Anda di halaman 1dari 5

Annisa Lestiani

Perjalanan Pendidikan Nasional di Indonesia


pada tanggal Desember 30, 2022

 Gerakan Transformasi Ki Hajar Dewantara dalam


Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah
Kemerdekaan

(Sumber: https://www.deviantart.com/gradika/art/Ki-Hajar-Dewantara-678259096 ) 

Perjalanan Pendidikan Nasional


Annisa Lestiani

(Sumber: http://sejarah-indonesia-lengkap.blogspot.com )

Pendidikan di Indonesia pada zaman kolonial Belanda sangat


dibatasi. Tidak semua masyarakat Indonesia yang dapat
mengenyam Pendidikan yang layak. Karena, Pendidikan hanya
untuk rakyat bangsawan dan pembantu yang akan meneruskan
perdagangan. Pada tahun 1854, beberapa Bupati mendirikan
sekolah kabupaten yang hanya diperuntukkan bagi calon pegawai di
perusahaan Belanda. Kemudian, didirikan pula sekolah Bumiputera
pada saat yang bersamaan berjumlah 3 kelas dan mereka diajarkan
membaca, menulis, dan berhitung seperlunya untuk membantu
perdagangan mereka. Selain itu, mereka juga memberikan
Pendidikan bagi calon dokter untuk kepentingan mereka. Maka
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan pada zaman colonial Belanda
hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda,
bukan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Dikarenakan fenoma tersebut, lahirlah Taman Siswa pada 3


Juli 1922 yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Kemunculan
Taman siswa merupakan sebuah gerbang kebebasan dan
kebudayaan bangsa. Maka hal tersebut memudahkan warga
pribumi untuk mendapatkan hak Pendidikan. Pandangan Ki Hajar
Dewantara tentang Pendidikan terlihat dari konsep mengenai Tri
Pusat Pendidikan, bahwa dalam kehidupan anak-anak, terdapat tiga
tempat penting yang menjadi pusat Pendidikan bagi mereka, yaitu
alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan.

Ki Hadjar Dewantara mencetuskan lima asas pendidikan yang


dikenal dengan Pancadharma, yaitu kodrat alam, kemerdekaan,
kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Asas kodrat alam
adalah secara lahiriah akal pikiran manusia dapat berkembang dan
dikembangkan. Kedua, asas kemerdekaan yaitu para peserta didik
diarahkan untuk merdeka secara lahir dan batin baik pikiran
maupun tenaganya, sebab mereka tidak hanya diberikan
pengetahuan searah, tetapi juga diberi kebebasan untuk merdeka
dalam mengembangkan diri mereka secara mandiri. Ketiga, asas
kebudayaan yang artinya menyadarkan peserta didik bahwa
Annisa Lestiani
pendidikan didasari sebagai sebuah proses yang dinamis. Keempat
adalah asas kebangsaan yang berarti dalam belajar peserta didik
harus menimbuhkan rasa cinta tanah air dalam dunia mereka.
Kelima yaitu asas kemanusiaan, agar pendidikan dapat mengatasi
segala perbedaan dan diskriminasi daerah, suku, keturunan dan
agama.

Tujuan pendidikan bagi Ki Hadjar Dewantara adalah


membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin,
luhur akal budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya
(Suparlan, 1984).

Pendidikan Setelah Kemerdekaan Abad ke-21

(Sumber: https://pintubelajarcerdas.blogspot.com )

Pendidikan di Indonesia saat ini menggunakan Kurikulum


Merdeka. Sesuai dengan namanya "Merdeka", sehingga tujuan
kurikulum ini untuk memerdekakan guru dan siswanya. Guru
memiliki keleluasan untuk mengembangkan materi dan media
pembelajaran untuk menarik perhatian siswa pada saat belajar.
Selain itu, siswa diberi kebebasan untuk lebih berekspresi dan
berpendapat di kelas, dikarenakan pembelajaran abad ke-21
berfokus pada siswa. Berfokus pada siswa dikarenakan kurikulum
merdeka menggunakan pembelajaran paradigma baru.
Pembelajaran paradigma baru mendorong siswa untuk aktif di kelas
dan guru hanya berperan mengajar dan memberi arahan.
Contohnya, guru memberikan instruksi untuk siswa membentuk
kelompok diskusi, kemudian mempresentasikannya di depan kelas
Annisa Lestiani
dan saling berargumen pendapat.

Kurikulum merdeka juga berlandaskan pada Profil Pelajar


Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Pada penerapannya, guru harus
dapat menyelipkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan Profil
Pelajar Pancasila pada saat proses pembelajaran. Namun, untuk
penerapannya tidak harus keenam hal tersebut hadir pada saat
bersamaan, agar anak-anak dapat menyerapnya dengan baik.

Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

        Setelah mempelajari Filosofi Pendidikan mengenai Perjalanan


Pendidikan Indonesia dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara, membuka
pemikiran saya untuk melakukan langkah konkrit sebagai calon
guru profesional. Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
yang mengajarkan anak-anak harus sesuai dengan kodrat alam dan
kodrat zaman. Maka hal yang harus dipersiapkan untuk menjadi
langkah perubahan diri, yaitu mempelajari dan menguasai teknologi
sehingga guru dapat menciptakan inovasi baru pada media
pembelajaran dengan seiringnya kemajuan teknologi yang semakin
pesat. Dengan penggunaan teknologi tersebut, siswa akan semakin
sadar dengan kemajuan teknologi dan ikut berinovasi dan kreatif
pada penggunaannya. Guru juga melakukan penguatan literasi
untuk merangsang peserta didik untuk berpikir kritis.

Masukkan Komentar
Annisa Lestiani Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Gintare Marcel

Anda mungkin juga menyukai