Anda di halaman 1dari 3

1.

Berorientasi pelayan public

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi
jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Sementara itu Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara
tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.
Hal ini dimaksudkan supaya Ki Hadjar Dewantara dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik
maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan
kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit,
sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan
2. Akuntabel
Seperti Ki Hajar Dewantara yang sangat mencintai pendidikan. Hingga beliau mendedikasikan hidupnya
membangun konsep pendidikan di Indonesia. Selain itu juga menyadarkan pemerintah betapa pentingnya
pendidikan. Beliau terus berupaya membuat metode baru dalam pendidikan dan mencurahkan hidupnya
sebagai tenaga pelajar. Sehingga gelar Bapak Pendidikan disandangnya
3. Kompeten
Beliau merupakan salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia yang dikenal dengan sebutan Bapak
Pendidikan Nasional. Semboyan Sang Guru yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Semboyan ini memiliki
arti bahwa setiap diri kita  harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi insan yang
berkarakter.
Soewardi muda sangat ulet sebagai seorang wartawan muda, beliaunya juga aktif dalam organisasi
sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, beliaunya aktif di seksi
propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama
Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Selama di Belanda Soewardi muda memanfaatkan kesempatan ini untuk mendalami masalah
pendidikan dan pengajaran. Setelah Soewardi muda kembali ke Indonesia pada bulan September
1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini
kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada
tanggal 3 Juli 1922
4. Harmonis

Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar
Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan
bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantara
mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25
Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

5. Loyal
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bukan saja dipelajari tapi diimplementasikan dan memberi warna
dalam praktik kehidupan bangsa, utamanya dibidang Pendidikan. Pemikiran Ki Hadjar tentang
perilaku yang harus dimiliki seorang pemimpin, juga seorang pendidik, yang sering dikenal sebagai
Trilogi Pendidikan (Kepemimpinan), yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,
dan Tut Wuri Handayani , selalu dibahas, ditafsirkan, diajarkan, dan diharapkan bisa dilaksanakan
dalam kehidupan bangsa ini,”
6. Adaptif
Ki Hajar Dewantoro dikenal sebagai Bapak Pendidikan, dan banyak meninggalkan metode
pebelajaran bagi pendidikan generasi muda. Salah satunya adalah metode sariswara yang
merupakan gabungan dari lagu-bahasa-citra. Metode ini dinilai bagus diterapkan pada generasi
usia tiga hingga Sembilan tahun, atau yang disebut sebagai masa puber satu. Sebab, menurut
penuturan pamong tamansiswa, Cak Lis, metode ini dapat menjadi bekal bagi anak anak untuk
mengolah rasa.
7. Kolaboratif

Di tanah air Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian
dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendirikan
sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa
(Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai