Anda di halaman 1dari 14

Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan satu hal yang sangat berkaitan langsung dengan
kehidupan umat manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat
mengembangkan dirinya menuju ke arah yang lebih baik bagi nusa, bangsa,
dan agamanya. Dalam lingkup Indonesia, jauh sebelum kemerdekaan
Republik Indonesia, banyak tokoh Indonesia yang memiliki pemikiran maju
sampai saat ini, khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu tokoh
pendidikan di Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara. Disini, penulis akan
membahas lebih mendalam tentang sosok pemikir pendidikan di Indonesia
baik dari sisi biografi, pemikiran tentang pendidikan, dan juga berbagai karya
yang telah dihasilkan oleh Ki Hadjar Dewantara.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana riwayat hidup Ki Hadjar Dewantara?
b. Bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan?
c. Apa pengaruh Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan
Nasional?
d. Apa karya-karya Ki Hadjar Dewantara dan penghargaan yang diraihnya
terutama dalam bidang pendidikan?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui riwayat hidup Ki Hadjar Dewantara
b. Mengetahui pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan
c. Mengetahui pengaruh Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan
Pendidikan Nasional
d. Mengetahui karya-karya Ki Hadjar Dewantara dan penghargaan yang
diraihnya terutama dalam bidang pendidikan
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di dunia fana’ ini di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889 sebagai putra dari KPH. Suryaningrat dan cucu dari
Pakualam III. Nama asli beliau adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Beliau
berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara pada umur 40 tahun. Tujuan Beliau
merubah namanya adalah supaya lebih bebas bergaul dengan rakyat jelata.
Beliau adalah tokoh yang sangat berjasa di bidang pendidikan, dan beliaulah
yang mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tahun 1922.
Dikarenakan jasanya yang sangat besar tersebut, maka sampai sekarang hari
lahirnya yaitu 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ia menamatkan sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), dan sempat
melanjutkan studi di STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak tamat. Ia
pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo,
Midden Java,De Exprees, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan
Poesara. Tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.1
Sebelum berkecimpung dalam bidang pendidikan, Beliau bersama Dr.
Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi) dan Dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan
organisasi politik, lebih tepatnya partai politik bernama Indische Partij (IP) pada
tahun 1912. Kemudian, pada tahun yang sama, bersama Dr. Cipto
Mangunkusumo mendirikan Komite Bumiputera yang tujuannya adalah
melawan dan memprotes rencana perayaan kemerdekaan Belanda yang ke 100
tahun yang didukung oleh rakyat dan meminta rakyat untuk membiayainya.2
Ketidaksepahamannya diluncurkan dalam bentuk gugatan tulisan yang berjudul

1
Suparto Rahardjo. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantoro. (Jogjakarta:Garasi House Of Book. 2010)
h. 5
2
Moh. Yamin, Menggugah Pendidikan Indonesia – Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar
Dewantara. (Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA. 2009). h. 168
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |3

“Als ik eens Nederlander was” bila diartikan secara bebas berarti “Seandainya
aku seorang Belanda”.3
Ki Hadjar Dewantara memulai karir perjuangan melalui media tulis atau
jurnalistik. Di Jogjakarta, Beliau bekerja sebagai pembantu harian “Sedyo
Utomo” dan harian Belanda “Midden Java” di Semarang, dll. Karena berbagai
karya kontroversialnya terhadap penjajah Belanda Beliau bersama kedua
temannya, Dr. Setiabudhi dan Dr. Cipto Mangunkusumo diasingkan ke tempat
yang berbeda. Tetapi, karena keinginan mereka sendiri, mereka bertiga akhirnya
meminta untuk diasingkan ke Belanda. Selama pengasingan, beliau (Ki Hadjar
Dewantara) memperdalam berbagai ilmu, seperti ilmu pendidikan, jurnalistik,
dan drama. Di negeri Belanda, beliau bergabung dengan “Indische Vereebiging”
dan sempat membuat Kantor Berita di Den Hag dan memperkenalkan nama
Indonesia di mata dunia. Kantor Berita tersebut bernama “Indonesische
Persbureau”.
Setelah kembalinya ke Indonesia pada tangga; 6 September 1919 beliau
diangkat menjadi sekretaris di partainya sendiri (IP) kemudian diangkat menjadi
Ketua Pengurus Besar IP yang mana nama IP berubah menjadi Nationaal
Indische Partij. Karir jurnalstiknya masih terus dihelutinya sampai Beliau sempat
diasingkan dua kali di Semarang dan akhirnya kembali ke Jogjakarta, bergabung
dengan Perkumpulan Kebatinan “Slasa Kliwon”. Dari sana, Beliau belajar
tentang cara-cara memperjuangkan nasib bangsa Indonesia ke depannya, salah
satunya melalui jalur pendidikan, pendidikan dasar lebih khususnya.
Beliau kemudian mendirikan Taman Siswa setelah mendapat banyak
pengalaman dari perguruan “Adhidarmo” milik R.M. Suryopranoto, kakaknya
yang dikenal sebagai raja pemogokan. Setelah Taman Siswa berdiri, Beliau
harus melawan Ordonansi Sekolah Liar sampai akhirnya kebijakan tersebut
dicabut.4 Selain Ordonandi Sekolah Liar tersebut, rintangan lainnya adalah
larangan mengajar pada tahun 1934-1936 yang menyebabkan sebanyak 60 guru

