Anda di halaman 1dari 13

DISKUSI FILSAFAT PENDIDIKAN

KI HAJAR DEWANTARA
KELOMPOK 1

Anggota:
(1) Hendryan Hidayatullah Sukaslim
(2) Nadya Putri Berliana
(3) Alfatih Naufal Alifi
(4) Muhammad Naufal Aflah
(5) Alvadiz Muhammad Bintang
Deskripsi vid 1
Ki Hajar Dewantara, yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan dibesarkan di lingkungan Keraton Paku Alam di
Yogyakarta, memiliki perjalanan hidup dan pemikiran yang penting dalam sejarah pendidikan Indonesia:
1. Pendidikan dan Latar Belakang: Ki Hajar Dewantara pernah kuliah di STOVIA (sekolah dokter pribumi)
dan bekerja sebagai wartawan di beberapa koran.
2. Perjuangan Melawan Penjajah: Ki Hajar Dewantara aktif dalam perjuangan melawan penjajah Belanda
dan mendirikan Indische Partij pada tahun 1912. Ia juga menulis tulisan-tulisan kritis tentang pemerintah
Belanda, salah satunya berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda," yang membuatnya diasingkan ke
pulau Bangka bersama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.
3. Pendalaman Pendidikan: Selama masa pengasingannya di Belanda, Ki Hajar Dewantara mendalami dunia
pendidikan dan pengajaran.
4. Pendirian Tamansiswa: Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan lembaga pendidikan
Tamansiswa dengan semboyan "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani," yang berarti di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan di belakang
memberi dorongan. Lembaga ini membuka pintu pendidikan bagi anak-anak dari berbagai kalangan,
termasuk bangsawan dan rakyat biasa.
5. Relevansi Pendidikan Modern: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan dalam
memperkaya budaya dan mempersiapkan masyarakat menghadapi perubahan zaman. Ia juga menekankan
penghargaan terhadap keragaman dan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan.
6. Konsep "Azas Second Kontinuitas Konvergensi dan Konsentris": Ki Hajar Dewantara mengajukan konsep
ini dalam melakukan perubahan dalam pendidikan. Perubahan harus mempertahankan nilai-nilai utama
masyarakat, memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, dan menghormati keragaman.
7. Menjaga Keseimbangan dalam Pendidikan: Ia juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam
perkembangan pikiran, perasaan, kemauan, dan fisik anak-anak melalui pendidikan. Hal ini dianggap
penting dalam menciptakan masyarakat yang bijaksana dan penuh kebijaksanaan.
8. Relevansi dalam Pendidikan Modern: Dalam video ini, juga diungkapkan relevansi pemikiran Ki Hajar
Dewantara dalam konteks pendidikan modern dan tantangan revolusi teknologi. Pendidikan harus tetap
menjaga akar budaya, menghargai keragaman, dan mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi
perubahan zaman
Deskripsi 2
Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran yang memengaruhi kebijakan "Merdeka Belajar" yang diperkenalkan oleh
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim di awal tahun 2020. Pemikiran Ki Hajar Dewantara terinspirasi oleh tiga
gagasan utama, yaitu Tamansiswa, Pamong, dan Among dalam proses pendidikan:
1. Tamansiswa: Konsep ini menghubungkan pendidikan dengan kegembiraan dan keindahan, mirip dengan
tempat bermain. Tamansiswa adalah sistem pendidikan di mana siswa diberi kebebasan untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Ini menciptakan lingkungan di mana siswa
dapat belajar dengan cara yang mereka pilih.
2. Pamong: Pamong menekankan bahwa siswa harus menjadi fokus utama dan prioritas dalam proses pendidikan.
Guru berfungsi sebagai fasilitator yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa sesuai dengan
kebutuhan individual mereka.
3. Among: Among didasarkan pada konsep kemerdekaan siswa untuk belajar sesuai dengan keinginan dan
kemampuan mereka. Siswa dianggap sebagai petani yang menanam benih pengetahuan. Guru harus
memperhatikan minat, bakat, dan kemampuan siswa, memberikan dukungan psikologis, dan membantu siswa
berpikir kritis secara mandiri.
Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh pendidikan internasional seperti Frobel,
Montessori, dan Tagore. Frobel menekankan pentingnya belajar melalui lagu dan permainan tanpa tekanan dari
guru atau orang tua. Montessori menyoroti pengembangan psikologi sanak, motivasi, dan semangat belajar. Tagore
menekankan kebebasan dan kemerdekaan anak-anak dalam pembentukan pendapat mereka sendiri.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan berkontribusi pada kemerdekaan Indonesia, terutama dengan
pembentukan Tamansiswa, yang menghapus perbedaan status sosial antara priyayi dan pribumi. Ki Hajar
Dewantara mengkritik sistem pendidikan kolonial Belanda yang menciptakan kesenjangan sosial.
