PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pak H.Abdul Kabir, S Sos,.M. Si
(Dosen Pengampu)
Di Susun Oleh :
Wafiq Aryadi
2019-102-309
Manajemen 2A Malam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang Muslim yang taat dan tinggal dalam lingkungan budaya
Jawa yang kental, maka dapat diduga kuat, bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara
itu, selain dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, situasi politik dan perjalanan
hidupnya, juga akan dipengaruhi oleh pandangannya tentang ajaran Islam. hal ini
pada gilirannya menjadi dasar yang kuat untuk mengindetifikasi corak dan sifat
gagasan-gagasan pendidikannya itu.
Penididikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam
kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.
Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik.
Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan
Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia
untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya
pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam
penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu
adalah pendidik dan subjek didik. Subjeksubjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi
dapat berupa media atau alatalat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi
interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat dibedakan
menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.
JENIS PENDIDIKAN
Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan
secara terorganisasi dan berjenjang, baik bersifat umum maupun bersifat khusus.
Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi negeri ataupun swasta.
Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga
Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yan diberikan secara terorganisasi
Melihat dari berbagai aspek pendidikan yang ada saat ini, baik formal maupun non-
formal bahwa betapa pentingnya hidup dengan pendidikan seperti yang ada di kota
maupun di desa mulai mengalami pergeseran nilai, norma serta adat istiadat yang tidak
lagi dihiraukan oleh banyak orang apa yang menjadi acuan dasar yang seharusnya di
lewati oleh seorang anak didik sejak kecil. Mungkin kita perlu kembali pada pedoman.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya Suwardi Suryaningrat dilahirkan pada 2 Mei
1889, bertepatan dengan 1303 H di Yogyakarta, dan wafat pada 26 April 1959
bertepatan dengan 1376 H (berusia 70 tahun).
Dilihat dari segi leluhurnya, ia adalah putra dari Suryaningrat, putra Paku Alam III.
Sebagai seorang keluarga ningrat, ia termasuk yang memperoleh keuntungan dalam
mendapatkan pendidikan yang baik. Pendidikan dasarnya ia peroleh dari sekolah
rendah Belanda (Europeesche Lagere School, ELS). Setelah itu ia melanjutkan ke
Sekolah Guru (Kweek School); tetapi sebelum sempat menyelesaikannya, ia pindah
ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische Arten). Namun di sekolah ini pun ia
alami kesulitan ekonomi. Sejak itu, ia memilih terjun ke dalam bidang jurnalistik,
suatu bidang yang kelak mengantarkannya ke dunia pergerakan politik nasional.
Pada tahun 1912, nama Ki Hajar Dewantara dapat dikatogorikan sebagai tokoh
muda yang mendapat perhatian Cokroaminoto untuk memperkuat barisan Syarekat
Islam cabang Bandung. Oleh karena itu, ia bersama dengan Wignyadisastra dan
Abdul Muis, yang masing-masing diangkat sebagai ketua dan wakil ketua, Ki Hajar
Dewantara diangkat sebagai sekertaris, tidak genap satu tahun. Hal ini terjadi,
karena bersama dengan E.F.E. Dowes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, ia
diasingkan ke Belanda (1913) atas dasar orientasi politik mereka yang cukup
radikal. Selain alasan itu, Ki Hajar Dewantara pun jauh lebih mengaktifkan dirinya
pada Indische Partij yang didirikan pada tanggal 6 September 1912. Dengan alasan
ini, maka Ki Hajar Dewantara tidak memiliki kesempatan untuk menjadi tokoh
penting di lingkungan Syarikat Islam.
Sebagai tokoh politik dan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara tidak
hanya terlibat dalam konsep dan pemikiran melainkan juga terlibat aktif sebagai
pelaku yang berjuang membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda
dan Jepang melalui pendidikan yang diperjuangkannya melalui Sistem Pendidikan
Taman Siswa yang didirikan dan diasuhnya. Dalam posisinya yang demikian itu,
maka dapat diduga ia memiliki konsep-konsep yang strategis tentang pendidikan di
Indonesia. Konsep ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut. Karena jasanya yang
demikian besar dalam dunia pendidikan nasional, maka hari kelahirannya, tanggal 2
Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
B. Karya-karya Ki Hajar Dewantara
Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang menjadi
representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis sampai
hari ini. Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan
dan kebudayaan.
Dua buku itu adalah representasi pemikiran dan pembuktian dalam praktik
pendidikan dan pengajaran dari Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan dan kebudayaan
adalah basis kehidupan yang menentukan kualitas manusia dan bangsa.
Secara sederhana visi dapat diartikan suatu cita-cita ideal yang bersifat jangka
panjang jauh ke depan dan mengandung makna yang amat dalam yang kemudian
berfungsi sebagai arah pandang ke mana suatu kegiatan akan diarahkan. Secara
konseptual visi biasanya berisi rumusan kalimat yang tegas, jelas, dan singkat.
Adapun tujuan, adalah langkah-langkah strategis yang lebih terukur dan dapat
dijangkau hasilnya dalam kurun dan kadar tertentu. Dalam berbagai tulisannya, Ki
Hajar Dewantara tidak mengemukakan visi dan misi tujuan pendidikan secara
eksplisit. Namun dari berbagai pernyataannya yang dapat dilihat menurut batasan
pengertian tersebut di atas dapat dijumpai bahwa ia memiliki visi dan misi
pendidikan tersebut. Ki Hajar Dewantara misalnya mengatakan bahwa pendidikan
nasional sebagaimana dianut oleh Taman Siswa adalah pendidikan yang beralaskan
garis hidup dari bangsanya (cultureel-national) dan ditujukan untuk keperluan
perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat
bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia
di seluruh dunia.
Istilah “kurikulum” berasal dari dunia olahraga zama Romawi Kuno di Yunani,
yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish. Dalam pengertian yang sederhana kurikulum sering
diartikan dengan sejumlah mata pelajaran atau bidang studi. Namun dalam
perkembangan selanjutnya pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada
pengertian sejumlah mata pelajaran atau bidang studi saja, melainkan termasuk
pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Kegiatan-
kegiatan belajar dimaksud dapat dilakukan dalam kelas dengan mengikuti ceramah,
Sejalan dengan itu pendapat berikutnya mengatakan bahwa menurut pandangan
modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi.
Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi dalam
proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang aktual, yang
nyata yaitu yang aktual terjadi di sekolah dalam proses belajar.
hidup dan tumbuh di bumi Indonesia sendiri. Membaca dan melihat konsep
dari luar adalah suatu keharusan, tetapi semuanya itu bukan untuk ditiru mentah-
mentah begitu saja, melainkan membangun konsep yang baru dan khas milik kita
sendiri. Dengan cara demikian jati diri, karakter dan kepribadian sebagai bangsa
akan tampak jelas dan terpelihara sebagaimana mestinya.
6. Wawasan Global-Internasional
7. Sistem Pondok
pendidikan yang berbasiskan pada sistem asrama ini tampak masih cukup
menarik di zaman sekarang ini. Di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan
barbagai godaan yang dapat menjerumuskan peserta didik ke dalam kehidupan
yang menyuramkan masa depannya, sistem pendidikan yang berbasiskan pondok
ini merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan. Berbagai lembaga pendidikan
yang menginginkan lulusannya berhasil dalam studinya dengan baik masih terus
mengembangkan konsep pendidikan yang berbasis pondok ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Terbukti dengan amat jelas dan meyakinkan, bahwa Ki Hajar Dewantara adalah
seorang pendidikan yang sejati. Berbagai pemikiran, gagasan dan konsep-konsep
yang ditawarkannya bukan hanya dalam teori tetapi telah ia praktikan melalui
Perguruan Taman Siswa yang diasuhnya.
d. Pendidikan agama
f. Wawasan global-internasional
g. Sistem pondok
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan
dan jauh dari hal sempurna. Masih banyak kesalahan dari makalah ini. Penulis juga
membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar ke
depan bisa lebih baik lagi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada segala pihak
yang telah membantu hingga makalah ini dapat kami selesaikan.
DAFTAR PUSTAKA