3
Redja Mudyahardjo. Pengantar Pendidikan. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. 2006) h. 289
4
Ibid. h. 293-294
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |4

guru tidak dapat mengajar dan juga terdapat beberapa cabang Taman Siswa yang
harus tutup alias tidak beroperasi disebabkan adanya kebijakan kolonial
tersebut.5 Beliau meninggal dunia di Jogjakarta pada 28 April 1959.

2.2. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan


Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran tentang pendidikan yang intinya
adalah “memajukan bangsa tanpa membedakan RAS, budaya, dan bangsa”.6
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah sebuah upaya sebagai
pemelihara dan pengembang benih-benih persatuandan kesatuan bangsa yang
telah dirintis oleh pendahulu bangsa Indonesia. Pendidikan adalah alat yang
dapat mempersatukan langkah anak bangsa di bawah lindungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), ideologi bangsa Indonesia, Pancasila, dan tak lupa
UUD 1945.
Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh Ki Hadjar Dewantara adalah
pendidikan berwawasan kebangsaan dan nasionalisme, tidak seperti pendidikan
yang dikembangkan di negara-negara barat yang mana pendidikannya hanya
berpihak pada suatu golongan tertentu saja sehingga dapat merusak sendi-sendi
kebangsaan yang lain yang mempunyai lingkup lebih luas.

2.2.1. Dasar Filosofis


a. Nasionalisme
Lika-liku perjalanan kehidupan Ki Hadjar Dewantara dalam hal ihwal
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia baik dari sisi politik maupun
pendidikan membuatnya mendapat anugerah doktor honoris kausa dari
Universitas Gajah Mada dalam bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Inti dasar
nasionalisme Ki Hadjar Dewantara adalah nasionalisme kebudayaan
bertrikon yang berarti kita sebagai bangsa Indonesia harus terus
mengembangkan kebudayaan sendiri yang nantinya akan menjadi akar

5
Moh. Yamin. Op. Cit. h. 170
6
M. Sukardjo. Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. 2009)
h. 96
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |5

sehingga terus berasimilasi dengan unsur budaya luar tanpa melupakan


identitas bangsa Indonesia.7
b. Developmentalisme
Mengadopsi dari pemikiran Froebel dan juga Asas Taman Siswa 1922, asas
Developmentalisme terdapat pada tujuh prinsip pendidikan Taman Siswa
yaitu, hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri, pendidikan yang
memerdekakan lahir dan batin, tidak tertipu masa depan yang menipu,
memakai kultur sendiri, pendidikan semua golongan, bekerja menurut
kekuatan sendiri, berdiri sendiri, pengabdian kepada anak didik.

