akan meletakkan manusia sebagai titik tolak sekaligus
ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di titik tuju dengan berbagai pandangan
negara itu sendiri. Tidak ada bangsa yang dapat kemanusiaan yang telah dirumuskan secara
membangun dan meraih kemajuan tanpa filosofis, maka pada paradigma pendidikan
dilandasi oleh pendidikan. Oleh karena itu, demikian terdapat harapan besar bahwa nilai-
kajian mengenai pendidikan humanistik Ki nilai pragmatis iptek (yang perubahannya begitu
Hadjar Dewantara dalam konteks pendidikan dahsyat) tidak akan mematikan kepentingan-
kontenporer di Indonesia penting untuk kepentingan kemanusiaan. Dengan paradigma
dilakukan untuk merespon kebutuhan akademis pendidikan humanistik, dunia manusia akan
yang jauh lebih mulia dari pada sekedar terhindar dari tirani teknologi dan akan tercipta
kebutuhan pragmatis sesaat. suasana hidup dan kehidupan yang kondusif
bagi komunitas manusia (Baharuddin dan Moh.
PEMBAHASAN Makin, 2007: 23)
Pendidikan Humanisme Pada metode humanistik, peserta atau
Pada dasarnya humanisme adalah suatu sasaran didik dipandang sebagai individu yang
paham atau kepercayaan terhadap eksistensi kompleks dan unik sehingga dalam
manusia yang harus diselamatkan dari doktrin- menanganinya tidak bisa dipandang dari satu
doktrin teologis yang mengekang manusia dan sisi saja. Dalam metode humanistik, kehidupan
berusaha melepaskannya dari ikatan doktrin- dan perilaku seorang yang humanis antara lain
doktrin tersebut. Hal ini amatlah wajar dan logis, lebih merespon perasaan, lebih menggunakan
ketika dewa-dewa pada mitologi Yunani Kuno gagasan siswa dan mempunyai keseimbangan
dianggap sebagai penguasa segala sesuatu dan antara teoritik dan praktek serta sedikit ritualitik
merupakan manifestasi dari kekuatan fisik yang dan lain-lain. Dari beberapa literatur pendidikan,
terdapat di alam semesta (Mukhlas, 2007: 279). ditemukan beberapa model pembelajaran yang
Teori humanistik adalah suatu teori humanistik ini yakni: humanizing of the
yang bertujuan memanusiakan manusia. Artinya classroom, active learning, quantum learning,
perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu quantum teaching, dan the accelerated learning.
sendiri dan memahami manusia terhadap Psikologi humanistik memberi perhatian
lingkungan dan dirinya sendiri. Seperti halnya atas guru sebagai fasilitator. Guru-guru yang
dalam Paradigma pendidikan humanistik efektif adalah guru-guru yang manusiawi, aliran
memandang manusia sebagai ”manusia”, yakni humanistik membantu siswa untuk
makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi-
tertentu (Makin, 2009: 22). potensi yang dimiliki. Karena ia sebagai pelaku
Manusia adalah subjek pendidikan, dan utama yang akan melaksanakan kegiatan dan ia
sekaligus pula sebagai objek pendidikan. juga belajar dari pengalaman yang dialaminya
Sebagai subjek pendidikan, manusia (khususnya sendiri. Dengan memberikan bimbingan yang
manusia dewasa) bertanggung jawab dalam tidak mengekang pada siswa dalam kegiatan
menyelenggarakan pendidikan. Secara moral pembelajarannya, akan lebih mudah dalam
berkewajiban atas perkembangan pribadi anak- menanamkan nilai-nilai atau norma yang dapat
anak mereka atau generasi penerus. Manusia memberinya informasi padanya tentang perilaku
dewasa yang berfungsi sebagai pendidik yang positif dan perilaku negatif yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan misi seharusnya tidak dilakukannya.
pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai
yang dikehendaki manusia di mana pendidikan Pemikiran Humanistik Ki Hadjar Dewantara
berlangsung. Sebagai objek pendidikan, manusia dalam Pendidikan
(khususnya anak) merupakan sasaran pembinaan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
adalah nama semula dari Ki Hadjar Dewantara.
