Anda di halaman 1dari 4

Nama : Miftahul Anwaril Mutaqin

Nim : 2300103911810004
Kelas : PPG Prajabatan BK-A
KONEKSI ANTAR MATERI
1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum
Anda mempelajari topik ini?
Sebelum mempelajari topik ini, pemahaman saya tentang peserta didik dan pembelajaran
di kelas cenderung terbatas dan mungkin kurang mencerminkan nilai-nilai yang dipegang
oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) seperti kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan,
kebangsaan, dan kemanusiaan. Beberapa pemikiran awal saya melibatkan konsep dasar
pendidikan, seperti guru memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa mendengarkan,
mengingat, dan menguasai materi pelajaran. Namun, pemahaman ini mungkin tidak
mempertimbangkan elemen-elemen kritis dalam pendidikan seperti nilai-nilai, budaya, dan
kebebasan dalam proses pembelajaran.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
Setelah mempelajari konsep Ki Hajar Dewantara, pemikiran dan perilaku saya mengalami
perubahan yang signifikan yaitu:
a. Pentingnya Nilai-nilai dalam Pendidikan
Saya sekarang lebih menyadari bahwa pendidikan harus mencakup nilai-nilai seperti
kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Konsep ini
membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik dan membantu siswa
mengembangkan karakter.
b. Peran Guru yang Berbeda
Konsep kepemimpinan dalam pendidikan menunjukkan bahwa guru bukan hanya
penyampai pengetahuan, tetapi juga seorang contoh yang baik bagi siswa. Ini
menggambarkan perlunya guru untuk memberikan motivasi, semangat, dan bimbingan
kepada siswa.
c. Sistem Among
Saya sekarang lebih memahami konsep "sistem among" yang mengharuskan guru
untuk menjaga, membina, dan mendidik siswa dengan kasih sayang. Ini menekankan
pentingnya hubungan antara guru dan siswa serta perhatian terhadap kebutuhan
individu siswa.
d. Tri Pusat Pendidikan
Saya sekarang menyadari bahwa keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran
kunci dalam pendidikan. Mereka harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang efektif.
e. Penerapan Nilai KHD
Saya berkomitmen untuk menerapkan asas-asas dalam pendidikan, seperti
kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan, dalam praktik
pembelajaran saya. Ini mencakup menciptakan ruang bagi siswa untuk belajar dengan
kreativitas dan kebebasan.