Dengan demikian, pemikiran Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberikan kebebasan kepada
siswa dalam pendidikan, menempatkan siswa sebagai fokus utama, dan menghilangkan perbedaan sosial dalam
pendidikan. Hal ini sejalan dengan konsep "Merdeka Belajar" yang diperkenalkan oleh Nadiem Makarim sebagai
upaya untuk mengubah pendidikan di Indonesia agar lebih inklusif dan sesuai dengan kebutuhan individual siswa.
Deskripsi vid 3
1. Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran unik tentang pendidikan dan kebudayaan yang sangat memengaruhi pendidikan saat ini di
Indonesia. Pemikirannya didasarkan pada budaya Indonesia dan berkontribusi signifikan pada pendidikan saat ini.
2. Ki Hajar Dewantara mendirikan Tamansiswa sebagai respons terhadap kurikulum pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat
Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
3. Tamansiswa merupakan sistem pendidikan yang mencakup berbagai tingkatan, mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan tinggi
dan vokasi. Ini bertujuan untuk memberikan pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter, potensi, dan minat siswa.
4. Fisik Tamansiswa direpresentasikan oleh bangunan-bangunan yang menggambarkan kondisi sosial dan budaya Indonesia, termasuk
pendopo untuk pementasan budaya Indonesia dan lapangan bermain untuk latihan militer dan beladiri tradisional.
5. Ki Hajar Dewantara melawan kebijakan diskriminatif pemerintah kolonial Belanda yang mencoba menutup sekolah Tamansiswa. Dia
juga menolak penggunaan uang kertas asing Belanda untuk menjaga independensi Tamansiswa.
6. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mendasari Tamansiswa mencakup prinsip-prinsip utama seperti kurikulum yang menekankan peran
pendidik sebagai Pamong dan Among, fleksibilitas dan relevansi kurikulum, kurikulum yang kontekstual, pengembangan karakter, visi
bersama, dan gotong royong.
7. Kebijakan "Merdeka Belajar" yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim terinspirasi dari pemikiran Ki Hajar
Dewantara. Kebijakan ini menempatkan siswa, guru, dan kepala sekolah sebagai tokoh utama dalam proses pendidikan, memberikan
fleksibilitas kepada sekolah, mengutamakan semangat gotong royong, dan berfokus pada pengembangan karakter siswa.
8. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya tidak hanya mengikuti pemikiran dan ideologinya, tetapi juga berpikir dan berproses untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang berkualitas dan membantu mengembangkan karakter anak-anak Indonesia.
Pemikiran dan kontribusi Ki Hajar Dewantara sangat penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, dan pengaruhnya masih terasa
dalam kebijakan pendidikan saat ini
Deskripsi vid 4

Ki Hajar Dewantara memiliki seorang putri yang lahir di Den Haag, Belanda. Ketika Ki Hajar diasingkan ke Belanda
oleh pemerintah kolonial, ia mendapat subsidi untuk satu orang, tetapi terpaksa membawa istrinya yang hamil. Istrinya
kemudian melahirkan putri pertama mereka yang bernama Asti Wandansari. Asti dibesarkan di Belanda dan pada usia 2-
3 tahun, dia tinggal di rumah sementara Ki Hajar bekerja sebagai penulis di surat kabar Dogs Blade di Belanda.
Pada suatu hari, Asti yang masih bayi menangis keras ketika Ki Hajar sedang mengetik berita. Ki Hajar mengangkat
Asti dan meletakkannya di teras rumah dengan pintu yang tertutup sambil terus mengetik berita. Setelah berita selesai,
Ki Hajar melihat bahwa Asti sudah diam, tetapi saat dilihat, ternyata Asti telah meninggal karena kedinginan, karena
saat itu musim dingin dengan suhu rendah.
Kemudian, Ki Hajar menciptakan sistem pendidikan yang disebut "sistem Among," di mana guru atau Pamong dalam
Taman Siswa mengabdikan diri dengan ikhlas kepada siswa tanpa pamrih dan tuntutan apa pun. Prinsip dasar sistem ini
adalah untuk menciptakan kemerdekaan lahir batin bagi siswa. Salah satu dari tujuh asas Tamansiswa adalah bahwa
semua guru harus berserah diri dan mengabdikan diri dengan ikhlas kepada siswa demi kemerdekaan lahir batin
mereka.
Deskripsi vid 5
Metode pendidikan yang dijelaskan dalam rangkuman ini adalah pendekatan berdasarkan asas kekeluargaan. Pendidikan ini
menekankan pentingnya memperlakukan murid atau siswa sebagai anak kandung dalam lingkungan kelas. Tujuan utamanya
adalah untuk membentuk karakter siswa dan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan mereka sesuai dengan bakat dan
potensi masing-masing.