161
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
Ia dilahirkan di Ngajogjakarta Hadingrat baik yang datang dari luar atau dari
(Yogyakarta) pada hari Kamis Legi, tanggal 2 dalam jiwanya. Jiwa hewan semata-
Mei 1889, sebagai putera keempat dari pangeran mata sanggup untuk melakukan
Soerjaningrat, dan sebagai cucu Sri Paku Alam tindakan-tindakan yang perlu untuk
III. Itu berarti Soewardi Suoerjaningrat berasal memelihara kebutuhan-kebutuhan
dari keluarga Pakualaman. hidupnya yang masih sanggat
Banyak penghargaan yang diperoleh Ki sederhana, misalnya makan, minum,
Hadjar Dewantara. Hari kelahirannya (2 Mei) bersuara, lari dan sebagainya.” (Ki
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ia Hadjar Dewantara 2009:53).
juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan
Nasional melalui surat keputusan Presiden RI Pandangan Ki Hajar tentang manusia
No. 305 tahun 1959. Penghargaan lain yang sebagai makhluk yang berbudi sesuai dengan
diterimanya adalah Doctor Honoris Causa (Cr. pandangan aliran humanistik yang bertujuan
H. C) dari Universitas Gadja Mada pada tahun membentuk manusia menjadi humaniter sejati
1957, dua tahun sebelum meninggal (26 April yang dapat bertanggungjawab sebagai individu
1959). Namanya juga diabadikan sebagai salah dan kepada masyarakat sekitarnya. Manusia
satu nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar adalah subjek/pribadi yang memiliki cipta, rasa,
Dewantara. Potret dirinya pernah diabadikan karsa yang mengerti dan menyadari akan
pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah (Ki keberadaan dirinya yang dapat mengatur,
Hadjar Dewantara 2009:215). menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki
Penelusuran dalam karya-karya tulis Ki budi dan kehendak, memiliki dorongan untuk
Hajar memberi pelajaran penting, orisinalitas mengembangkan pribadinya menjadi lebih baik
dan progresifitas Ki Hadjar dalam hal pemikiran dan lebih sempurna.
tentang pendidikan merupakan teladan berharga Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai
bagi Bangsa Indonesia. Orisinalitas itu lahir dari tokoh yang berjuang untuk memberi jawaban
wawasan dan pemahaman yang luas tentang terhadap pertanyaan,Pendidikan apakah yang
bidang pendidikan yang ia geluti, juga tentang cocok untuk anak-anak Indonesia? Jawabannya
kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia. adalah Pendidikan Nasional. Untuk
Tentunya pemahaman itu diperoleh melalui menyelengarakan pendidikan nasional beliau
proses belajar yang panjang. Ketekunan dan mendirikan Lembaga Pendidikan Nasional
kegigihan tercakup di dalamnya. Secara kreatif Taman Siswa yang kemudian dikenal sebagai
berbagai pemahaman dan pengetahuan itu diolah Perguruan Taman Siswa. Perguruan Taman
oleh Ki Hadjar untuk menghasilkan pemikiran Siswa bertujuan untuk membuat rakyat pandai,
yang khas dan orisinal. Di situ juga tampak jelas sebab Ki Hadjar Dewantara berkeyakinan bahwa
keterbukaan pikiran Ki Hadjar terhadap berbagai perjuangan pergerakan tidak akan berhasil tanpa
pandangan dan pemikiran tokoh-tokoh dunia. kepandaian. Untuk itu beliau mengemukakan
Ketekunannya mempelajari berbagai konsepnya mengenai Pendidikan Nasional
perkembangan baru dalam pendidikan (disarikan dari kumpulan karya Ki Hadjar
memungkinkannya menyerap itu semua. Dewantara: Pendidikan), yang direalisasi mulai
Manusia manurut pandangan Ki Hadjar tanggal 3 Juli 1922 dengan mendirikan