Sebagai guru, sangat penting untuk memperhatikan potensi dan kebutuhan individu dari
setiap siswa. Hal ini melibatkan analisis yang cermat terhadap apa yang perlu
dikembangkan pada setiap siswa, serta penentuan hal-hal yang harus didorong dan
dikuatkan dalam proses pembelajaran. Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa untuk
mendukung perkembangan bakat siswa, kita harus memberikan mereka rasa kemerdekaan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kemerdekaan ini bukan berarti tanpa batasan. Tidak
ada tekanan yang berlebihan terhadap siswa, sehingga mereka dapat mengekspresikan
kreativitas mereka dalam proses belajar. Dalam lingkungan yang seperti ini, guru dan siswa
memiliki kebebasan untuk menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sistem pendidikan secara
keseluruhan.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan
pemikiran KHD?
Untuk melakukan pembelajaran dikelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar
Dewantara (KHD), dapat segera menerapkan langkah-langkah berikut yang terinspirasi
dari konsep pemikikiran Ki Hajar Dewantara yaitu:
a. Menerapkan Teori TRIKON
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan
sebagai usaha dalam memberikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Upaya pendidikan
yang dapat dilakukan dengan sikap dikenal dengan teori trikon yaitu kontinu, konsentris
dan konvergen. Kontinu artinya pendidikan di Indonesia mesti dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan. Konsentris artinya untuk mengembangkan pendidikan di
Indonesia harus sesuai dengan kebudayaan serta nilai luhur bangsa yang ditanam dalam
generasi muda. Konvergen artinya mengembangkan mutu pendidikan Indonesia agar
setara dengan kualitas pendidikan yang maju di dunia barat. Teori ini sendiri sudah
dilakukan sejak menuntut ilmu di Belanda. Beliau berhasil menyaring ilmu pendidikan
ini untuk dimanfaatkan di Indonesia dengan tetap berpijak pada akar budaya tanah air,
sehingga konsep mengenai pendidikan nasional berakar pada budaya Nusantara.
b. Menumbuhkan Daya Cipta (Kognitif), Daya Rasa (Afektif) dan Daya Karsa
(Psikomotor). Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan Harus bisa meningkatkan daya
cipta (kognitif), daya rasa (afektif) dan daya karsa (psikomotor). Ketiga daya tersebut
harus tumbuh secara bersamaan tanpa ada yang dikesampingkan, karena
menitikberatkan salah satu daya dapat menghambat perkembangan manusia. Dengan
menumbuhkan ketiga daya tersebut bersamaan maka proses humanisasi atau
memanusiakan manusia dalam pendidikan dapat tercapai. Artinya mendidik manusia
untuk mencapai kemanusiaan yang luhur tidak akan mudah goyah, pendidik harus
menjadikan dirinya sebagai role model bagi siswa. tanpa adanya teladan yang baik
maka proses humanisasi dalam pendidikan tidak akan tercapai.
c. Metode Sistem Among
Ki Hajar Dewantara, mengajarkan metode pendidikan sistem among, yaitu metode
pengajaran sesuai dengan asih, asah dan asuh. hal ini sesuai dengan pendidikan yang
dilaksanakan langsung dalam berbagai tempat yang diberi nama Tri Sentra Pendidikan,
yaitu Alam Keluarga (Pendidikan Informal), Alam Perguruan (Pendidikan Formal) dan
Alam Pergerakan Pemuda (Pendidikan Non Formal). Pasalnya Tri sentra tersebut
menjadi inspirasi pendidikan di Indonesia dan ketiganya mempunyai pengaruh besar
terhadap pertumbuhan, kepribadian dan tingkah laku anak. Keluarga, pihak sekolah,
pemerintah maupun masyarakat merupakan stakeholder pendidikan yang memiliki
peran penting dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika proses
pendidikan dilakukan dengan optimal dan stakeholder memposisikan dirinya sebagai
teladan baik bagi anak atau peserta didik. Sehingga tercapainya tujuan pendidikan
menjadi tanggungjawab bersama.
d. Membentuk Pribadi yang Mandiri
Inspirasi pembelajaran dari konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya yaitu pendidikan
dapat membentuk pribadi yang mandiri dengan tiga indikator yaitu bisa berdiri sendiri,
tidak bergantungan dengan orang lain, serta dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan
begitu, seseorang dapat mengatasi permasalahan hidupnya sendiri tanpa membawa
orang lain masuk ke dalam permasalahan.
e. Pendidikan Harus Relevan dengan Kehidupan
Secara umum, konsep pendidikan harus relevan dengan garis hidup guna mencerdaskan
rakyat serta mengangkat martabat bangsa. Seseorang yang berpendidikan harus bisa
bekerjasama dengan baik untuk memajukan Indonesia di antara negara-negara di dunia.
Setiap individu harus bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kecanggihan
teknologi dapat dijadikan sarana memperluas Network serta meningkatkan wawasan
global.
f. Pengembangan Pendidikan Selaras dengan Nilai Budaya
Pengembangan pendidikan harus selaras dengan nilai budaya untuk memperkuat
dinamika pendidikan sebagai penguat bangsa. Ki Hajar Dewantara memandang jika
misi pendidikan nilai budaya masyarakat timur lebih cocok digunakan. Maka taman
siswa dibuat dengan pendekatan Momong, Among dan Ngemong. Jika sistem
pendidikan sesuai dengan nilai budaya lokal, guru dapat berperan kembali sebagai insan
yang membimbing serta memimpin anak didik dengan lembut, untuk mengembangkan
bakat, potensi dan karakteristik peserta didik.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, dapat membantu menciptakan kelas yang
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang pada
akhirnya akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan peserta didik. Jika sistem
pendidikan sesuai dengan nilai budaya lokal, guru dapat berperan kembali sebagai insan
yang membimbing serta memimpin anak didik dengan lembut, untuk mengembangkan
bakat, potensi dan karakteristik peserta didik
Sumber Rujukan:
Damayanti, A. Japar, M. Maiwan, M. (2021). Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang
Budi Pekerti. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pkn/article/viewFile/12252/7701

Anda mungkin juga menyukai