Dalam pendidikan berbasis asas kekeluargaan, pendidikan keluarga dianggap sebagai yang utama dan paling penting. Ini
mencakup pembinaan karakter dan nilai-nilai moral. Seluruh Pamong atau guru di Taman Siswa diharapkan memegang teguh
asas kekeluargaan ini. Para guru juga diharapkan tinggal di lokasi Taman Siswa agar asas kekeluargaan dapat terus terjaga.
Pendekatan ini mirip dengan sistem Taman Siswa yang kemudian diadopsi oleh SMA Taruna Nusantara dan dipromosikan
oleh tokoh seperti Benny Moerdani. Dalam pendekatan ini, siswa tinggal bersama di asrama atau pondok-pondok Pesantren,
sehingga proses KBM (Kegiatan Belajar-Mengajar) berlangsung 24 jam sehari. Ini memungkinkan pendidikan yang lebih
menyeluruh dan berkelanjutan, termasuk pendidikan agama seperti salat subuh yang merupakan bagian dari proses
pendidikan 24 jam. Pendekatan ini memiliki kelebihan dalam mendukung pembentukan karakter dan perkembangan siswa
secara menyeluruh.
Deskripsi vid 6
ditegaskan bahwa metode pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, terutama pendidikan berdasarkan asas
kekeluargaan, tetap relevan dan berlaku sepanjang masa. Metode ini bertujuan untuk menciptakan jiwa Merdeka dan
karakter Merdeka dalam generasi bangsa. Ki Hajar Dewantara juga memiliki pandangan yang visioner, seperti memprediksi
dampak penjajahan ekonomi dan budaya pada masa depan bangsa. Konsep Merdeka, baik dalam arti lahir maupun batin,
dianggap penting untuk menghadapi tantangan zaman, menjaga kebudayaan, dan memayu hayuning sariroh (mempertinggi
martabat pribadi) serta memayu hayuning bawono (memelihara dan memperindah dunia).
Metode Tricon (Trilateral Convergence) yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara juga dianggap relevan dan berlaku
selamanya. Prinsip-prinsip tricon mencakup konvergensi, konsentris, dan kelanjutan. Hal ini berarti bahwa metode tersebut
selalu berlaku selama manusia tetap sejalan dengan perkembangan kodrat alam dan zaman. Prinsip-prinsip ini juga
mengingatkan kita untuk memahami dan menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan zaman.
Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya menjaga kekayaan budaya dan alam Indonesia yang luas, dari Sabang
hingga Merauke dan bahkan ke wilayah internasional seperti Madagascar dan Pulau Paskah. Semua ini harus sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat zaman. Mempertahankan nilai-nilai tradisional sambil mengikuti perkembangan zaman adalah suatu
hal yang sangat penting untuk memayu hayuning pong so (mempertinggi martabat bangsa).
Deskripsi vid 7

dijelaskan bahwa metode pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara sangat mengutamakan kepatuhan
terhadap kodrat alam dan kodrat Tuhan Yang Maha Esa. Ki Hajar Dewantara menentang teori tabula rasa yang
menganggap anak sebagai "lembaran putih" yang dapat diisi dengan apa pun oleh guru atau orang dewasa.
Sebaliknya, ia percaya bahwa setiap anak sudah memiliki bakat, minat, dan talenta yang unik sejak lahir.
Pendekatan pendidikan yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara adalah mendukung dan mengembangkan bakat dan
minat alami anak, tanpa memaksakan kehendak atau mengabaikan kodrat alam mereka. Pendampingan oleh
Pamong atau guru di Taman Siswa bertujuan untuk memahami bakat dan minat siswa secara individual, dan
membantu mereka berkembang sesuai dengan kodrat yang telah diberikan oleh Tuhan.
Pendekatan ini menciptakan suasana pendidikan yang seperti hubungan orang tua dan anak, di mana guru atau
Pamong berusaha untuk memahami apa yang diinginkan dan diharapkan oleh siswa. Kehendak siswa sangat
dihargai, asal itu positif, dan mereka dibimbing dengan ikhlas dan tanpa pamrih untuk mencapai potensi terbaik
mereka sesuai dengan kodrat alam yang telah ada sejak lahir.
Dengan pendekatan ini, pendidikan di Taman Siswa dianggap sebagai keluarga yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan anak sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa dan kodrat alam mereka.
Deskripsi vid 8
Setelah masa Orde Baru, terdapat pemahaman yang berbeda mengenai Trilogi. Awalnya, Ki Hajar
Dewantara memaknainya sebagai Trilogi Pendidikan. Namun, pada masa Orde Baru, Trilogi ini
diinterpretasikan sebagai Trilogi Kepemimpinan. Meskipun begitu, Ki Hajar Dewantara selama
hidupnya memahami bahwa Trilogi itu sebenarnya merupakan Trilogi Pendidikan, yang mencakup
Trilogi Kebajikan, Trilogi Pengetahuan, dan Trilogi Keterampilan.