Dewantara telah dijelaskan dalam tulisannya Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta dengan
yang berjudul Keindahan Manusia yaitu sebagai tugas-tugasnya, Pertama adalah untuk mendidik
berikut: rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa
“Manusia adalah makhluk yang merdeka, untuk menjadi kader kader yang
berbudi, sedangkan budi artinya jiwa sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa
yang telah melalui batas kecerdasan dan bangsanya sejajar dengan bangsa lain yang
yang tertentu, hingga menunjukkan merdeka. Kedua membantu perluasan
perbedaan yang tegas dengan jiwa yang pendidikan dan pengajaran yang pada waktu itu
dimiliki hewan. Jika hewan hanya sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, sedang
berisikan nafsu-nafsu kodrati, dorongan sekolah yang disediakan oleh pemerintah
dan keinginan, insting dan kekuatan lain Belanda sangat terbatas. Ki Hajar Dewantara
yang semuanya itu tidak cukup berkuasa telah menciptakan sistem pendidikan yang
untuk menentang kekuatan-kekuatan, merupakan sistem pendidikan perjuangan.
162
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
Falsafah pendidikannya adalah menentang kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh
falsafah penjajahan dalam hal ini falsafah bangsa. Asas kemanusiaan, yang menyatakan
Belanda yang berakar pada budaya Barat. bahwa darma setiap manusia itu adalah
Falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara bukan perwujudan kemanusiaan yang harus terlihat
semata-mata sistem pendidikan perjuangan, pada kesucian batin dan adanya rasa cinta kasih
melainkan juga merupakan suatu pernyataan terhadap sesama manusia dan terhadap makluk
falsafah dan budaya bangsa Indonesia sendiri. ciptaan Tuhan seluruhnya.
Sistem pendidikan tersebut kaya akan konsep- Ki Hadjar Dewantara merintis atau
konsep kependidikan yang asli. Ki Hajar menggali kepribadian asli Indonesia.
Dewantara mengembangkan sistem pendidikan Kepribadian yang mengandung arti harkat diri
melalui Perguruan Taman Siswa yang atau kemanusiaan. Beliau merintis pendidikan
mengartikan pendidikan sebagai upaya suatu nasional agar bangsa Indonesia yang akan
bangsa untuk memelihara dan mengembangkan datang memiliki kepribadian nasional dan
benih turunan bangsa itu. Untuk itu, Ki Hajar sanggup membangun masyarakat baru yang
Dewantara mengembangkan metode among bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan
sebagai sistem pendidikan yang didasarkan asas bangsa Indonesia. Konsep dasar kependidikan
kemerdekaan dan kodrat alam (Rochman, dalam Ki Hajar Dewantara yang sekaligus diterima
Jaeng, 2005). sebagai prinsip kepemimpinan bangsa Indonesia
Sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah: “ing ngarsa sung tulada” berarti guru
itu dikembangkan berdasarkan lima asas pokok sebagai pemimpin (pendidik) berdiri di depan
yang disebut Pancadarma Taman Siswa dan harus mampu memberi teladan kepada anak
(Suratman, 1985: 111), yang meliputi: Asas didiknya. Guru harus bisa menjaga tingkah
kemerdekaan, yang berarti disiplin diri sendiri lakunya supaya bisa menjadi teladan
atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup (Soeratman. 1985: 127). Dalam pembelajaran,
sebagai individu maupun sebagai anggota apabila guru mengajar menggunakan metode
masyarakat. Arti merdeka adalah sanggup dan ceramah, ia harus benar-benar siap dan tahu
mampu untuk berdiri sendiri untuk mewujudkan bahwa yang diajarkannya itu baik dan benar.
hidup diri sendiri, hidup tertib dan damai dengan “ing madya mangun karsa” yang berarti bahwa
kekuasaan atas diri sendiri. Merdeka tidak hanya seorang pemimpin (pendidik) ketika berada di
berarti bebas tetapi harus diartikan sebagai tengah harus mampu membangkitkan semangat,
kesanggupan dan kemampuan yaitu kekuatan berswakarsa dan berkreasi pada anak didik
dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi (Soeratman 1985: 127). Hal ini dapat diterapkan
Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada bila guru menggunakan metode diskusi.
hakikatnya manusia itu sebagai makluk, adalah Sebagai nara sumber dan sebagai pengarah guru
satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat dapat memberi masukan-masukan dan arahan.
lepas dari kodrat alam dan akan berbahagia “tut wuri handayani” yang berarti bahwa
apabila dapat menyatukan diri dengan kodrat seorang pemimpin (pendidik) berada
alam yang mengandung kemajuan itu. Oleh dibelakang, mengikuti dan mengarahkan anak
karena itu, setiap individu harus berkembang didik agar berani berjalan di depan dan sanggup
dengan sewajarnya. Asas kebudayaan, yang bertanggung jawab (Idris, 1983). Ketika guru
berarti bahwa pendidikan harus membawa berada di tengah membangun semangat, di
kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan belakang memberi dorongan, dapat terjadi anak
yang sesuai dengan kecerdasan zaman, didik akan berusaha bersaing, berkompetisi
kemajuan dunia dan kepentingan hidup lahir dan menunjukkan kemampuannya yang terbaik.
batin rakyat pada setiap zaman dan keadaan. Jika seorang guru berperilaku humanis
Asas kebangsaan, yang berarti tidak boleh maka akan tercipta pendidikan yang efektif.
bertentangan dengan kemanusiaan, malah harus Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat
menjadi bentuk kemanusiaan yang nyata. Oleh pada siswa yang sesuai dengan minat dan
karena itu asas kebangsaan ini tidak kebutuhan siswa. Guru membantu siswa untuk
mengandung arti permusuhan dengan bangsa menemukan, mengembangkan dan mencoba
lain melainkan mengandung rasa satu dengan mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang
bangsa sendiri, satu dalam suka dan duka, rasa mereka miliki (the learners-centered teaching).
satu dalam kehendak menuju kepada Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa
163
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
164
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
yang diberikan pemerintah, dilihat dari hasil yang dibuat pemeritah diatas kepentingan-
Ujian Kompetensi guru tahun 2015, dapat kepetingan yang didasarkan untuk pendidikan
disimpulkan bahwa kompetensi kognitif dan dan kepentingan negara tanpa melihat kebutuhan
pedagogik guru dengan nilai minimal 55 tidak dan kondisi guru sendiri itu menggambarkan
tercapai dengan baik. Rata-rata hasil UKG guru pendidikan humanistik tidak berperan dalam
tahun 2015 menunjukkan masih sedikit di kondisi guru saat ini.
bawah CKM (Capaian Ketuntasan Minimal) Jika seseorang guru berperilaku
yang diharapkan. Sebagai tindak lanjut hasil Uji humanis maka akan tercipta pendidikan yang
Kompetensi Guru tahun 2015 tersebut, efektif. Pendidikan yang efektif adalah yang
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berpusat pada siswa yang sesuai dengan minat
mengalokasikan anggaran untuk pelatihan dan dan kebutuhan siswa. Guru membantu siswa
pendampingan guru dalam menyongsong Uji untuk menemukan, mengembangkan dan
Kompetensi Guru pada tahun-tahun mencoba mempraktikkan kemampuan-
berikutnya (Nur Kholis Huda M.Pd, February 3, kemampuan yang mereka miliki (the learners-
2017 dalam http://suroboyo.id/catatan-guru-ukg- centered teaching). Ciri utama pendidikan yang
sebagai-tolak-ukur-kemampuan-guru/). berpusat pada siswa adalah bahwa guru
Melihat kondisi tersebut dalam menghormati dan menerima siswa sebagaimana
pendidikan humanistik Ki Hadjar Dewantara adanya. Hal inilah yang dinamakan pendidikan
bahwasanya guru dalam konteks konsep dasar humanistik yang juga sesuai dengan pemikiran
kependidikan Ki Hajar Dewantara yang Ki Hajar Dewantara.