Setelah Rapat-Besar-Umum tahun 1946, dihasilkan Panca-Dharma, yaitu


lima dasar Taman Siswa, yaitu : (1) Kemerdekaan, (2) Kodrat Alam, (3)
Kebudayaan, (4) Kebangsaan, dan (5) Kemanusiaan, dengan rincian sebagai
berikut :8
1) Pendidikan adalah usaha kebudayaan, yaitu memberi tuntunan dalam
tumbuh kembangnya anak sehingga anak-anak dapat mengalami kemajuan
dalam hidupnya lahir-batin menuju arah ADAB-KEMANUSIAAN
2) KODRAT ALAM berarti manusia adalah satu dengan kodrat alam ini
sehingga manusia harus menjaga alam ini supaya tidak dieksploitasi habis-
habisan tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya karena alam juga harus
dijaga eksistensinya sebagai warisan masa depan anak bangsa.9
3) ADAB kemanusiaan berarti keharusan manusia untuk menuntut kecerdasan
dan keluhuran budi bagi dirinya dan masyarakatnya sehingga menimbulkan
suatu bangsa yang bercorak khusus yang berdasar pada kemanusiaan sedunia.
4) KEBUDAYAAN sebagai buah budi manusia membuktikan bahwa manusia
mampu menghadapi berbagai rintangan dalm kehidupannya sehingga tercapai
kehidupan tertib dan damai. Dalam hal ini, kebudayaan harus menjadi akar
dalam hal memajukan bangsa Indonesia ke depannya.
7
Redja Mudyahardjo, Op. Cit. h. 297
8
Ibid. h. 300
9
Moh. Yamin. Op. Cit. h. 175
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |6

5) KEMERDEKAAN adalah syarat mutlak dalam tiap usaha pendidikan.


Dalam hal ini diartikan dengan bagaimana sebuah bangsa memiliki disiplin
yang kuat terhadap bangsa sendiri yang harus diperjuangkan, bukan
memperjuangkan kepentingan pribadi atau golongan.

2.2.2. Teori Pendidikan


a. Fungsi Taman Siswa
Fungsi berdirinya Taman Siswa adalah mewujudkan sistem pendidikan dan
pengajaran nasional dan membangun masyarakat dan kebudayaan melalui
pembangunan manusia yang merdeka lahir batin. Ki Hadjar Dewantara
menyatakan bahwa fungsi Taman Siswa adalah sebagai suatu tentara
kesejahteraan bangsa yang berusaha mewujudkan keselamatan lahiriah dan
batiniah.
b. Tujuan Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara membagi tujuan pendidikan menjadi dua, yaitu tujuan
yang bersifat individual dan sosial. Tujuan individual pendidikan adalah
mencetak individu yang mempuyai kemerdekaan lahir batin. Menurut Beliau,
tujuan ini dapat tercapai bila beberapa hal ini terdapat dalam diri peserta didik,
yaitu kecakapan panca-indera, ketajaman berpikir, kejernihan berperasaan,
kemantapan dan kuatnya kemauan dan tenaga, serta keluhuran budi pekerti.
Sedangkan tujuan sosial pendidikan adalah menciptakan suatu masyarakat
yang berbudaya kebangsaan dan berasas adab-kemanusiaan dari pribadi-
pribadi yang merdeka secara induvidu, sehingga terwujud kehidupan tertib
dan damai.10
c. Struktur Organisasi Persekolahan
Taman Siswa mengembangkan jenjang sekolah dari tingkat dasar sampai
sampai pendidikan tinggi dengan pembagian sebagai berikut11
1. Taman Andria (setingkat dengan TK)

10
M. Sukardjo. Op.Cit. h. 99
11
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. 2001) h. 264
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |7

2. Taman Anak (setingkat kelas I-III sekolah Rendah atau Sekolah


Dasar)
3. Taman Muda (setingkat kelas IV-V) sekolah Rendah)
4. Taman Dewasa (setara SMP)
5. Taman Madia (setara SMA)
6. Taman Guru B-1 (mendidik calon guru untuk Taman Anak dan Taman
Muda)
7. Taman Guru B-2
8. Taman Guru B-3 (mendidik calon guru untuk Taman Dewasa) Taman
Guru B-3 ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A untuk Jurusan Ilmu
Pasti dan Alam, dan bagian B untuk Jurusan Budaya.
9. Taman Guru Indria (mendidik anak wanita yang ingin menjadi guru
pada Taman Indria).
d. Isi Pendidikan
Isi pendidikan di taman siswa fokus pada kebudayaan yang dapat memelihara
dan mamajukan, mempertinggi dan menyempurnakan pertumbuhan jiwa anak
sesuai dengan kodrat alam. Beliau mengartikan kebudayaan adalah “buah
budi manusia” (yang berbentuk kebudayaan lahir dan batin). Kebudayaan juga
merupakan hasil perjuangan manusia dari interaksi dengan alam dan
sesamanya. Sehingga berkaitan dengan perkembangan budaya bangsa, Ki
Hadjar Dewantara mengemukakan asas krikon, yaitu pengembangan
kebudayaan berpusat (konsentris) pada kebudayaan lama yang selalu
berkembang (kontinyu) dengan menerima dan memadukannya dengan unsur
kebudayaan luar (konvergensi) yang menuju adab kemanusiaan. Pada intinya
isi pendidikan Taman Siswa adalah semua bentuk kebudayaan lahir batin
guna mencetak generasi merdeka lahir batin yang memiliki karakter
sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.12 Isi pelajaran ala Ki Hadjar
Dewantara yang mengedepankan nasionalisme dan budaya lokal yakni
mengutamakan pelajaran-pelajaran yang membangkitkan rasa cinta tanah air.

12
Redja Mudyahardjo. Op. Cit. h. 306
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |8

Seperti contoh, bahasa indonesia merupakan pelajaran wajib di sekolah-


sekolah di samping bahasa daerah masing-masing. Selain itu, kesenian juga
perlu dikembangkan di sekolah-sekolah sesuai dengan kodrat atau
pembawaan dari tiap anak. Di samping itu, bahasa asing juga digalakkan bagi
mereka yang ingin melanjutkan studi di luar negeri dengan catatan bahasa
asing khusus diajarkan di sekolah yang mempelajari bahasa asing supaya anak
didik tidak mudah melupakan identitas asli bangsanya. Konsep atau model
pendidikan sebaiknya mampu membuat bangsa Indonesia tetap
mempertahankan dan berada dalam budayanya sendiri, memliki identitas
sendiri yang berbeda dan tidak dapat ditukar dengan budaya lainnya.13
e. Metode Pendidikan
a) Sistem Among
Gambaran sederhana dari sistem among adalah guru berperan sebagai
pemimpin yang berdiri di belakang dengan prinsip tut wuri handayani yang
berarti tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik
untuk berjalan sendiri, tidak melulu “dituntun” dari depan. Guru
membenarkan perilaku siswa apabila sang anak didik telah menyimpang dari
tujuannya.
Peraturan Taman Siswa
Peraturan Taman Siswa disusun atau dinyatakan dalam bentuk perlambang
sebagai berikut :14
a. Lawan Sastra Nesti Mulia, artinya Taman Siswa berdiri tahun Caka 1852
(1922 Masehi) dengan tujuan : dengan kecerdasan jiwa menuju
kesejahteraan
b. Suci Tata Ngesti Tunggal, artinya Persatuan Taman Siswa pada tahun Caka
1855 (1933) yang berarti : dengan kesucian batin dan teraturnya hidup lahir
kita mengejar kesempurnaan

13
Moh. Yamin. Op. Cit. h. 180-181
14
Redja Mudyahardjo. Op. Cit. h. 308-310
Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |9

c. Tut wuri andayani yang berarti mengikuti dari belakang memberi pengaruh.
Dalam artian membiarkan peserta didik mencari jalannya sendiri, bila terjadi
kekeliruan di tengah jalan, barulah pamong (guru) mengarahkannya ke jalan
yang benar.
d. Bibit, bebet, bobot artinya faktor terpenting dalam pendidikan adalah
keturunan
e. Senyari bumi sedumuk batuk den lakoni taker pati yang berarti bahwa
pendidikan adalah proses pembudayaan insting kelanggengan
hidup/mempertahankan keturunan, dan insting kelanggengan
penghidupan/kekuatan jasmani.
f. Kita berhamba pada Sang Anak dalam artian seorang guru dengan ikhlas
mengajar anak didiknya.
g. Lebih baik mati terhormat daripada hidup nista. Semboyan ini digunakan
untuk melawan kebijakan kolonial zaman dahulu.
h. Syari’at tanpa hakikat adalah kosong, hakikat tanpa syari’at pasti batal.
Artinya adalah kesucian lahir dan batin harus seimbang dalam mencapai
keberhasilan hidup.
i. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, artinya kita menganjurkan
untuk mencurahkan segala upaya dan tenaganya secara totalitas.
j. Neng – Ning – Nung – Nang. Artinya tenteran (meneng) diperlukan supaya
pikiran jernih (wening) yang menimbulkan kekuasaan batin (nung) yang
membawa pada kemenangan (wenang).
k. Dari Natur ke arah Kultur artinya pendidikan bergerak dari manusia yang
membawa kodrat alam menjadi manusia yang beradab.
Konsep Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara
Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara sudah begitu popular di telinga
kita.15 Yaitu ajaran Ing ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut
Wuri Handayani. Konsep Ing Ngarso Sun Tulodo bermakna menjadi seorang
pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak

15
Moh. Yamin. Op. Cit. h. 193-195
P e m i k i r a n P e n d i d i k a n K i H a d j a r D e w a n t a r a | 10

buahnya. Sebagai konsekuensinya, hendaknya seorang guru memiliki watak


dan perilaku yang baik sebab segala tingkah lakunya akan dicontoh oleh si
peserta didik. Konsep Ing Madyo Mbangun Karso berarti seorang pemimpin
di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah
semangat kerja anggota bawahannya. Sehingga disini diperlukan inovasi dari
pemimpin supaya tercipta suasana kerja yang kondusif. Sedangkan konsep Tut
Wuri Handayani bermakna seorang komandan atau pemimpin harus
memberikan sumbangsih atau dorongan moral dari belakang. Hal ini berarti
bagaimana seorang pendidik mampu menjadi motivator dari arah belakang.
Pada intinya Ki Hadjar Dewantara ingin menjelaskan bahwa dalam praksisnya
nanti, si anak didik dibiarkan mencari jalannya sendiri selama mereka mampu
melakukan itu karena itu bagian dari pendewasaan. Dengan catatan pendidik
tetap mengawasi ke mana arah mereka dan menempuh jalan dengan cara
memberikan teguran dan arahan bila peserta didik mengambil jalan yang salah
dan keliru.
f. Peranan Guru dan Murid
Sesuai dengan Asas Taman Siswa poin tujuh yaitu guru berhamba kepada
sang anak. Hal ini berarti guru memakai sistem among. Dalam berinteraksi
dengan peserta didik, guru harus berpikir, berperasaan sebagai Juru Tani
terhadap tanamannya yang berarti guru harus tunduk pada kemampuan atau
bakat anak didiknya. Peranan guru dapat dijabarkan dalam beberapa hal :16
a. Mengenali kodrat-iradatnya anak
b. memberi tuntunan kepada anak dalm tumbuh-kembangnya sesuai
kodrat-iradatnya.
c. Melenyaokan segala yang merintangi pertumbuhan dan perkembangan
yang terjadi karena kodrat-iradatnya sendiri
d. Mendekatkan anak pada alam dan masyarakatnya.
Dalam menjalankan peranan sebagai seorang guru, kedudukan guru dapat
dibagi ke dalam tiga macam, yaitu

16
Ibid. h. 311-313
P e m i k i r a n P e n d i d i k a n K i H a d j a r D e w a n t a r a | 11

a. Tut wuri handayani, berdiri di belakang sambil memberi pengaruh


b. Ing ngarso sung tulodo, berdiri di depan dengan memberi teladan yang
baik
c. Ing madya mangun karso, berdiri di tengah dengan membangkitkan
tekad, kemauan, dan tenaga guna mencapai tujuan pendidikan.
Seorang guru hendaknya mampu menumbuhkan rasa cinta pada peserta didik.
Ir. Soekarno17 sangat mengapresiasi apa yang dicanangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara dengan mengatakan “.. sungguh alangkah hebatnya jika guru di
Perguruan Tamansiswa itu satu per satu adalah rasul Kebangunan! Hanya
guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat ‘menurunkan’
kebangunan ke dalam jiwa sang anak.” Konsekuensinya adalah seorang guru
sejati harus memliki kapabilitas dalam keilmuan, kejiwaan, kepribadian, dan
pengetahuan yang memadai budaya bangsa ini. Maksud dari “menurunkan
kebangunan” adalah bagaimana seorang guru secara sabar memberi
pengarahan bagaimana sesungguhnya menjadi insan bangsa Indonesia yang
selalu memberi manfaat bagi bangsanya.