Pada masa Orde Baru, Ki Hajar Dewantara telah wafat, dan terdapat perdebatan mengenai
pemaknaan Trilogi tersebut. Namun, pemimpin seperti Presiden Soeharto melihatnya sebagai suatu
cara untuk memperbaiki perilaku para pemimpin nasional. Dalam konteks ini, Trilogi diartikan
sebagai alat untuk membentuk pemimpin yang berkualitas.
Pendekatan dalam pendidikan anak di masa itu juga berfokus pada pembentukan karakter yang aktif
mencari pengetahuan dan memiliki semangat berprestasi. Guru diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk aktif belajar dan mencari tahu, bukan hanya pasif menunggu penjelasan guru. Ini melibatkan
semangat untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa serta memberikan
teladan yang baik kepada anak buah dan sesama.
Dengan demikian, Trilogi dalam konteks Orde Baru mengacu pada pembentukan kepemimpinan
yang memiliki karakter yang kuat dan berkomitmen untuk kesejahteraan bangsa, sekaligus
mendorong pendidikan yang aktif dan berorientasi pada karakter dan prestasi.
Deskripsi vid 9
Saat ini, banyak sekolah yang mengadopsi sistem pendidikan, silabus, dan kurikulum dari luar negeri,
seperti Montessori, Tamer, dan berbagai sekolah berlabel internasional. Meskipun begitu, hal ini sejalan
dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terbuka terhadap berbagai metode pendidikan dari dunia
luar. Ki Hadjar Dewantara bahkan berinteraksi dengan Rabindranath Tagore, pemenang Nobel Asia
pertama yang mengunjungi Taman Siswa pada tahun 1927.
Pemimpin pendidikan Indonesia, seperti Pak Anies Baswedan, pernah mempelajari pendekatan
pendidikan di luar negeri, seperti Finlandia, sebagai referensi dalam pengembangan pendidikan di
Indonesia.
Salah satu pendekatan yang penting adalah konvergensi, di mana kita mengambil pengetahuan dari
dunia luar yang bermanfaat bagi budaya kita. Namun, kita juga harus tetap menjaga fokus pada budaya
kita sendiri, seperti semangat Bhinneka Tunggal Ika, gotong-royong, dan nilai-nilai luhur kita. Hal ini
harus diolah secara kontinu dari generasi ke generasi untuk mempertahankan warisan budaya kita.
Keseriusan dalam mempertahankan dan menghayati nilai-nilai budaya kita, seperti Pancasila, sangat
penting. Pancasila harus dipahami dan dijunjung tinggi secara kontinu, bukan hanya sebagai ucapan
kosong. Konsistensi dalam menjaga nilai-nilai budaya kita akan menjaga eksistensi negara kita.
Ki Hadjar Dewantara juga mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada
(UGM) pada tanggal 19 Desember 1956 sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam bidang
pendidikan.
Deskripsi vid 10
dijelaskan mengenai implementasi konsep Merdeka Belajar dan Mengajar dalam pendidikan di
Indonesia, yang terinspirasi dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Undang-undang Dasar
1945 menegaskan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab negara.
Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk memenuhi tanggung jawab ini,
termasuk alokasi dana untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sesuatu yang didasarkan pada asas
kemerdekaan, di mana manusia diberikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengatur kehidupannya
sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakat. Konsep Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar
dikenal dengan sistem Among, yang melarang hukuman dan paksaan terhadap peserta didik. Siswa
harus memiliki jiwa kemerdekaan secara lahir dan batin.
Ada beberapa implementasi dari konsep Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar, antara lain:
1. Penggantian USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) menjadi ujian asesmen yang
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menentukan kelulusan siswa. Anggaran untuk
USBN dialihkan untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi guru.
2. Penggantian UN (Ujian Nasional) dengan asesmen kompetensi minim dan survei karakter.
Tujuannya adalah menguji kompetensi pembelajaran daripada hanya penguasaan konten materi.
3. Guru dibebaskan untuk memilih format RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai
dengan pilihan mereka, yang memungkinkan penulisan yang lebih efektif dan efisien.
4. Penggunaan sistem zonasi dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) untuk mengurangi
ketimpangan akses dan kualitas pendidikan di berbagai daerah.
Implementasi Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar bertujuan untuk membentuk kemerdekaan
berfikir dari guru yang kemudian diajarkan kepada siswa. Ini merupakan langkah penting dalam
memajukan pendidikan di Indonesia, dengan harapan bahwa semua pihak, termasuk guru, siswa,
orang tua, dan masyarakat secara umum, menjadi profil pembelajar sepanjang hayat. Literasi
mandiri juga menjadi kebutuhan penting ke depan dalam menjalankan kewajiban pendidikan.
Terima

Anda mungkin juga menyukai