Anda di halaman 1dari 3

Filosofi Pendidikan

Nasional

Argumen Kritis Pidato Ki Hadjar Dewantara

kelompok 1
Aswandi
Andi Mutmainnah
Annisa Tiara Ayu
Ayu Meilinda Sari
Agni Sulfi Wardani
Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial,
Anda membuat sebuah tulisan argumen kritis tentang:
Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata )tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam
perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan (Catatan Reviewer – mohon dielaborasi maksud dari argumen
kritis, misalnya untuk memberikan argumen kritisi itu membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing mahasiswa
sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan referensi yang disajikan)

Gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan setelah kemerdekaan. Ki
Hajar Dewantara, yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, memiliki latar belakang keluarga bangsawan
dan memainkan peran penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Beliau sangat peduli terhadap pendidikan
karakter bangsa. Setelah pengasingannya dan kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara dengan tekun terlibat dalam bidang
pendidikan sebagai bagian dari usahanya untuk meraih kemerdekaan.
Bersama teman-temannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa dan menjadi seorang penulis yang aktif di
berbagai surat kabar. Pengalaman terbelenggu oleh penjajahan Belanda mendorongnya untuk mengembangkan filosofi
pendidikan dengan tujuan memerdekakan manusia dalam aspek fisik (dari kemiskinan dan kebodohan) serta aspek mental
(otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, dan mentalitas demokratik). Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa
guru harus menjadi individu yang berkualitas dalam kepribadian dan spiritualitas, sehingga mereka dapat menjadi teladan
yang baik bagi siswa danmembantu siswa menjadi pembela bangsa dan negara. Dengan kata lain, peran utama guru adalah
sebagai model teladan, kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Ki Hajar Dewantara juga mengartikan pendidikan sebagai
upaya budaya yang bertujuan untuk memberikan panduan kepada jiwa dan ragam anak-anak, sehingga mereka dapat
berkembang secara lahir dan batin dalam arah yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam pengertian ini, pendidikan
mencakup aspek kognitif (ngerti), emosional (ngrasa), dan konatif atau psikomotorik (nglakoni).

Dengan demikian, tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah untuk membimbing pertumbuhan semua
potensi yang dimiliki anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pengajaran
adalah bagian dari proses pendidikan yang membantu anak-anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk kehidupan mereka, baik secara fisik maupun mental.
Berdasarkan pemamparan di atas, dapat dipahami menurut Ki. Hajar dewantara pendidik terdiri dari orang tua, guru atau
pemimpin, termasuk pemimpin spiritual, peran pendidik yaitu sebagai fasilitator dan motivator. Sementara menurut
kurikulum 2013 peran pendidik juga sebagai fasilitator dalam pembelajaran, tetapi sedikit berbeda dengan ki. Hajar
dewantara, kurikulum 2013 menjadikan pendidik sebagai mitra belajar bagi peserta didik.
Relevansi ini tidak hanya dianalisis dari peran guru, tetapi berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki guru, berdasarkan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa “Kompetensi guru
meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.34 Berdasarkan
pemaparan di atas, diketahui Ki. Hajar Dewantara secara tersirat telah memaparkan empat kompetensi tersebut harus
dimiliki seorang pendidik, begitu juga dengan kurikulum 2013, namun terdapat perbedaan dalam penjabaran dan penekanan
dalam menjelaskan masing-masing kompetensi, yaitu;

Pertama, Kompetensi Pedagogik, menurut Ki. Hajar Dewantara, seperti semboyannya Tut Wuri Handayani, dari belakang seorang pendidik
harus dapat memberikan dorongan dan arahan. Kemudian, Ing Madya Mangun Karsa pada saat di antara pesetra didik, pendidik harus
menciptakan prakarsa dan ide. sementara kurikulum 2013 menjabarkan lebih panjang tentang kompetensi ini, seperti; pendidik
hendaknya menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan kompetensi lulusan. Pendidik menyukai apa yang
diajarkannya dan menyenangi mengajar sebagai suatu profesi. Pendidik memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan
prestasinya. Pendidik menyiapkan proses pembelajaran, Pendidik mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
Pendidik memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Pendidik memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan dan banyak
akal.
Ke dua, Kompetensi Kepribadian, menurut Ki. Hajar Dewantara, seperti semboyannya yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada, berarti
ketika pendidik berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik, kemudian
pendidik membangun suatu etos kerja yang positif yaitu menjunjung tinggi pekerjaan; menjaga harga diri dalam
melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat, sementara menurut kurikulum 2013, pendidik harus
respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosi dan stabil). Pendidik hanydaknya antusias dan
bergairah terhadap bahan, kelas dan seluruh kegiatan pembelajaran; pendidik tidak boleh menonjolkan diri dan hendaknya
menjadi teladan bagi peserta didik.

