Anda di halaman 1dari 5

PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan manusia agar dapat berproses menjadi


seorang individu yang merdeka. Arti kata merdeka yang dimaksud adalah manusia
dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat yang dimiliki, serta menjadi manusia yang
mendapatkan kebahagaiaan setinggi-tingginya.

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan


kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk"
lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan
"irama".

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menuntun anak agar dapat
menjadi individu yang merdeka. Oleh karena itu sebelum kita dapat mendidik seorang
individu kita harus mengetahui bagaimana perjalanan pendidikan yang terjadi di
Indonesia. Berikut adalah rangkuman perjalanan pendidikan nasional di Indonesia:

Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan (zaman kolonial)

Pada zaman kolonial Indonesia telah dijajah oleh beberapa negara, negara tersebut
mempengaruhi pendidikan yang berada di Indonesia. Beberapa negara yang
berpengaruh terhadap pekembangan pendidikan di Indonesia yakni:

Pendidikan pada masa Belanda

Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan


kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16.
Belanda menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis perlu
digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya. Berangkat dari pemahaman itulah
sekolah-sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah
terpengaruh agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama di
Ambon didirikan oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu
membaca, menulis dan sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan
mendapat upah.

Pendidikan yang dilakukan pada zaman kolonial terpaku terhadap ideologi bangsa
Belanda, sehingga pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan pemahaman Belanda
yang berakibat pada pendidikan yang diatur secara sistematis agar murid/siswa yang
mengikuti pendidikan di zaman kolonial akan mengikuti serta menjadikan pembelajaran
yang didapatkan, perjalanan yang di dapatkan adalah sebuah landasan yang akan
diteruskan kezaman berikutnya. Pendidikan yang diberikan oleh Belanda kepada
masyarakat Indonesia bertujuan untuk menciptakan SDM masyarakat Indonesia yang
siap menjadi tenaga kerja untuk Belanda dan diberi upah yang minim.

Namun, pendidikan yang diberikan oleh Belanda memberi dampak positif terhadap
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia mulai dapat belajar membaca dan
menghitung. Selain itu dampak positif dari pendidikan yang diberikan Belanda adalah
terbentuknya Lembaga pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh tokoh-tokoh
pendidikan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah:

Bung Tomo yang mendirikan Kweek School,

KH Ahmad Dahlan yang mendirikan pendidikan Muhammadiyah,

Trikoro Dharmo yang mendirikan perkumpulan pemuda,

RA Kartini yang meperjuangkan hak perempuan,

Ki Hadjar Dewantara yang mendirikan Taman siswa.

Pendidikan pada masa Jepang

Jepang merupakan negara yang menjajah Indonesia dengan jangka waktu yang cukup
pendek yakni dari 17 Maret 1942 sampai 17 Agustus 1945. Jepang juga memberikan
pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk berperang. Masyarakat diajarkan
bergotong-royong untuk membangun pertahanan untuk perang, masyarakat juga
diajarkan untuk mengumpulkan hasil alam untuk bahan pangan perang. Sisi positif yang
dapat diambil dari pendidikan yang diberikan oleh Jepang adalah pendidikan untuk
bertahan dari peperangan yang dapat terjadi kapanpun. Dari pendidikan yang telah
diberikan oleh negara yang pernah menjajah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan yang diberikan merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan dari masing-masing negara.

Pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran


Republik Indonesia yang beranggotakan 52 orang. Panitia ini bertugas untuk meninjau
masalah pendidikan dan pengajaran kanak-kanak dari tingkat taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi. Selain itu, hal lain yang juga menjadi perhatian panitia ini
adalah terkait rencana pelajaran, organisasi pemeliharaan isi pendidikan dan
pengajaran. Setelah beberapa bulan bekerja, panitia ini mengusulkan beberapa pokok
saran kepada pemerintah, yaitu: Pedoman pendidikan dan pengajaran harus diubah
secara mendasar, Khusus mengenai pengajaran diharapkan agar bisa mendapat
tempat yang teratur dan seksama. Mengenai pengajaran tinggi disarankan agar
diadakan seluas-luasnya, disarankan agar diusahakan pengiriman pelajar-pelajar ke
luar negeri Kewajiban bersekolah, panitia menyaranka wajib sekolah dilaksanakan
secara bertahap, sesingkat-singkatnya 10 tahun.