sekaligus diterima sebagai prinsip
kepemimpinan bangsa Indonesia adalah: “ing Kelulusan Peserta Didik Ditangan Komputer
ngarsa sung tulada” berarti guru sebagai Pelaksanaan UN Tahun Pelajaran
pemimpin (pendidik) berdiri di depan dan harus 2016/2017 dengan moda Ujian Nasional
mampu memberi teladan kepada anak didiknya. Berbasis Komputer (UNBK). Perluasan
“ing madya mangun karsa” yang berarti bahwa pelaksanaan UNBK dimaksudkan untuk
meningkatkan efektifitas,mutu, reabilitas,
seorang pemimpin (pendidik) ketika berada di
kredibilitas, dan integrasi ujian. Suatu
tengah harus mampu membangkitkan semangat,
pendidikan yang ditetapkan sebgai pelaksana
berswakarsa dan berkreasi pada anak didik. “tut UNBK kecuali peserta UN ada yang
wuri handayani” yang berarti bahwa seorang memerlukan pengaturan khusus. Kelulusan
pemimpin (pendidik) berada dibelakang, peserta didik ditangan komputer dimana para
mengikuti dan mengarahkan anak didik agar pejabat pendidikan yang membentuk aturan
berani berjalan di depan dan sanggup mengeni UN dan yang sebenarnya, suatu
bertanggung jawab. Dalam hal ini realitas yang kelulusan peserta didik seharusnya di dominsi
ada guru semakin disibukan degan berbagai guru yang dimana merupakan orang yang
macam pekerjaan yang dituntut oleh pemerintah bersama peserta didik.
untuk segera di kerjakan, menjadikan guru lebih Perlu di sadari bahwa tujuan pendidikan
terfokus akan apa yang ia kerjakan adalah memanusiakan manusia. Pendidikan
dibandingkan apa yang dibutuhkan oleh para hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang
lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di
peserta didik ini menggambarkan ketimpangan
masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas
akan fungsi guru yang seharusnya mendidik hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak
adalah fokus utama tetapi melainkan kesibukan luhur dan berkeahlian.
guru mulai dari mempersiapkan UKG , Perlu ditekankan bahwa ruang kelas
sertifikasi, akreditas, UN yang semakin dapat menjadi humanis atau tidak humanis
kompleks dengan dicanangkanya sistem bukanlah berdasarkan label yang diberikan oleh
komputerisasi dan masih banyak lagi. Ini pemerintah atau siapa saja, melainkan dapat
mejadikan guru kehilangan akan humanistiknya dilihat proses yang terjadi di kelas sebagai hasil
atau kebebasan dalam kehidupan untuk berkarir dari interaksi antara guru siswa dan antar siswa.
secara utuh, guru saat ini hanya sebagai “mesin” Guru menjadi humanis atau tidak humanis juga
165
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
bukan berdasarkan label yang diberikan oleh pembelajaran, dialog antar pendidik dan peserta
pihak luar, melainkan dilihat dari usaha yang didik kini mulai memudar gambaran ini yang
dilakukan guru untuk mengarahkan dirinya menjadi realitas pendidikan saat ini.
memenuhi karakteristik guru yang humanis,
kemampuan guru mengembangkan kelas yang KESIMPULAN
humanis melalui hubungan yang apresiatif, ` Pemikiran humanistik Ki Hadjar
tindakan guru yang humanis dan proses Dewantara dalam pendidikan, yaitu dengan
pembelajaran yang menerapkan model memposisikan pendidikan sebagai penuntun.