2.3. Pengaruh Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Nasional


Ki Hadjar Dewantara adalah pelopor dalam pendidikan nasional Indonesia
dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa yang mengedepankan jiwa
nasionalisme yang tetap berpatokan pada kultur atau budaya lokal.
Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara masih digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan di zaman merdeka yaitu yang tercantum dalam Tap
MPR No II/MPR/1988. Semboyan “tut wuri handayani” dijadikan motto
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerataan pendidikan juga menjadi
salah satu hal yang masih digunakan sampai saat ini.
Hal terpenting adalah ciri nasionalisme Ki Hadjar Dewantara telah menjadi
corak dalam perkembangan pendidikan nasional Indonesia. Sebagai penghargaan
atas perjuangannya memperjuangkan pendidikan maka hari lahirnya diabadikan

17
Moh. Yamin. Op. Cit. h. 182-183
P e m i k i r a n P e n d i d i k a n K i H a d j a r D e w a n t a r a | 12

sebagai hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei. Selain sebagai tokoh pendidikan,
Ki Hadjar Dewantara juga dikenal sebagai tokoh kebudayaan nasional, perintis
politik nasional dan juga sebagai pahlawan nasional.

2.4. Karya-karya Ki Hadjar Dewantara dan penghargaan yang diraihnya dalam


bidang pendidikan
Berikut adalah beberapa karya Ki Hadjar Dewantara untuk kemajuan pendidikan
Indonesia,
a. Perguruan Taman Siswa
b. Karya Ki Hajar Dewantara
c. Als ik een Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda)
Penghargaan yang pernah didapat dalam bidang pendidikan,18
a. Ditetapkan Pemerintah RI sebagai perintis kemerdekaan pada tanggal 8 Maret 1955
b. Mendapat gelar doktor honoris kausa dalam ilmu kebudayaan dari Universitas
Gajah Mada pada tanggal 19 Desember 1956
c. Diangkat sebagai Perwira Tinggi anumerta dengan pemakaman negara secara
militer pada waktu wafatnya, 28 April 1959
d. Diangkat oleh Presiden RI sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 28 November
1959
e. Pemerintah RI menetapkan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, 2 Mei sebagai
Hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 16 Desember 1959
f. Presiden RI menganugerahkan Bintang Mahaputera I kepada Ki Hadjar Dewantara,
pada tanggal 17 Agustus 1960
g. Mendapat anugerah bintang Satya Lencana Kemerdekaan dari Pemerintah RI pada
tanggal 20 Mei 1961
h. Diangkat oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai Ketua Kehormatan
PWI pada tanggal 28 April 1959.
i. Pernah menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kabinet
Presidentil I, 19 Agustus 1945 – 14 November 1945.

18
Redja Mudyahardjo. Op. Cit. h. 294
P e m i k i r a n P e n d i d i k a n K i H a d j a r D e w a n t a r a | 13

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian panjang lebar diatas dapat diambil beberapa simpulan sebagai
berikut:
1. Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan pendidikan melalui perguruan
taman siswa yang berasaskan nasionalisme kedaerahan.
2. Dengan prinsip Panca Dharma dan Tut Wuri Handayani, Ki Hadjar
Dewantara mengaplikasikan pemikirannya dalam Perguruan Taman Siswa
3. Konsep pendidikan yang diusung Ki Hadjar Dewantara sangat relevan bila
diaplikasikan dalam model pendidikan saat ini dan diharapkan mampu
menjadi dasar yang kuat demi menciptakan generasi penerus yang baik untuk
bangsa ini karena sesungguhnya anak adalah jantung kehidupan bangsa
4. Karena jasanya yang begitu besar, Beliau mendapatkan banyak
penghargaan dari bangsa ini baik dalam bidang politik maupun pendidikan.
P e m i k i r a n P e n d i d i k a n K i H a d j a r D e w a n t a r a | 14

DAFTAR PUSTAKA
Suparto Rahardjo. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantoro. (Jogjakarta:Garasi House
Of Book. 2010)
Yamin, Moh. Menggugat Pendidikan Indonesia – Belajar dari Paulo Freire dan Ki
Hajar Dewantara. (Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA. 2009)
Redja Mudyahardjo. Pengantar Pendidikan. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
2006)
M. Sukardjo. Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. (Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada. 2009)
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. 2001)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara

Anda mungkin juga menyukai