Ke tiga, Kompetensi Sosial, menurut Ki. Hajar Dewantara pendidik memiliki keunggulan dalam hubungan (relasi dan
komunikasi) dengan peserta didik, dan anggota komunitas sekolah, dan juga relasi dan komunikasi dengan pihak
lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait), sementara menurut kurikulum 2013, pendidik harus dapat berbicara
dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap peserta didik. Pendidik harus
menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik.

Ke empat, Kompetensi Profesional, menurut Ki. Hajar Dewantara pendidik harus memiliki penampilan
yang profesional secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian, serta
mampu menjadi motivator. Sementara kurikulum 2013 Pendidik dapat menggunakan metode dan
media yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. Pendidik mampu
memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik. Pendidik
mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir. Pendidik menghubungkan pengalaman yang lalu
dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.

Referensi ;
Eka Yanuarti. 2017, “Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Kurikulum
2013”. Jurnal Penelitian,Vol. 11, No. 2
Perjalanan
Pendidikan Nasional
Ki Hadjar Dewantara
Menjadi anggota Boedi Uomo, organisasi yang
Raden Mas Soewardi 1908 didirkan Dr. Soetomo pada 20 Mei 1908
Soerjaningrat yang lebih dikenal
sebagai Ki Hajar Dewantara Mendirikan Indische Partij, partai Politik Pertama di
merupakan seorang aktifis
1912 Hindia Belanda, bersama Douwae Dekker dan
Tjipto Mangoenkoesomo, (tiga serangkai)
kemerdekaan kolumnis, polutis,
dan pelopor pendidikan bagi Diasingkan ke Belanda karena mengkritik
1913 pemerintahan kolonial.
kaum pribumi sejak zaman
penjajahan Belanda. Kiprahnya
dalam memajukan anak bangsa Mendirikan sekolah yang di beri nama Taman
1922 Siswa di Yogyakarta
membuat hari lahirnya dijadikan
Hari Pendidikan Nasional. Di angkat sebagai mentri pengajaran dalam
LAHIR DI YOGYAKARTA, 2 MEI 1945 kabinet presidensial, kabinet pertama yang di
1889 bentuk setelah proklamasi kemerdekaan
WAFAT DI YOGYAKARTA, 26 Ki Hajar wafat dan pemerintah menobatkannya
APRIL 1959 1959 sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan Hari
Lahirnya dijadikan sebagai Hari Pendidikan
Nasional.

GERAKAN TRANSFORMASI KI HADJAR DEWANTARA DALAM PERKEMBANGAN


PENDIDIKAN, DEBELUM DAN SETELAH KEMERDEKAAN
Sebelum kemerdekaan, beliau berjuang melawan pendekatan
pendidikan kolonial Belanda dan mendirikan Taman Siswa,
lembaga alternatif yang memberikan akses pendidikan lebih luas.
setelah kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara menjadi Mentri
Pendidikan Pertama dan berperan dalam membangun sistem
pendidikan nasional yang merdeka dan inklusif. Perjuangan
termasuk menyusun Piagam Jakarta yang menegaskan hak
pendidikan bagi setiap warga negara.

POKOK-POKOK PIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA


1. Pendidikan yang merdeka, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnyapendidikan yang
membebaskan pikiran dan tidak terkait dominasi atau kontrol pihak lain.
2. Pendidikan yang inklusif, beliau berjuang untuk memberikan akses pendidikan yang luas kepada
semua warga negara Indonesia tanpa memandang latar belakang social, ekonomi, atau etnis.
3. Menghargai kebudayaan lokal: Ki Hajar Dewantara percaya bahwa Pendidikan harus menghormati
dan mempromosikan kebudayaan lokal sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar
4. Pembangunan karakter dan moral: beliau menekankan pentingnya Pendidikan yang tidak hanya
focus pada aspek akademik, tetapi juga pengembangan karakter dan moral yang baik pada peserta
didik.
5. Mewujudkan Pendidikan yang berkeadilan: Ki Hajar Dewantara berjuang unutk menciptkan sistem
Pendidikan yang adil, yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk
mendapatkan Pendidikan berkualitas.

“ING NGARSO SUNG TULODO,


ING MADYO MANGUN KARSO,
TUT WURI HANDAYANI”.

Anda mungkin juga menyukai