pembelajaran yang tepat. Maksudnya adalah menuntun segala kekuatan
Konsep yang dikenal dengan istilah kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
Among Methode atau sistem among. Among dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
mempunyai pengertian menjaga, membina dan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia
mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksana maupun sebagai anggota masyarakat, dan semua
“among” (momong) disebut Pamong, yang ini diluar kuasa pendidik, karena pendidik hanya
mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih menuntun perkembangan. Lebih jelas lagi
dari yang diamong. Guru atau dosen di Taman pemikiran pendidikan humanistik Ki Hajar
Siswa disebut pamong yang bertugas mendidik Dewantara dapat dilihat dari pandangan Ki
dan mengajar anak sepanjang waktu. Tujuan Hajar Dewantara tentang konsep manusia dan
sistem among membangun anak didik menjadi pendidikan, meliputi: Pengakuan terhadap
manusia beriman dan bertakwa, merdeka lahir keberadaan fitrah manusia, Humanisasi
batin, budi pekerti luhur, cerdas dan pendidikan,Memandang pendidik sebagai
berketerampilan, serta sehat jasmani rohani agar seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan memberi arahan atau tuntunan, juga menjadi
bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air fasilitator dan motivator bagi peserta didik,
serta manusia pada umumnya. Memandang peserta didik sebagai makhluk yang
Pelajaran dengan cara bermain dalam memiliki potensi untuk memahami diri sendiri
sistem among dapat menyentuh jiwa merdeka menurut kodratnya.
sang anak di semua tingkat usia. Sistem among
melakukan pendekatan secara kekeluargaan SARAN
artinya menyatukan kehangatan keluarga dengan Kontribusi pendidikan humanistik Ki
sekolah. Pijakan sistem among ada pada dua Hajar Dewantara terhadap pendidikan nasional
dasar, ialah kemerdekaan dan kodrat alam. antara lain sebagai peletak dasar pendidikan
Kemerdekaan sebagai syarat untuk nasional, pencetus konsep pendidikan demokrasi
menghidupkan dan menggerakkan kekuatan dalam pendidikan yang semuanya
lahir dan batin anak sehingga dapat hidup terformulasikan dalam slogan pendidikan
merdeka, mandiri dan makarya. Sedangkan nasional Tut Wuri Handayani.
kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai
kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik- DAFTAR PUSTAKA
baiknya menurut hukum evolusi. Ketika
kurikulum dikembangkan sendiri oleh satuan Baharuddin dan Makin, 2007, Pendidikan
pendidikan, dan setiap guru harus Humanistik Konsep, Teori dan Aplikasi
mengembangkan sendiri silabus dan rencana Praktis dalam Dunia Pendidikan.
pembelajarannya, maka sesungguhnya sudah Jogjakarta : Ar Ruz Media.
terbuka lebar peluang mengimplementasikan Dewantara, Ki Hajar, 2009. Menuju Manusia
sistem among dalam pembelajaran. Merdeka, Yogyakarta: Leutika
Kini konsep tersebut digantikan oleh
sistem komuputerisasi kelulusan para peserta Dwiarso. Ki Priyo, Sistem Among Mendidik
didik bukan lagi ditagang pendidik yang Sikap Merdeka Lahir dan Batin, dalam
mengetahui kondisi peserta didik yang www.tamansiswa.org , diakses pada tanggal
sebearnya, melaikan peran guru di ganti oleh 30 April 2017.
komputer. Kelulusan peserta didik hanya Komandoko, Gamal, 2007, Kisah 124 Pahlawan
menjadi terfokus utama, penanaman nilai,moral dan Pejuang Nusantara, Yogyakarta: Pustaka
dan kebudayaan tidak di hiraukan dalam proses
166
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
Sadullah, Uyoh , 2007, Pengantar Filsafat Zahara Idris , Dasar-dasar Pendidikan, (Padang
Pendidikan, Bandung: Alfabeta. : Angkasa Raya, 1991)
167
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017
ISBN 978-602-19411-2-6
168