Setelah pemerintah menerima saran-saran tersebut, disusunlah struktur dan sistem


pendidikan baru. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi warga negara
yang berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya kepada
negara. Dasar-dasar pendidikan menganut prinsip demokrasi, kemerdekaan, dan
keadilan sosial. Kondisi pendidikan di Indonesia setelah merdeka ini mengarah
terhadap perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan di era ini, bangsa Indonesia berusaha menghilangkan
paham-paham pendidikan Belanda, sehingga siswa Indonesia memiliki ciri khas dari
siswa Indonesia. Pembelajaran didesain sedemikian rupa agar budaya bangsa
Indonesia dapat terus diwariskan kegenerasi selanjutnya.

Pendidikan di Indonesia pada era Pendidikan Abad ke-21

Keberadaan Abad ke-21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang mana
pada abad ke-21 menjadikan abad keterbukaan atau abad globalisasi. Pada saat ini
Indonesia memasuki dan bahkan sedang berjalan era revolusi industri 4.0. Pada
pembelajaran ini tidak lagi berfokus terhadap penerapan kebudayaan lagi namun,
berfokus terhadapat kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan
komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi. Pada zaman ini teknologi
merupakan sarana utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sebagai seorang
guru, kita perlu meningkatkan kemampuan adaptasi teknologi serta dapat
memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga akan
membentuk siswa atau peserta didik yang memiliki kecakapan di era Abad ke-21

Berdasarkan pidato sambutan Ki Hajar Dewantara saat pemberian gelar Doktor Honoris
Causa oleh Universitas Gajah Mada (7 November 1956)

"pendidikan" adalah tempat persemaian segala benih -- benih kebudayaan yang


hidup dalam masyarakat kebangsaan. Dengan maksud agar segala unsur peradaban
dan kebudayaan tadi dapat tumbuh dengan sebaik -- baiknya. (artinya disini adalah
saya merefleksi diri untuk menjadikan pendidikan itu adalah sebagai tempat menanam
benih kebudayaan dari pendidikan lah muncul peradaban generasi Indonesia yang
beradab dan berakhlak mulia)

Disamping pendidikan kecerdasan pikiran, harus ada pendidikan yang kultural (disini
saya merefleksikan yang masih ada keterkaitan dengan poin pertama bahwa
pendidikan bukan hanya sekedar untuk kecerdasan kognitif tetapi juga membangun
moral dan etika peserta didik)

Didiklah anak -- anak kita dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan
zamannya (dari sini juga saya merefleksi bahwa saya harus terus belajar menyesuaikan
dengan perkembangan zaman agar saya bisa mengajar peserta didik sesuai dengan
zamannya)

Tiap tahun pelajar -- pelajar kita terus terancam oleh sistem penilaian dan
penghargaan yang intelektualitas. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup
kejiawaannya, sebaliknya mereka belajar hanya untuk dapat nilai -- nilai yang tinggi
dalam raport -- sekolahnya atau supaya mendapatkan ijazah. (disini saya merefleksi diri
bahwasanya ketika saya menjadi seorang guru saya berusaha untuk menanamkan
kepada peserta didik bahwa nilai adalah bukan segalanya melainkan proses
pembelajaran itulah yang sebaik-baiknya. Proses pembelajaran disini dimaksudkan
proses pembelajaran yang jujur, berkpribadian baik sehingga dari proses pembelajaran
ini rahirlah generasi -- generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia yang tentunya
sesuai dengan profil pelajar pancasila

Pernyataan Ki Hadjar Dewantara juga merupakan suatu refleksi diri bagi saya

"Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak --
anak agar dapat memperbaiki lakunya. Hidup dan tumbuhnya kodrat anak (bukan
dasarnya)"

Dari sini saya merefleksi diri ketika nanti menjadi seorang guru kita harus tau apa yang
menjadi kompetensi dari dalam diri anak didik saya lalu dari sanalah saya berangkat
untuk mengembangkan potensi dirinya bukan menuntut peserta didik untuk menjadi
pribadi yang bukan sebenarnya pada dirinya tetapi, tidak memaksakan apa yang
menjadi keinginan saya supaya dilakukan oleh peserta didik namun apa yang menjadi
kodratnya apa yang menjadi bakat dan mintanya itulah sebisa mungkin akan saya
arahkan untuk mengembangkan potensi mereka, supaya peserta didik mencapai
keselamatan dan kebahagiaan dalam mencapai tujuannya seperti pernyataan Ki Hadjar
Dewantara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai