Anda di halaman 1dari 4

Nama : Geby Ananda W.

NIM : 23300051
Rombel : 03
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Pendidikan Profesi Guru
Universitas Negeri Padang

FILOSOFI PENDIDIKAN
TOPIK 1 (01.01.2-T1-7. Koneksi antar materi- Relevansi perjalanan Pendidikan
nasional)

1. Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan untuk menguatkan pemahaman Anda


tentang materi Perjalanan Pendidikan Nasional.
2. Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh
dalam materi ini dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda
praktekan di sekolah dan kelas Anda.

Pembahasan :
Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. Dengan
adannya Pendidikan, maka kualitas hidup manusia juga akan menjadi lebih bermakna.
Pendidikan berperan penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan
oleh pendidik terhadap peserta didik guna mewujudkan suasana belajar dan pembelaja
ran untuk mengembangkan potensi, bakat, minat keterampilan sikap, kecerdasan yang
ada pada setiap peserta didik untuk keperluan dirinya sendiri maupun untuk masyarakat
Pendidikan tidak hanya mengajarkan intelektualitas saja namun juga berbagai hal
yang menyangkut tentang kehidupan atau bersosialisasi dengan orang lain seperti sikap,
cara berpikir, cara bertindak, atau bertutur kata. Pendidikan merupakan upaya untuk
membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju
kearah peradaban manusiawi dan lebih baik. Pendidikan bukan sekedar
mentranformasikan materi pelajaran, melainkan juga mentranformasikan nilai-nilai
serta memberikan bekal kecakapan hidup (life skill) bagi peserta didik .Sasaran utama
proses Pendidikan dan proses belajar mengajar pada suatu jenjang sekolah bukanlah
menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan
lulusan yang memiliki serangkaian kemampuan penting yang tidak hanya berguna
untuk melanjutkan Pendidikan, tetapi juga untuk hidup dan bekerja di masyarakat.
Perjalanan pendidikan di Indonesia:

a) pendidikan zaman pra kemerdekaan (zaman colonial)

pendidikan pada zaman penjajahan belanda bagi rakyat Indonesia


sangat terbatas, hanya sebatas membaca, menulis, dan berhitung seperlunya
saja guna memenuhi kebutuhan pekerja. Pendidikan juga bersifat
materialis, individualis yang tidak cocok dengan kultur budaya rakyat Indonesi
a. Seiring berjalannnya waktu, berdirilah sekolah – sekolah yang khusus
bagikaum pribumi seperti bumiputera, STOVIA, sekolah Kartini, dan
Taman Siswa. Berdirinya sekolah Taman sisiwa merupakan bentuk
perjuangan, kemerdekaan, dan kebebasan bagi pendidikan Indonesia yang
diprakarasai oleh Ki Hajar Dewantara. Dalam duna pendidikan Ki Hajar
Dewantara disebut sebagai bapak pendidikan nasional karena perjuangan beliau
dalammemerdekakan pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara
mempunyai tiga semboyan yang dpakai dllam dunia pendidikan yaitu :

• ing ngarso sung tulodho (di depan menjadi teladan)


• ing madya mangun karsa (di tengah membangu motivasi)
• tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)

b) pendidikan pasca kemerdekaan

pendidikan zaman kemerdekaan sangat erat kaitannya dengan gonta


ganti kurikulum, tepatnya sudah sebelas kali pergantian telah dilakukan
dari kurikulum 1947 sampai kurikulum merdeka. Pendidikan sekarang mengg
unakan kurikulum merdeka dengan menerapkan profil pelajar pancasila
(beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif

Refleksi

Setelah mempelajari beberapa materi Pembelajaran Pendidikan Nasional. Saya


memperoleh pengalaman baru sebagai bekal saya kelak menjadi guru profesional.
Sebelumnya, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu pendidikan. Pengertian pendidikan
menurut UU 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (Sari,2020). Pendidikan adalah tempat persemaian benih-
benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaaan dengan maksud agar segala
unsur peradaban dapat tumbuh dengan baik. Pendidikan yang ada haruslah seseuai dengan
budaya dan kultur yang ada, karena pendidikan berdasar budaya menunjukkan pendidikan
yang merdeka mempunyai ciri khas tersendiri. Dengan menjunjung pendidikan berakar dari
budaya juga membuat pesertadidik menghargai adat istiadatnya, budayanya, maupun asal –
usulnya. Pada perajalanannya, pendidikan juga harus selaras dengan perkembangan zaman
artinya pendidikan harus sesuai dengan zaman yang terus bergerak maju tidak hanya terpaku
pada satu system atau suatu waktu. Pendidikan akan terus berubah tatanannya dari waktu ke
waktu sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
karena pendidikan ditujukan untuk menyiapkan peserta didik dalam rangka menghadapi hid
up dan kehidupannya di masa kini dan masa datang. Dari pengertian pendidikan tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan secara terstruktur
yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi peserta didik. Sehingga mampu
menciptakan masyarakat yang cerdas dan berwawasan luas. Pada sistem pendidikan
Indonesia, terdapat perjalanan yang cukup panjang dari waktu ke waktu pada proses
pengembangannya hingga saat ini.
Pendidikan nasional bangsa Indonesia telah dicetuskan oleh salah seorang pendiri
bangsa yaitu Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Gerakan transformasi yang dilakukan
oleh Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah
kemerdekaan yang bertujuan untuk memperjuangkan dan mengangkat martabat bangsa melalui
bidang pendidikan. Menurutnya, mendidik kaum muda merupakan syarat utama untuk
membebaskan diri dari belenggu penjajah. Maka dari itu, Ki Hadjar Dewantara berupaya penuh
untuk menyebar luaskan semangat pendidikan yang sesuai dengan adat istiadat bangsa
Indonesia. Sesuai dengan semboyannya yaitu Ing Ngarsa Sung Taladha, Ing Madya Mangun
Karsa, dan Tut Wuri Hadayani yang menjadi wasiat luhur yang patut dijadikan sebagai acuan
dalam pengembangan pendidikan nasional.

Terdapat kutipan dari pidato sambutan Ki Hajar Dewantara saat pemberian gelar
Doktor Honoris Causa oleh Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956 yang dapat saya
refleksikan. Kutipan yang pertama, yaitu: "Didiklah anak -- anak kita dengan cara yang sesuai
dengan tuntutan alam dan zamannya". Sebagai guru, kita harus dapat memberikan
pembelajaran sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam arti lain kita harus up to date agar tidak
ketinggalan zaman. Di era serba teknologi seperti saat ini, guru juga harus melek terhadap
teknologi misalnya seperti pemilihan metode-metode berbasis teknologi yang pastinya akan
sangat efektif dilakukan karena mayoritas siswa pada saat ini pasti sudah fasih dalam
menggunakan teknologi. Memilih pembelajaran yang berfokus pada peserta didik akan
memberikan kemerdekaan bagi mereka untuk mengembangkan potensinya karena pendidikan
yang merdeka adalah bagaimana kita memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia
yang merdeka untuk terus belajar. Guru tidak dapat memaksakan peserta didik untuk menjadi
A atau menjadi B karena pada dasarnya peserta didik memiliki kemampuan dan potensinya
sendiri-sendiri. Namun, hal yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah dengan 'mendorong'
dan 'membuka' wadah selebar-lebarnya untuk membantu mengembangkan potensi peserta
didik agar dapat meningkatkan potensi yang ia miliki sehingga memiliki kemampuan yang
berguna bagi kehidupannya kelak. Sebagaimana menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara, yaitu:
"Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratnya yang unik, tidak mungkin pendidik
mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya."

Pengalaman dan perubahan diri yang saya alami


Dapat membangun dan mengoptimalkan pembelajaran yang sesuai
dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Selain itu juga saya belajar bagaimana menerapkan
merdeka belajar bagi siswa serta menyesuiakan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
zaman tanpa meninggalkan kultur budaya. Yang dimana tujuannya ialah untuk menciptakan
ruang inovasi yang luas kepada segenap eksponen dan elemen pendidikan di Indonesia demi
mewujudkan pemulihan dan perbaikan mutu pendidikan secara menyeluruh.
Materi ini juga mengajarkan untuk memiliki pola pikir bahwa dalam pembelajaran harus
berpusat pada peserta didik dan sesuai dengan minat setiap peserta didik.
Saya dapat belajar memberikan ruang kemerdekaan pada siswa untuk berekspresi
belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. Dapat memahami bahwa siswa itu memiliki
karakteristik yang beragam pada setiap anak.dan saya dapat belajar bagaimana manerapkan
strategi pembelajaran di kelas yang berpusat pada murid. Dan Siswa diberi ruang untuk
berekpresi, berkreasi sesuai denegan minat dan bakat yang dimilikinya serta menuntunnya di
dalam pembelajaran.
Hal yang akan saya praktekan di sekolah
Sebagai seorang pendidik kelak harus tahu karakteristik setiap peserta didik
dikarenakan setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Seorang pendidik,
seorang pendidik juga harus tau apa yang menjadi bakat dan minat peserta didik serta potensi
yang dimiliki setiap peserta didik agar kelak peserta didik dapat mengembangkan apa yang
menjadi potensinnya, sehingga pendidik tidak akan memaksakan suatu hal yang bukan peserta
didik sukai, Sebagai seorang pendidik juga harus mampu manerapkan strategi pembelajaran di
kelas yang berpusat pada murid. Siswa diberi ruang untuk berekspresi, berkreasi sesuai
denegan minat dan baka yang dimilikinya.

Referensi:

Fadli, M. R., & Kumalasari, D. (2016). Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Lama (
Periode 1945-1966 ) Pendahuluan Sistem Pendidikan Indonesia Masa Orde Lama. Agastya, 9,
157--171.

Sari, M. D. (2020). Perkembangan pendidikan di indonesia dari era kemerdekaan hingga era
reformasi (1945 -- 2008). Jurnal Ilmiah Maksitek, 5(3), 188--191.

Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila. (2021). Pandangan Dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
Dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS, 11(1), 47--55.

Anda mungkin juga menyukai