Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

“Perjalanan Pendidikan Nasional”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Kristina Nopalita Nainggolan

Maghfiratul Zidane

Mutia Maulina

Utari Nur Ramadhanty

Indri Ali Sopiani

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Perjalanan Pendidikan Nasional” dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia.

Tidak luput kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.

Bandung, 18 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Indonesia saat ini tidak terlepas dari sejarahnya yang
dimulai semenjak sebelum kemerdekaan (zaman kolonial). Banyak
transformasi yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh penggerak pendidikan
Indonesia kala itu. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara yang
mencetuskan Taman Siswa dan Gerakan Budaya di Belanda, maupun
pergerakan pemuda Indonesia (Budi Utomo) dan pergerakan R. A. Kartini.
Semua itu dilakukan demi perkembangan pendidikan Indonesia yang lebih
baik dan humanis. Oleh karena itu, sebagai calon guru profesional,
baiknya kami memahami perjuangan para tokoh penggerak yang
memperjuangkan pendidikan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sosok Ki Hadjar Dewantara dan pemikirannya tentang
Pendidikan?
2. Bagaimana perjalanan pendidikan nasional Indonesia sebelum
kemerdekaan?
3. Bagaimana pergerakan Pemuda Indonesia di Belanda (Budi Utomo)?
4. Bagaimana pergerakan R. A. Kartini?
5. Bagaimana gerakan kebudayaan Ki Hadjar Dewantara di Belanda?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sosok Ki Hadjar Dewantara dan pemikirannya
tentang Pendidikan.
2. Untuk mengetahui perjalanan pendidikan nasional Indonesia sebelum
kemerdekaan.
3. Untuk mengetahui pergerakan Pemuda Indonesia di Belanda (Budi
Utomo).
4. Untuk mengetahui pergerakan R. A. Kartini.
5. Untuk mengetahui gerakan kebudayaan Ki Hadjar Dewantara di
Belanda.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sosok Ki Hadjar Dewantara dan Pemikirannya tentang Pendidikan


Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889,
dari pasangan Kanjeng Pangeran Harjo Suryaningrat dengan Raden Ayu
Sandiyah, yang berasal dari keluarga bangsawan Yogyakarta, yaitu cucu
Paku Alam III (K. G. P. Hadipati Harjo Surjosasraningrat). Semasa kecil
beliau dipanggil dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, namun
pada tahun 1922 beliau mengganti dengan nama Ki Hadjar Dewantara
seperti yang sekarang kita kenal. Dengan mengganti namanya, beliau
merasa lebih mudah diterima dalam lingkungan masyarakat. Pernikahan
Ki Hadjar Dewantara dengan R. A. Soetartinah diresmikan di Puri
Suryaningratan Yogyakarta, pada akhir bulan Agustus tahun 1913
beberapa hari sebelum beliau diberangkatkan ke tempat pengasingan di
Belanda. Pada usia 69 tahun, Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada
tanggal 26 April 1959, dirumah beliau Mujamuju Yogyakarta. Pada
tanggal 28 November 1959, pemerintah menetapkan Ki Hadjar Dewantara
sebagai “Pahlawan Nasional”. Kemudian pada tanggal 19 Desember 1959,
ditetapkannya “Hari Pendidikan Nasional” setiap tanggal 2 Mei yang
bertepatan dengan tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara berdasarkan
keputusan Presiden RI No. 316 tahun 1959 (Marisyah et al., 2019).
Salah satu dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah
pengalaman beliau dalam menempuh pendidikan, yang dimulai pada tahun
1896. Beliau merasa kecewa dengan sistem pendidikan pada masa itu,
karena teman-teman sepermainannya yang rakyat biasa tidak bisa
bersekolah akibat dari kebijakan pemerintah Belanda yang hanya
memperbolehkan beberapa kalangan seperti kalangan Belanda, Tionghoa,
serta pejabat daerah saja yang bisa menempuh jenjang pendidikan. Hal
inilah yang mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk memperjuangkan hak
rakyat kecil agar bisa menempuh pendidikan, karena pendidikan sejatinya
adalah hak setiap manusia untuk bekal dimasa yang akan datang. Sosok Ki
Hadjar Dewantara yang memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan
dan wawasan yang luas serta agama membut beliau dihormati oleh rakyat
bahkan disegani musuh (Mudana, 2019).
Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan merupakan wujud dari
pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan. Dilatarbelakangi oleh
kondisi pendidikan pada masa itu yang berada dibawah pemerintahan
Belanda. Dengan kebijakan pendidikan yang diberikan kepada sebagian
golongan serta menuntut untuk lulus dari sistem ujian yang ketat, sehingga
proses belajar hanya untuk mendapatkan nilai tinggi. Oleh karena itu, Ki
Hadjar Dewantara merumuskan kembali sistem pendidikan lebih ke arah
humanis dan religiusitas serta mudah dijangkau oleh berbagai kalangan
masyarakat. Pancadarma merupakan ciri khas dari pendidikan Taman
Siswa, yaitu kodrat alam, kebudayaan, kemerdekaan, kebangsaan, dan
kemanusiaan. Tujuan pendidikan Taman Siswa yaitu membangun anak
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani
dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia
pada umumnya (Kumalasari, 2010).
Dalam mencapai tujuannya, Taman Siswa menjalin kerja sama
yang selaras antara tiga pusat pendidikan. Menurut (Marisyah et al., 2019),
tri pusat pendidikan tersebut adalah pendidikan di lingkungan keluarga,
lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan Taman
Siswa dilaksanakan berdasar pada sistem among, menurut (Ainia, 2020)
sistem among yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah
metode pengajaran dan pendidikan yang berlandaskan pola asih, asah, dan
asuh. Dimana seorang guru, selain harus memiliki keterampilan mengajar,
juga memiliki keunggulan dalam membangun hubungan baik dengan
peserta didik, anggota komunitas di sekolah, dan mampu menjalin
komunikasi dengan orang tua peserta didik serta memiliki sikap
profesionalitas dalam mengemban tugasnya. Selain itu seorang guru juga
harus mampu mendidik peserta didiknya dengan berprinsip pada
semboyan Ki Hadjar Dewantara, yaitu ing ngarsa sung tuladha (guru
mampu menjadi contoh yang baik kepada peserta didik), ing madya
mangun karsa (guru membangun kerja sama dengan peserta didik), tut
wuri handayani (guru memberi dukungan kepada peserta didik).
(Suwahyu, 2018) mengemukakan bahwa Taman Siswa dalam kebudayaan
mengembangkan konsep “Trikon” terdiri dari kontinuitas, konvergensitas
dan konsentrisitas serta konsep “Trisakti Jiwa” yang terdiri dari cipta, rasa
dan karsa. Adapun konsep “Triwahyu” yaitu memayu hayuning sarira,
memayu hayuning bangsa, dan memayu hayuning bawana.

B. Perjalanan Pendidikan Nasional Indonesia sebelum kemerdekaan


(Zaman Kolonial)
C. Pergerakan Pemuda Indonesia di Belanda (Budi Utomo)
D. Pergerakan R. A. Kartini
E. Gerakan Kebudayaan Ki Hadjar Dewantara di Belanda

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR RUJUKAN

Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya
bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3), 95–101.

Kumalasari, D. (2010). Konsep Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan Taman Siswa
(Tinjauan Humanis-Religius). ISTORIA: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sejarah, 8(1), 47–59.
https://doi.org/10.21831/istoria.v8i1.3716

Marisyah, A., Firman, & Rusdinal. (2019). Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(6), 1514–1519.

Mudana, I. G. A. M. G. (2019). Membangun Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Ki


Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 75–81.
Suwahyu, I. (2018). Pendidikan Karakter dalam Konsep Pemikiran Pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Jurnal Insania, 23(2), 192–204.

Anda mungkin juga menyukai