Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam By : Tia Nur Agustin Kesimpulan pemahaman dari Topik III dengan Topik I dan Topik II.
Pada di topik 1 pelajaran yang dibentuk ialah mengenai pendidikan dalam
persepektif Ki Hajar Dewantara dan bagaimana pemikiran beliau membawa perjalan pendidikan hingga saat ini. Kemudia, di topik kedua masih terkait pandangan Ki Hajar Dewantar tetapi mengenai beberapa pembahasan dari sosio kultural, budi, pekerti, sistem among, dan semboyang Ki Hajar Dewantara. Sedangkan, pada topik ke 3 ini lebih kepada identitas manusia, dimana terdapat banyak keragaman yang ada pada manusia Indonesia. Dan ketika ketiga topik tersebut dijadikan satu akan menjadi ketersambungan dan keterkaitan sendiri. Dimana, pada dasarnya pemikiran dari Ki Hajar Dewantara yang membawa perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik. Dimana saat zaman colonial belanda, pendidikan yang dapat ditempuh masih terbatas dan atas kepentingan koloni belanda. Sehingga, masyarakat Indonesia tidak mempunyai kebebasan dalam pendidikan. Setelah itu, Ki Hajar Dewantara juga memberikan pemahaman lain dimana didalam pendidikan tidak hanya intelektualnya saja yang unggul harus selaras dengan nilai budaya, adat istiadat, dan budi pekerti yang ada. Hal ini dilakukan untuk perkembangan diri manusia yang lebih baik lagi, baik secara pengetahuan juga moralitas. Didalam pendidikan juga haruslah sebagai pendidik dapat mengamong peserta didiknya, sehingga peserta didik tidak merasa terbebani saat melakukan pembelajaran tetap diberikan arahan tetapi tetap diberikan kemerdakaan didalam belajar dengan tujuan peserta didik dapat memunculkan potensi yang ada. Dengan keberagaman karakteristik manusia Indonesia, maka beragam juga karakteristik peserta didik yang ada. Sehingga, diharapkan proses pembelajaran diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, walaupun terdapat perbedaan tetapi pendidik dapat diberikan dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Selain itu, kembali lagi dengan semboyan yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha: Berarti "Di Depan Melihat, Di Belakang Melihat". Artinya, kita harus selalu berorientasi pada masa depan (melihat ke depan), tetapi juga harus memahami dan belajar dari masa lalu (melihat ke belakang).Ing Madya Mangun Karsa: Berarti "Di Tengah Memberi Makna". Pesan ini menekankan pentingnya memiliki makna dan tujuan dalam hidup, di tengah-tengah perjalanan kita. Tut Wuri Handayani: Berarti "Tali Penghubung yang Memberi Petunjuk". Pesan ini menekankan pentingnya kerjasama dan hubungan yang baik dalam pendidikan, di mana guru dan murid saling mendukung dan memberikan petunjuk Relevansi ilmu psikologi perkembangan dan siso- kultural berdasarkan dasar- dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia,
memiliki pandangan yang luas dan holistik terhadap pendidikan, mencakup pemahaman tentang perkembangan individu dan pengaruh konteks sosial-budaya. Dimana, menurut beliau perlu untuk memahami individu sebagai bagian dari proses pendidikan. Karena pada dasarnya, setiap manusia mempunyai perkembangan yang berbeda, sehingga setiap peserta didik dalam pendidikan harus bias menyesuai dengan perkembangan pada peserta didik, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan yang ada. Selain itu, Pendidik perlu menyadari bahwa pengalaman dan pembelajaran anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (seperti perkembangan individu), tetapi juga oleh faktor eksternal, seperti budaya, tradisi, dan interaksi sosial. Pembelajaran juga merupakan proses sosial yang terjadi melalui interaksi dengan orang lain dan lingkungan sosial. Budaya dan nilai-nilai masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk cara individu belajar. Pendidi perlu memahami tentang bagaimana budaya memengaruhi perkembangan individu. Ki Hajar Dewantara menekankan perlunya pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai budaya lokal dan nasional. Karena, budaya memainkan peran dalam pembentukan identitas dan pemahaman dunia individu. Pendidikan yang berbasis budaya memastikan relevansi dan penerimaan nilai-nilai lokal. Pendidik juga harus dapat menyadari dan memahami mengenai wawasan tentang pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan, memperhatikan aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial.